Jember,Sekilasmedia.com-Pada hari Senin, 12 Agustus 2024, SMPN 4 Jember menyelenggarakan talk show bertajuk “The Kingdoms of Pandalungan” dengan menghadirkan Siswanto, S.Pd., M.A., seorang dosen dari Universitas Jember yang mendalami budaya-budaya di Jawa Timur, khususnya Madura. Acara ini diikuti oleh 700 peserta, dengan 120 peserta hadir langsung di aula sekolah, sementara sisanya mengikuti melalui Zoom Meeting secara daring.
Acara ini dibuka oleh Kepala SMPN 4 Jember, Suarwi, S.Pd., M.Pd., yang dalam sambutannya menyampaikan bahwa program ini dirancang untuk menumbuhkan rasa cinta pada budaya sekitar. “Program ini dibuat untuk menumbuhkan rasa cinta pada budaya sekitar,” ujar beliau, sebagai bentuk dukungan terhadap berlangsungnya acara tersebut.
Talk show ini merupakan bagian dari integrasi program Project Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan tema kearifan lokal. Program P5 ini bertujuan untuk memperkuat karakter siswa, dengan penekanan pada aspek kebhinekaan global, gotong royong, dan pemahaman terhadap budaya lokal yang ada di Jember.
Setelah penayangan video, Bapak Siswanto memberikan pemaparan yang komprehensif mengenai sejarah dan perkembangan budaya Pandalungan di Jember. Dalam pemaparannya, beliau menjelaskan bagaimana budaya ini terbentuk dan berkembang seiring dengan interaksi sosial antara masyarakat Jawa dan Madura, serta tantangan yang dihadapi dalam upaya melestarikannya di era modern.
Para siswa kemudian diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam menganalisis berbagai masalah yang terkait dengan kebudayaan di Jember. Diskusi ini difasilitasi oleh Siswanto, yang mendorong para siswa untuk berpikir kritis dan mengemukakan pandangan mereka mengenai pelestarian budaya lokal. “Tadi kami diskusi film Mamaca/Macapat dan Ta’ Butaan karya NH Film. Kita sebagai generasi penerus harus memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap kearifan lokal, agar tidak kehilangan identitas” ujar Dimas peserta sarasehan.
Acara ini mendapat respons yang sangat positif dari para peserta, baik yang hadir secara langsung di aula maupun yang mengikuti secara daring. Mereka merasa bahwa melalui talk show ini, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai pentingnya menjaga dan melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari identitas bangsa.(Miska)