Denpasar Bali,Sekilasmedia.com-
Bahayanya politik dengan identitas mengatasnamakan agama. Karena, agama harus steril dari kepentingan politik. Hal itulah yang diutarakan Gubernur Bali, Made Mangku Pastika ketika membuka Musyawarah Antar Umat Beragama yang digelar oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), di Goodway Hotel, Kabupaten Badung.
Ia menjelaskan, gejala memanfaatkan agama dalam kancah perpolitikan tanah air membuat tantangan yang dihadapi dalam upaya memelihara keharmonisan antar umat beragama menjadi semakin kompleks. Selain politik, kemajuan IT juga menjadi ancaman kerukunan umat, era digital seperti pisau bermata dua.
“Era digital satu sisi mempermudah kehidupan, namun jika tidak dimanfaatkan secara bijak, bisa menjadi ancaman,” jelas Gubernur Bali.
Lebih lanjut, dampak dari era digital sangat dirasakan, namun hal itu harus perlu diantisipasi, seperti kemunculan media sosial, yang mana dapat mengalahkan peran media mainstream dalam mempengaruhi opini masyarakat. Untuk itu, Pastika berharap FKUB Provinsi Bali terus meningkatkan peran aktif bersama komponen lainnya, mulai dari Pemerintah, TNI/POLRI, dunia usaha, perguruan tinggi, serta seluruh unsur masyarakat.
“Toleransi dan menyama braya itulah identitas utama kerukunan hidup beragama,” lanjutnya.
Gubernur Pastika mengingatkan agar FKUB jangan hanya jadi ‘pemadam kebakaran’, baru turun ketika muncul persoalan antar umat beragama. Diharapkan dalam setiap menyelesaikan masalah umat, FKUB mengedepankan budaya dialog dan musyawarah.
Ketua FKUB Bali I Dewa Gede Ngurah Suasta dalam sambutannya mengajak seluruh umat dari berbagai agama untuk membumi (bersatu). Menurutnya sejauh ini tingkat religius umat masih di tataran formal.
Musyawarah Antar Umat Beragama itu diikuti oleh perwakilan FKUB Kabupaten/Kota se-Bali, tujuannya mensinkronkan program kerja. Selain itu, akan merumuskan dan dibawa dalam Konferensi Nasional FKUB bulan September mendatang.(son)