Lumajang(sekilasmedia.com) Dalam rangka memeriahkan hari raya idul fitri 1439 H. pemeluk agama Islam terbesar di Kecamatan Tempursari, tentu menjadi hajatan besar. Idul Fitri sebagai laku spiritual penting karena menjadi momen untuk umat Islam kembali suci. Dalam kata Idul Fitri, tersingkap makna kata Idatau kembali dan Fitri atau suci.
Masyarakat Desa Tegalrejo punya cara sendiri dalam memaknai apa itu kembali ke fitri. Kembali ke fitri bisa berarti pulang ke rumah. Tahun ini, hampir 30 juta orang berbondong-bondong kembali ke kampung halaman untuk melantunkan takbir bersama keluarga di Hari Raya. Kembali ke fitri berarti juga ikhtiar menghapus salah yang pernah dilakukan sesama manusia.
Ternyata, perayaan hari besar Islam Idul Fitri di Indonesia bukan hanya tentang mudik ke kampung halaman lalu silaturahmi dengan handai taulan di rumah. Salah satunya, tradisi yang secara simultan dirayakan dalam sejarah Nusantara, bernama Lebaran Ketupat.
Lebaran dan Ketupat acapkali menjadi kata yang ditemui saat momen Idul Fitri. Keduanya bukan hanya hiasan yang mewarnai momen Idul Fitri, tapi sebuah kata penyerapan makna yang dilahirkan dari perpaduan nilai Islam dan kebudayaan Nusantara.
Adalah Sunan Kalijaga yang menemukan istilah Ketupat dan Lebaran sebagai ornamen perayaan Idul Fitri di Nusantara. Ketupat hadir untuk mempertegas makna Lebaran. Ketupat berasal dari kupat yang merupakan parafrase ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Empat sisinya menggambarkan empat nafsu manusia. Menyantap ketupat berarti menyambung harap bahwa semua kesalahan manusia akan diampuni.
mengungkap bahwa ketupat telah menjadi bagian tradisi Idul Fitri Kerajaan Demak pada abad 15. Setelah itu, peradaban Islam di Nusantara menunjukkan bagaimana ketupat menjadi bagian penting hingga saat ini. Ia menjadi makanan wajib yang dihidangkan bersama opor sesaat setelah kita bermaaf-maafan dengan keluarga terdekat.
Lebaran Ketupat adalah momen perayaan tradisional di berbagai wilayah pesisir Indonesia yang menggabungkan keduanya. Pada tujuh hari setelah hari-H Idul Fitri, masyarakat di beberapa daerah datang berbondong-bondong ke pantai sembari membawa makanan yang telah disiapkan dari rumah. Seremoni lebaran ketupat digelar dengan makan bersama.
Dan ini merupakan salah satu bentuk akulturasi Islam dengan budaya Nusantara yang telah eksis sebelumnya, dan kemudian menjelma menjadi ritual umat Islam di nusantara. Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan banyak terdiri proses ibadah. Pada malam lailatulkadar, terdapat prosesi bernama maleman. Sedangkan hari Idul Fitri sendiri diberi nama riyoyo. Barulah lebaran ketupat diadakan tujuh hari setelah 1 syawal.
Kepala Desa Tegalrejo Sujono Mulyo saat dikonfirmasi awak media dirumahnya menjelaskan bahwasanya Lebaran ketupat banyak dijumpai di pesisir Jawa Timur atau sering disebut dengan kupatan. Tradisi serupa juga hadir di Jawa Timur Lumajang Selatan yang berbatasan dengan malang telah merayakan hari ketupat di Pantai Bulu Desa tegalrejo dengan Hiburan Orkes Dangdut dari malang. Panitia juga mendatangkan Artis Papan atas Jawa timur. Nampaknya ribuan pengunjung dari masyarakat malang dan Lumajang yang datang membanjiri pesisir pantai Bulu hingga sore haripun pengunjung belum beranjak pulang.
Masih menurut Sujono Mulyo, Prosesi ini dilakukan setiap tahun setelah hari raya 1Syawal mendapat 7 hari,”ucapnya kades tegalrejo kepada awak media waspada.
Lebaran Ketupat juga ikut dirayakan di Desa Tegalrejo Kecamatan Tempursari Kabupaten Lumajang Jawa Timur Kesamaan tradisi dikarenakan Kecamatan Tempursari juga ikut mendapat pengaruh penyebaran Islam di Jawa. lebaran ketupat sebagai seremoni menutup Ramadan.
Masyarakat Islam mendominasi populasi menjalankan seremoni Lebaran Ketupat. Momen ini digunakan untuk menutup rangkaian puasa Syawal di tujuh hari setelah Hari Lebaran. Pada hari itu, warga akan menjalani rangkaian seremoni mulai dari ziarah leluhur, zikir, hingga makan bersama di pantai.(kar)