Klungkung,Sekilasmedia.com-Dalam rangka Pujiwali, mempersiapkan upacara piodalan pada Hari Kuningan, ratusan warga (masyarakat) dari masing-masing Kabupaten se-Bali melaksanakan kegiatan ngayah (kerja bhakti) atau nanceb taring bersama pengempon di Pura Kawitan Shri Naraya Kreana Kepakisan, Banjar Adat Dukuh, Gelgel, Kabupaten Klungkung, Bali, Minggu (12/6/2022)
Kliang Agung Dalam Agung Purwa Kawitan Shri Nararya Kresna Kepakisan, I Gusti Agung Bagus Artha Wijaya dikesibukannya menjelaskan, secara tradisional kegiatan ngayah itu melibatkan seluruh warih (keturunan). Hal itu karena pura Kawitan adalah milik saudara (semeton) yang diwariskan oleh para leluhur yang disetanakan di pura ini.
Didampingi Pengelingsir, I Gusti Agung Ngurah Arha, Jro Tapakan Lanang (muntig) Jro Mangku Kawitan, Sketaris Pasikian Pemangku Jro Mangku Wyn Israwan, Pengelingsir Pengempon I Ketut Sudana dan puluhan krama pengempon, Bagus Artha menuturkan jika kegiatan ngayah ini rutin dilaksanakan saat akan ada upacara piodalan. Hal ini sudah berjalan sejak dahulukala, namun yang ngayah saat ini tidaklah semua warih.
“Yang tak bisa hadir banyak, disebabkan karena kesibukan masing masing. Tetapi jumlah pengayah yang hadir hari ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan sebelum-sebelumnya, itu artinya keturunan sudah semakin sadar,” tutur Bagus Artha.
Selain itu pihaknya juga tidak pernah melarang bagi siapa saja yang hendak hadir ke pura Kawitan untuk melakukan sembahyang.
“Kami tidak pernah melarang bagi siapa saja yang hendak bersembahyang di pura ini apalagi yang mau bersembahyang adalah warih Ida Batara Kawitan Shri Nararya Kresna Kepakisan, namun harus lah didasari dengan prosedur yang benar sesuai dengan Awaig-Awig pura,” ujarnya.
Disinggung mengenai aksi penggembokan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, karena mendapati pintu pura tergembok saat akan bersembahyang, Bagus Artha menyebut, jika penggembokan pintu pura yang dilakukan oleh pengelingsir pengempon pura maupun pemangku janbangul, adalah langkah yang benar, karena itu sebagai bentuk pengamanan pura untuk menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
“Bila ada kepentingan sembahyang kalau tidak bisa masuk harusnya minta izin Jro Mangku atau pengelingsir pengempon bukan malah ikut menggembok pintu pura,” ungkapnya.
Pun demikian soal ada tidaknya rencana pertemuan untuk mediasi, Bagus Artha mengaku masih belum ada pikiran kearah itu dikarenakan masih fokus menyongsong kegiatan (upacara) piodalan di pura.
“Saya belum kesana. Tapi saya berharap bagi sementon se-Bali yang mau datang ke pura untuk sembahyang agar dengan niat yang ning (tulus),” ulasnya.
Lanjut dikatakan, bahwa pura Kawitan ini tidak pernah ada masalah. Bahkan semua warga yang betul betul menjadi warih dipersilahkan datang ke pura bila mempunyai keinginan untuk sembahyang dengan catatan harus seizin pengempon dan itupun sudah diatur dalam awig awig pura.
Demikian juga kepada warih ida betara sesuwunan yang sudah di stanakan di pura Kawitan ini agar tidak mendengarkan isu apapun tentang di pura kawitan. Karena sejatinya tidak ada permasalahan apapun.
“Kami berharap kepada sementon agar nangkil membawa hati yang bersih menghadap beliau! (Semesta), terlepas dari informasi yang tidak baik,” tutupnya. SN.