Reporter: tim
Editor: Siswahyu
JAKARTA (sekilasmedia.com) Menjelang peringatan Hari Buruh 1 Mei 2018 yang kurang sekitar satu bulan lagi dan juga menjelang pendaftaran Calon Presiden-Calon Wakil Presiden RI Agustus 2018 untuk menuju Pilpres April 2019, sedikit banyak mempengaruhi warna bagi kalangan berbagai organisasi termasuk gerakan buruh yang lama maupun yang baru. Said Iqbal Presiden KSPI menyebut Presiden Jokowi harus menghapus PP Nomor 78/2015 tentang Pengupahan. Sedangkan Sonny Pudjisasono Serikat Buruh Berkarya menyebut pemerintah harus tegas menghadapi pengusaha hitam yang mau seenaknya sendiri terhadap buruh.
*ADA YANG SEBUT BURUH DEMO KARENA TERPAKSA SEBAGAI LANGKAH TERAKHIR*
Ada yang terang-terangan mengajukan syarat jika dukung-mendukung Capres-Cawapres, ada yang menegaskan buruh bukanlah pembikin onar tapi pengusaha hitamlah yang pembikin onar karena tidak melaksanakan aturan dan cenderung memilih mengeluarkan beaya siluman dibandingkan menaikkan upah buruh yang layak.
“Sebab jika buruh demonstrasi maka hal tersebut merupakan keterpaksaan dan sebagai langkah paling akhir buruh karena kondisi sosial ekonomi yang sangat tertindas,” ungkap Sonny Pudjisasono Serikat Buruh Berkarya, yang pernah menjadi Ketua Umum Partai Buruh yang juga produser film yang baru diselesaikannya berjudul ENAK THO ZAMANKU PIYE KABARE…yang rasanya penting pula untuk dilihat para buruh.
*GAGASAN BESAR SONNY PUDJISASONO SERIKAT BURUH BERKARYA*
Lebih jauh Sonny Pudjisasono menjelaskan sejumlah konklusi-konklusi yang juga dari lingkungan Serikat Buruh Berkarya. Berupa Ggasan Besar Serikat Buruh Berkarya karena kegelisahan, harapan dan apa yang dipikirkannya untuk Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang memberikan kesejahteraan bagi kaum buruh dan rakyatnya.
“PERTAMA, kita tidak menolak investasi alias kita setuju investasi masuk. Kita setuju pengusaha harus mendapatkan keuntungan. Bahkan kita harus sama-sama berjuang agar ekonomi terus tumbuh. Tetapi yang kita tidak setuju adalah, ketika ekonomi tumbuh, hanya segelintir orang yang menikmati pertumbuhannya,” ungkap Sonny Pudjisasono yang dalam dunia aktivis buruh juga dekat almarhum Gus Dur.
“Secara sederhana, saya sering mengatakan bahwa kamu boleh kaya, kamu boleh beli mobil mewah. Tinggal di rumah yang megah. Tapi secara bersamaan, kamu tidak boleh memiskinkan kami, kaum buruh,” tandas Sonny.
*DISINI BURUH BIASA KERJA 12 JAM TAPI TETAP MISKIN*
KEDUA, ungkap Sonny, bahwa negeri ini buruh bahkan terbiasa bekerja hingga 12 jam dengan lembur. Ironisnya, meskipun sudah bekerja sepanjang waktu, mereka masih saja miskin. Lebih parah lagi, ada anggapan, ketika pengusaha sudah memberikan lembur, itu pertanda pengusaha sedang berbaik hati kepada buruh-buruhnya. Dengan kata-kata: ini saya kasih tambah lemburan.
“Dengan lembur memang ada uang lebih yang didapat buruh pada saat gajian. Namun buruh tidak sadar, nilai lembur yang mereka terima tidak sebanding dengan kerja yang dikeluarkannya,” kata Sonny Pudjisasono yang juga akan melaunching film ENAK THO ZAMANKU PIYE KABARE…pada 12 April 2018 di bioskop-bioskop.
*UPAH YANG NAIK HARUS DIIMBANGI PENGENDALIAN HARGA*
“Hal lain yang perlui saya tekankan lagi, saya ulangi lagi, bahwa upah yang naik haruslah diimbangi dengan pengendalian harga-harga. Termasuk dengan membuka belenggu hambatan-hambatan investasi. Bukan seperti yang terjadi sekarang. Sudah hambatan investasi dibiarkan, ditambah dengan kebijakan upah murah. Jelas buruh akan marah! Dan puncaknya pada saat Mayday 2018 pasti lebih parah,” tegas Sonny Pudjisasono.
Untuk itu Sonny juga merefresh bahwa kalaulah kaum buruh ingin menjadi kuat, maka harus membangun serikat buruh yang mandiri. Kalaulah kaum buruh ingin ikut menentukan kebijakan publik di negara ini, maka perlu membangun partai politik yang berorientasi secara tegas pada isu dan perjuangan kaum buruh. Partai itu, harus didirikan oleh buruh itu sendiri. Kalaulah kaum buruh ingin tidak lagi tertindas, maka harus bangkitlah dan berjuang tanpa mengenal lelah di atas kaki kaum buruh sendiri.
*SONNY OPTIMIS PADA TITIK TERTENTU BURUH JADI PENGENDALI ARAH KEBIJAKAN*
Yang berikutnya, hingga saat ini Sonny Pudjisasono masih optimis, pada satu titik tertentu buruh akan menjadi penentu arah Republik ini. Buruh yang memiliki kesadaran ideologis tidak ingin hanya duduk diam menjadi penonton. Bahkan.menurut Sonny, ekonomi bisa tumbuh seperti yang dinikmati sekarang, itu tidak bisa lepas dari peran kaum buruh. Tanpa buruh, perekonomian tidak mungkin bisa tumbuh.
“Dan juga tetap dalam koridor umumnya gerakan buruh, maka soak aksi adalah jalan terakhir apabila pemerintah dan pengusaha bersikukuh tidak merespon tuntutan buruh. Kalau buruh hanya memperjuangkan aspirasinya dengan dialog-dialog yang kering di pabrik, maka sudah dapat dipastikan mereka tidak akan mendapat hasil sebagaimana
yang diharapkan. Buruh harus keluar dari pabrik-pabrik. Melakukan aksi dan mengadakan perlawanan. Karena kalau hanya melakukan dialog-dialog yang kering itu, pertanyaan saya, sampai kapan tuntutan buruh akan dipenuhi?” lanjut Sonny Pudjisasono yang dikenal dekat dengan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto putra Presiden Soeharto yang kini Ketua Umum Partai Berkarya.
*SALAH BESAR JIKA PENGUSAHA NILAI BURUH PEMBIKIN ONAR*
Hal penting lainnya menurut Sonny Pudjisasono adalah besar jika ada yang mengatakan, buruh suka bikin onar. Itu tidak benar. Faktanya, yang bikin onar itu adalah pengusaha hitam yang membayar upah murah. Yang bikin onar itu adalah mereka yang merampas tanah para petani. Yang bikin onar itu adalah mereka yang membayar honor guru dengan harga murah sekali. Dan yang paling membikin onar di negeri ini adalah para koruptor yang telah merampok kekayaan negara. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926.