Editor: Siswahyu
SURABAYA (sekilasmedia.com) Siapa yang tidak senang ketika tim sepakbolanya menang dalam suatu pertandingan? Tentu wajar saja senang. Apalagi jika dengan fairplay seperti yang menjadi motto organisasi sepakbola tertinggi dunia, FIFA: My Game Is Fairplay. Menang dalam pertandingan yang fair dengan cara yang fair pula meskipun misal tak ada yang mengawasi. Fairplay merupakan sesuatu yang sangat penting diajarkan kepada pesepakbola anak sejak dini meskipun hingga kini masih banyak pelatih maupun manejemen tim yang mengakui bahwa banyak yang belum bisa fairplay. Hal tersebut diungkapkan R.Tri Harsono Forum Peduli Indonesia-Sehat/FPI-S dalam diskusi terbatas di Surabaya baru-baru ini.
*ADA TIM YANG MENYUAP PANITIA ATAU PANITIA YANG MEMPERMAINKAN REGULASI DENGAN TIDAK FAIR*
Menurut R.Tri Harsono, bahkan tak jarang dalam suatu turnamen sepakbola anak sekalipun ada tim yang menyuap tim lain agar menang alias minta tim lain mengalah. Atau menyuap panitia dan perangkat pertandingan, misal wasit dan jajarannya, minta agar tim-nya dimenangkan. Atau bermain dengan panitia dengan membuat aturan yang sepihak dan merugikan tim lain. Hal tersebut juga diakui banyak pihak dalam sepakbola anak, termasuk pelatih dan manejemen tim, namun mereka tidak berdaya menghadapi permainan yang sudah cenderung seperti MAFIA pada sepakbola anak. Seperti juga pernah diungkapkan Boaz Salossa pesepakbola Timnas Indonesia bahwa jika ingin sepakbola Indonesia maju maka mafia sepakbola harus dibersihkan.
Menurut R.Tri Harsono dengan situasi-kondisi semacam itu maka diperlukan ketegasan lembaga-lembaga formal terutama Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia/PSSI, juga Menteri Pemuda Dan Olahraga. “Jika PSSI terutama pusat tidak bisa tegas ke lingkungan sepakbola Indonesia dan jajarannya agar bersih dari mafia sepakbola maka wajar saja jika Menpora Imam Nahrawi ingin membekukan PSSI lagi. Namun Menpora juga harus fair, jangan karena ada kepentingan politik, tapi harus lebih tegas dari yang sudah sudah,” tandas R.Tri Harsono.
*JIKA PSSI PUSAT TAK BISA TEGAS MAKA MENPORA KUNCI KEMAJUAN SEPAKBOLA, TINGGAL PAK MENTERI MAU ATAUKAH TIDAK?*
Menurut R.Tri Harsono jika PSSI pusat dan jaringan tidak bisa melaksanakan seperti yang disampaikan Boaz Salossa, bahwa mafia sepekbola harus diberantas jika ingin sepakbola Indonesia maju, maka bisa saja Menpora Imam Nahrawi didukung membekukan PSSI. Apalagi hari-hari ini juga banyak desakan kepada Edy Rahmayadi Ketua Umum PSSI agar mundur dari jabatannya karena dinilai melakukan pembiaran apalagi juga telah terpilih menjadi Gubernur Sumatera Utara.
Menurut R.Tri Harsono diiantara yang meminta Edy Rahmayadi mundur adalah sebagian Ikatan Alumni Universitas Indonesia (ILUNI), juga dimotori bersama Masyarakat Sepakbola Seluruh Indonesia (MSBI) pimpinan Sarman El Hakim. Sarman juga dikenal sebagai pengusaha dan ‘aktivis’ sepakbola yang gencar memperjuangkan agar Indonesia menjadi tuan rumah untuk sepakbola Piala Dunia 2022, dengan keliling ke PSSI-nya berbagai negara lain termasuk FIFA.
*R.TRI HARSONO MEMBERI CONTOH BRUNEI DARUSSALAM YANG MULAI BERBENAH UNTUK TARGET BEBERAPA TAHUN KE DEPAN*
R.Tri Harsono pun mengajak para pihak yang merupakan institusi formal terutama PSSI pusat dan pihak Menpora agar benar-benar lebih memperhatikan para pesepakbola apalagi pesepakbola anak yang benar-benar perlu perhatian ekstra jika ingin Indonesia bisa bicara dalam gelanggang Asia bahkan kancah dunia. Jadi bukan sekadar target namun harus ada tahapan progres yang jelas.
R.Tri Harsono memberi contoh pada Brunei Darussalam, negara yang belum terlalu maju soal sepakbola namun mau berbenah lebih serius untuk target beberapa tahun ke depan. Termasuk untuk Piala AFF U16 tahun 2018 yang sedang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini masih berlangsung, di Stadion Delta Sidoarjo dan Stadion Joko Samudro Gresik, meskipun untuk U16 namun Brunei mau ‘mengalah’ dengan lebih banyak memasukkan pesepakbola U14 dengan harapan bukan untuk JUARA saat ini namun untuk masa depan. Hal tersebut sengaja dilakukan Stephen Ng Heng Seng, pelatih timnas Brunei yang warga Singapura itu, sehingga meskipun Brunei sering kalah namun bukanlah persoalan. Benar-benar My Game Is Fairplay?
