Jombang, Sekilasmedia.com – OMA (Otitis Media Akut) merupakan peradangan akut pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Humas RSUD Jombang menyapa dengan narasumber dr. Purnaning Wahyu Prabarini, SP.THT-KL selaku KSM THT-KL RSUD Jombang, Kamis (8/12/22).
OMA kadang kita remehkan, hal ini akan membawa efek samping yang negatif jika penanganan tidak benar. dr Purnaning Wahyu Prabarini menjelaskan OMA sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak ditemukan pada anak usia 6-7 tahun. Frekuensi paling tinggi usia 6-24 bulan.
“Kenapa OMA lebih sering terjadi pada anak-anak, karena keadaan anatomi Tuba Eustachius pada anak lebih pendek dan horizontal dibanding orang dewasa dan juga anak-anak memiliki sistem imunitas yang belum sempurna sehingga mudah menderita infeksi dibandingkan dengan orang dewasa,” kata dr Purnaning Wahyu Prabarini.
“OMA dapat disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri. Biasanya diawali dengan ISPA terlebih dahulu, dimulai sebagai proses inflamasi setelah infeksi virus pada saluran pernapasan atas yang melibatkan mukosa hidung, nosafaring, mukosa telinga tengah dan saluran Eustachius yang mengakibatkan obstruksi tuba Eustachius, peningkatan tekanan negatif di telinga tengah, inflamasi dan transudasi cairan ke dalam telinga tengah. Pertumbuhan mikroba di telinga tengah menyebabkan cairan yang awalnya serous (encer) menjadi purulen (kental) di ruang telinga tengah,” paparnya.
Untuk lebih jelasnya stadium OMA sebagai berikut:
1. Oklusi Tuba, gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan negatif di telinga tengah.
2. Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edem.
3. Supurasi, pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat. tampak gambaran gendang telinga atau membran timpani bombans. dan hiperemi
4. Perforasi, karena beberapa sebab seperti terhambatnya pemberian antibiotik atau virulensi kuman yang tinggi maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anak dapat tertidur pulas, keadaan ini disebut dengan Otitis Media Akut stadium perforasi.
5. Resolusi, bila sudah terjadi perforasi maka sekret akan berkurang dan kering, bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah jadi OMSK bila perforasi menetap dengan sekret yang keluar terus menerus selama kurang lebih 2 bulan.
“Gejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, keluhan di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi sampai 39,5″C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, menjerit, diare, kejang-kejang dan kadang memegang telinga yang sakit,” imbuhnya.
“Harapannya jika ada gelaja OMA segera periksakan ke poli THT, RSUD Jombang buka setiap hari Senin-Jumat .untuk Hari Senin – Kamis jam 07.00-12.30 WIB dan untuk hari Jum’at jam 07.00-11.00 WIB. Jangan anggap remeh OMA, harus ada pemeriksaan dan penanganan yang benar agar tidak terjadi hal-hal yang lebih berbahaya. ada beberapa layanan unggulan di poli THT RSUD Jombang, ” pungkasnya. (Kay)