Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.
Budaya  

Maha Vihara Majapahit Jadi Pesona Budaya, Religi, dan Jejak Sejarah Kerajaan Majapahit di Mojokerto

Patung Budha tidur yang ada di Maha Vihara Trowulan Mojokerto.( Foto: Sekilasmedia.com/Yusril).

Mojokerto,Sekilasmedia.com-Bagi sebagian orang “SLEEPING BUDHA” ( Budha tidur ) ialah patung budha terbesar di indonesia, yang berada di kawasan Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto terletak disamping selatang Gedung Sasono Bhakti tempat peribadatan agama budha tempat tersebut bukan sekedar untuk beribada saja tetapi juga di perpariwisatan bagi pengunjung untuk mengenal sejarah.

Pandita Maha Vihara Mojopahit, romo Sariyono menjelaskan, nama asli dari tempat tersebut adalah Maha Vihara Majapahit namun julukan paling identik adalah Sleeping Budha( Budha tidur ).

Tempat ini diprakarsai Bhikkhu Iriyanadi Mahatera dibangun pada tahun 1987 dan diresmikan pada tanggal 31 Desember tahun 1989 diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Timur Bapak Soelarso, Mayor Jenderal TNI (Purn.)

Romo Sariyono menjelaskan, pembangunan ini dibangun dikawasan ini dimana ia mengatakan bahwa memang diambil dari sisi historis atau sejarah Kerajaan Majapahit.

Pada bagian komplek Maha Vihara Majapahit Ini Terdapat Beberapa bangunan dan terdapat juga filosofinya seperti :

1.Dharmasala atau Sasono Bhakti

Bangungan Sasono Bhakti dibangun dengan konsep joglo bertrap 3 secara filosi secara budisem yaitu dari 3 kata Budha, Dharma dan Sangha yaitu Permata dalam ajaran Buddha yang mencakup Buddha sebagai sosok yang mencapai pencerahan, Dharma sebagai ajaran kebenaran universal, dan Sangha sebagai komunitas praktisi yang menjalankan ajaran tersebut.

2. Soko Guru/Tiang 4

filosofi budhis adalah 4 kesuyataan mulia dan 4 pilar tersebut dikatakan Kebenaran Mulia dalam Buddhisme mengajarkan bahwa penderitaan (dukkha) ada, disebabkan oleh keinginan (samudaya), dapat diakhiri (nirodha), dan jalan untuk mengakhirinya adalah melalui Jalan Mulia Berunsur Delapan (magga).

BACA JUGA :  Menyingkap Sejarah Candi Singasari, Jejak Kejayaan Kerajaan Singasari

Romo sariyono juga mengatakan, ketika diteras pilar tersebut ada 8 itu adalah ruas jalan utama( hasta ariya magga ) dalam ajaran budha terdiri dari pandangan benar, pikiran benar,ucapan benar, prilaku benar, mata pencaharian benar, daya upaya benar, perhatian benar, konsentrasi benar

3. Lima anak tangga Sebelum masuk Sasono Bhakti

Anak tangga yang berjumlah 5 Dalam filosofi budha dikatakan sebagai 5 pancasila budhis. Tangga pertama bertekad menghindari penganiayaan dan pembunuhan mahkluk hidup, tangga yang kedua mengindari sifat mencuri atau bukan barang yang diberikan dan bukan menjadi hak miliknya. Tangga ketiga menghindari perbuatan asusila tangga keempat menghindari ucapan yang tidak benar dan tangga kelima menghindari makanan ataupun minuman yang menghilangkan kesadaran.

“Atau biasa orang jawa menyebutkan itu molimo”, Ujar romo sariyono

4. Budha Maha Pariwibana/Budha Tidur

Bangunan seperti budha yang seperti tidur ini sebenarnya kalau dalam artian budha adalah posisi dimana Sidharta atau sang budhagautama dimana detik detik meninggal dunia. Dimana posisinya berbaring miring dengan badan sebelah kanan berada dibawah.

Pada ukiran ukiran yang berada dibawah dari Budha Maha pariwibana terdapat 2 gambaran yang mempunyai 2 arti pemaknaan.

” posisi bagian depan menggambarkan 3 bulan sebelum Sidharta atau gautama meninggal dunia dimana beliau mengajarkan agama agama budha kepada umatnya namun dengan kebanyakan posisi beliau berbaring, karena kondisi yang sedang sakit”, Kata romo Sariyono.

Beliau juga menjelaskan untuk bagian belakang dimana digambarkan sebagai hukum sebab-akibat. Diaman pada motif itu digambarkan ketika seseorang melakukan seperti ini maka akibatnya seperti ini.

BACA JUGA :  Makam Troloyo: Jejak Penyebaran Islam di Majapahit

Dalam kegiatan hari hari besar yang dilakukan oleh agama hindu tempat Maha Vihara Majapahit ini masih dibuka untuk umum, jadi tidak adanya penutupan ketika hari besar besar dilakukan

” kita tetap terbuka kepada masyarakat, agar publik itu tahu kegiatan apa yang dilaksanakan namun dengan sekat batasan tertentu,” Ujar Romo sariyono.

Untuk Tempat Maha Vihara Majapahit ini jam oprasional dibuka dari jam 07.30 sampai 17.00 untuk pengunjung yang hanya sekedar menikmati suasana atau melihat lihat namun dibuka selama 1 x 24 jam bagi pengunjung yang mau melaksanakan proses peribadatan.

Romo Sariyono menjelaskan, untuk tiket kita menyebutnya bukan karcis kita menyebutnya sebagai uang kebersihan dengan nominal untuk dewasa 5.000 dan untuk anak anak 3.000.

Selain juga belajar sejarah untuk pengunjung juga bisa merasakan sensasi memberi makan ikan diarea kolam Budha Maha Pariwibana yang sudah disediakan oleh pengurus setempat dengan membayar pokpan makanannya dan juga pengunjung bisa menikmati foodCourt yang ada sisekitaran kawasan.

Dengan keberadaan Maha Vihara Majapahit sebagai destinasi wisata religi dan edukasi, pengunjung tidak hanya dapat mendalami sejarah dan filosofi agama Buddha, tetapi juga menikmati suasana yang tenang, kaya makna, dan penuh pengalaman unik di tengah jejak kejayaan masa lalu Kerajaan Majapahit.

Penulis : Yusril
Editor: Kayla