Terverifikasi Faktual Dewan PersĀ .

Home / Nasional

Minggu, 23 Desember 2018 - 03:26 WIB

Hidayat Exco PSSI Disanksi, PSMP Mojokerto Pun Dihukum, Ahmad Taji: Kalau Terbukti Dibubarkan Saja!

Ft.gus Taji dan Gus Tur

 

 

JAKARTA, sekilasmedia.com– Seperti yang terjadi pada acara televisi Mata Najwa di Trans7, siapapun pihak-pihak yang terlibat dalam pengaturan (skor) pertandingan atau yang dikenal sebagai match fixing pada Liga 1 Indonesia ataupun Liga 2 serta Liga 3 dan lainnya, tentu wajar-wajar saja jika secara spontan menolak jika disebut pihaknya atau misal klubnya terlibat match fixing meski misal sekalipun mereka benar-benar melakukannya yang secara otomatis berefek negatif bagi sepakbola Indonesia umumnya, juga bagi mental pesepakbola ‘junior-anak’ yang sebenarnya sedang giat-giatnya berlatih tidak kenal lelah dengan menggunakan segala daya tenaga, juga waktu dan dana.

*HIDAYAT EXCO PSSI MUNDUR DAN DIHUKUM OLEH PSSI PUSAT*
Begitupun Hidayat Exco PSSI yang ketika itu di acara Mata Najwa 28 November 2018, diungkap oleh manejer Madura FC Januar Herwanto, spontan saja Hidayat saat itu menolak terlibat skandal pengaturan skor sepakbola di Indonesia. Bahkan Hidayat sempat mewarning Januar, dirinya akan menempuh jalur hukum. Namun kemudian yang terjadi, Hidayat mundur dari struktur PSSI sebagai Exco PSSI.

Meskipun begitu, PSSI memberikan hukuman pada Hidayat dengan dihukum 3 tahun tidak boleh terlibat dalam sepakbola Indonesia serta 2 tahun tidak boleh masuk stadion seluruh Indonesia dan denda Rp.150 juta. Meskipun hal tersebut sempat dipertanyakan termasul oleh Gatot Dewabrata sekretaris Menpora, terkait konsistensi PSSI dalam menerapkan suatu hukuman. Ditambah dengan adanya Satgas Mafia Sepakbola yang dibentuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian, akankah kasus tersebut berlanjut ke wilayah pidana suap dan sejenisnya?

*PSMP MOJOKERTO PUN SEMPAT MENOLAK TERLIBAT MATCH FIXING NAMUN KINI DIHUKUM TAK BOLEH MAIN DI LIGA INDONESIA 2019*
Ketika rekaman yang diputar berulang di berbagai stasiun televisi mengenai tendangan penalti ke gawang Aceh United yang janggal dan gagal yang dilakukan oleh pesepakbola PSMP, Krisna Adi Darma Tama, saat itu PSMP disorot deras oleh berbagai pihak bahwa terlibat pengaturan skor di sepakbola Indonesia. Namun ketika itu pula pelatih PSMP, Jamal Yastro, menepis hal yang menurutnya isu tersebut.

BACA JUGA :   Usai Disetujui DPR, Komjen Listyo Sigit Siapkan Rencana Aksi

Begitu pula Presiden PSMP, Firman Effendi, membantah bahwa PSMP terlibat pengaturan skor, juga Firman membantah berhubungan dengan Vigit Waluyo yang banyak disorot sebagai jaringan pengaturan skor semenjak dibuka Bambang Suryo pada acara Mata Najwa. Namun kini, Sabtu (22/11/2018), PSSI memutuskan memberikan hukuman kepada PSMP dengan tidak boleh mengikuti Liga di Indonesia 2019 yang berarti Liga 2 Tahun 2019. Kemudian untuk pesepakbola PSMP yang gagal melakukan tendangan penalti, Krisna Adi Darma Tama, dihukum seumur hidup tidak boleh main sepakbola. Hal tersebut sebagaimana diungkap dalam laman resmi PSSI. Dengan bukti kasat mata itu pula, akankah dibawa ke ranah pidana oleh Satgas Mafia Pengaturan Skor yang dibentuk Kapolri Tito Karnavian? Karena seperti hal kasus pidana lain, juga korupsi maupun suap misal, ada yang diungkap dan ada yang tidak.

*HARAPAN WALI MURID PESEPAKBOLA ANAK, AGAR KAPOLRI SERIUS MEMBASMI MAFIA SEPAKBOLA KARENA JUGA TERINDIKASI MERAMBAH SEPAKBOLA ANAK*
Banyak pihak pun bereaksi setelah tayangan Mata Najwa maupun karena langkah-langkah PSSI serta pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang telah membentuk Satgas Mafia Pengaturan (Skor) Pertandingan dan dikendalikan sendiri oleh Kapolri karena sifatnya yang urgent dan vital di mata Kapolri. Dengan dikendalikan langsung oleh Kapolri, jajaran kepolisian seluruh Indonesia pun mau tidak mau harus serius terlibat.