*PADA PIALA AFF U16 TAHUN 2018 INIPUN BRUNEI LEBIH BANYAK MEMAINKAN PESEPAKBOLA U14 KARENA TARGET BUKAN SEKARANG*
Menurut R.Tri Harsono dengan lebih banyak memainkan pesepakbola U14 pada Piala AFF U16 tahun 2018 yang digelar di Indonesia itu diantaranya mengandung makna bahwa Sang Pelatih Brunei, Stephen Ng Heng Seng, benar-benar ingin memberi pengalaman lebih banyak dan lebih dini kepada para pesepakbolanya. Anak didiknya ditempa dengan luar biasa keras untuk mengalami sejumlah kekalahan, namun diharapkan akan menjadi bekal luar biasa pula untuk ke depan.
Dengan melihat ‘model’ pelatih Brunei Darussalam, Stephen Ng Heng Seng, yang memberi kesempatan kepada pesepakbola yang lebih muda untuk tampil itu menurut R.Tri Harsono mengingatkan pada sebagian klub sepakbola Indonesia yang bermain di Liga 1 Gojek Bersama Bukalapak 2018 lebih-lebih Bhayangkara FC. ‘Model’ Stephen Ng Heng Seng tersebut sebagian ada kemiripan dengan progres Bhayangkara FC ‘Junior-Anak’ U17-U16-U15-U14 yang dalam pembinaan diserahkan pada Polda Jatim dengan manejer AKBP Eddwi Kurniyanto transisi AKBP Harviadhi Agung Prathama, Sekretaris Tim Achmad Yari dan sejumlah official termasuk Choirul-Setiawan-Irfan-Harsoyo-Slamet-Agung-Dinas-Nanda-Benz Brahim dan Siswahyi media officer.
*MODEL STEPHEN NG HENG SENG PADA TIMNAS BRUNEI MIRIP BHAYANGKARA FC JUNIOR-ANAK, PENTING UNTUK KERJASAMA?*
Meskipun harusnya Brunei bisa melakukannya secara ‘berlapis’ seperti pada Bhayangkara FC ‘Junior-Anak’ U17-U16-U15-U14. Yang dilihat R.Tri Harsono di Bhayangkara FC Junior-Anak itu diantaranya, untuk Tim U17 bukanlah hanya diisi pesepakbola anak U17 namun sebagian besar dari U16 bahkan ada yang dari U15. Begitu pula untuk U15 sebagian juga diisi dari U14 bahkan ada yang U13. Meskipun masing-masing berlapis, dimana pada saat diperlukan ‘murni’ U17 maka bisa diambilkan full dari U17, begitu pula yang lainnya jika diperlukan tampil ‘murni, maka
selalu siap on fire karena terprogram. “Ini salah satu kelebihan Bhayangkara FC Junior-Anak harus dengan manejerial yang ketat,” kata R.Tri Harsono.
Dengan melihat kemiripan pola Stephen Ng Heng Seng pada Timnas Brunei U16 dibandingkan Bhayangkara FC Junior-Anak menurut R.Tri Harsono menjadi penting jika diantara mereka ada penjajagan untuk kerjasama termasuk minimal melakukan pertandingan-pertandingan persahabatan. “Penting bagi Timnas Brunei U16 ataupun yang lain misalnya untuk kerjasama dengan Bhayangkara FC Junior-Anak,” tambah R.Tri Harsono.
*BHAYANGKARA FC JUNIOR-ANAK U14 JUGA PUNYA STOK MELIMPAH JIKA TANDING DENGAN TIMNAS BRUNEI U16*
Menurut R.Tri Harsono ada sekitar 15 lebih pesepakbola Bhayangkara FC U-14 junior-anak yang nama-namanya sempat dipantaunya dari berbagai media, jika misal Timnas Brunei Darussalam ingin menjajagi kerjasama. Sekitar 15 lebih anak kelahiran tahun 2004. Yang juga kebetulan baru saja Juara 1 Piala Menpora U14 Zona Sidoarjo dan sekitar hingga lolos ke Babak Provinsi.
Posisi kiper ada Miftakhur Roziq (2004), Reihan (2005).
Untuk posisi centerback ada Erik Setiawan (2004).
Kemudian untuk fullback ada Rehan Zeany (2004), Dzaki Akmal atau Ahmad Dzaki Akmal Yuda (2004 kidal Bek Kiri/ Gelandang Bertahan).
Lalu untuk posisi center MF ada Whisnu (2004), Muh.Naufal (2004), Resa Ussuro (2004), Figo Firmansyah (2004).
Sedangkan untuk posisi CF ada Dennis Satriyo (2004), Muhammad Abriello (2004), Nanda Anggara (2004), Daffa Radja (2004). Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926.