Hal tersebut menumbuhkan harapan berbagai pihak termasuk banyak wali murid yang merasa dipermainkan oleh berbagai pihak yang terlibat pengaturan pertandingan, termasuk pencurian umur (untuk sepakbola Kelompok Umur, red.), yang dalam pelaksanaannya terindikasi melibatkan klub (SSB dan sejenisnya, red.) lalu pihak manejemen dan pelatih. Wali murid dan pesepakbola anak cenderung sebagai korban karena rata-rata tidak memiliki daya ‘penetrasu’ terhadap tim dan manejemen maupun pelatih. Hal tersebut terjadi pada dunia pesepakbola anak umumnya, juga terindikasi untuk sepakbola level sekolahan.

BACA JUGA :   Predator Anak Diganjar 12 Tahun Penjara dan Kebiri Kimia, Dapat Apresiasi Dari Kementrian PPPA

*WALI MURID: PESEPAKBOLA ANAK JANGAN DIMANIPULASI DAN JANGAN HANYA DIEKSPLOITASI*
Banyak wali murid yang berharap pesepakbola anak agar mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, agar tidak terlalu dimanipulasi dan dieksploitasi. “Masih banyak pihak yang menekan memanipulasi pesepakbola anak, bahkan mengejsploitasi, sehingga banyak pula potensi anak yang rusak sebelum menjadi pesepakbola senior. Namun hal ini tentu tidak mudah untuk ditelusuri meskipun banyak terjadi namun lebih banyak wali murid yang memilih diam daripada jika kemudian disudutkan,” ungkap wali murid yang enggan disebut namanya.

Dalam ‘turnamen’ Piala Danone untuk Sepakbola Anak U-12 pun sempat terjadi praktek pencurian umur di berbagai tempat, ada yang ketahuan namun banyak pula yang tidak. Ada yang disanksi oleh pihak Danone. Pihak yang disanksi karena pencurian umur inipun nantinya bisa ditelusuri pihak Satgas Mafia Sepakbola yang dibentuk oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian? Karena memanipulasi data anak merupakan bentuk kejahatan yang bisa dituntut secara pidana.

*AHMAD TAJI: KALAU TERBUKTI TERLIBAT MAFIA, DIBUBARKAN SAJA!*
Hukuman terhadap klub Liga 2 PSMP Mojokerto yang tidak boleh main dalam Liga 2 Tahun 2019 pun mengundang reaksi dan kekecewaan banyak pihak termasuk sejumlah tokoh Mojokerto diantaranya Ahmad Taji. Menurut Ahmad Taji dengan diberikannya hukuman kepada PSMP kalau terbukti mencederai masyarakat pecinta sepakbola di Mojokerto khususnya dan Indonesia umumnya, mending PSMP dibubarkan saja. “Kalau terbukti, memalukan, mending dibubarkan lantas diganti dengan yang punya integritas agar persepakbolaan Mojokerto bisa maju dan terlepas dari kecurangan,” tegas Ahmad Taji.

Dalam sepakbola anak (‘junior-anak’, red.) pun perlu ketegasan. Sekaligus perlu kepedulian yang lebih dari PSSI daerah masing-masing, dengan diharapkan dukungan lebih dari pemerintah daerah masing-masing termasuk Pemkab Mojokerto maupun di Pemkot Mojokerto agar pesepakbola anak bisa lebih terlindungi dari mafia. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).

Share :

Baca Juga

Nasional

Panen Raya jagung bersama Menteri Pertanian RI dan Bupati Probolinggo

Nasional

Menkominfo Tunjukkan Indonesia Adaptif Dalam Evolusi Teknologi Komunikasi

Nasional

Menkominfo Bahas Kerja Sama SATRIA-2, Saat Terima Kunjungan Duta Besar Inggris

Nasional

Sama-Sama Peduli, Eddy Wahyono Caleg Perindo DPR RI Dapil Malang Raya Dan Artis Reza Artamevia Dapil Jabar XI

Nasional

Kapolri Bersama Gubernur Sulsel Resmikan Pembangunan Rumah Polisi Korban Gempa di Sulbar

Nasional

Polri Gelar Upacara Korps Raport Tujuh Jenderal

Nasional

Komisi III DPR RI Minta Polri Perketat Wilayah Rawan di Bali

Nasional

Mendag: Sukses Beradaptasi, Bisnis Waralaba Jadi Tuan di Negeri Sendiri