Malang, sekilas media.com– Tradisi Bersih Desa Ngantru kembali digelar dengan penuh kemeriahan dan kesakralan. Ritual yang berlangsung dari tanggal 25 hingga 30 Januari 2025 ini menjadi momen penting bagi warga Desa Ngantru, Kecamatan Ngantang, untuk mengungkapkan rasa syukur atas limpahan rezeki dan memohon keselamatan bagi seluruh masyarakat.
Bersih Desa bukan sekadar ritual adat, tetapi juga bentuk harmoni antara manusia dan alam. Dr. Agus Setyawan, pakar budaya dari Universitas Negeri Malang, menjelaskan bahwa tradisi ini telah berlangsung secara turun-temurun sebagai wujud kearifan lokal.
“Bersih Desa adalah bentuk penghormatan kepada alam dan leluhur. Dalam tradisi ini, masyarakat bersyukur atas hasil panen, kesehatan, dan kesejahteraan yang mereka peroleh selama setahun, serta berdoa untuk keberkahan di tahun mendatang,” ungkap Dr. Agus. Rabu (29/1).
Puncak acara Bersih Desa Ngantru digelar pada Selasa Kliwon, 28 Januari 2025, dengan upacara inti di Kali Talang yang dimulai pukul 08.00 WIB kemarin. Acara ini dimeriahkan dengan Pagelaran Tayub selama dua hari, yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat maupun pengunjung dari luar desa.
Salah satu tradisi utama dalam Bersih Desa ini adalah Sedekah Bumi, di mana warga membawa aneka nasi tumpeng beserta lauk-pauk sebagai simbol rasa syukur. Uniknya, ada berbagai jenis tumpeng yang disajikan, seperti:
Tumpeng Kendil, melambangkan harapan akan kehidupan yang makmur.
Tumpeng Besenggek, mencerminkan kebersamaan dan gotong royong.
Tumpeng Grontol, simbol kesuburan dan keberlimpahan rezeki.
Tumpeng Candi Sewu, melambangkan doa agar desa selalu damai dan harmonis.
Kemeriahan acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Camat Ngantang, Sekretaris Camat, dan jajaran Muspika. Selain itu, tampak pula Kepala Desa Ngantru Setyo Budi, para Kepala Desa se-Kecamatan Ngantang, tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, ketua RT/RW, serta ratusan warga yang turut meramaikan acara.
Menurut Setyo Budi, Kepala Desa Ngantru, tradisi ini bukan hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga mempererat persaudaraan antarwarga.
“Kami berharap tradisi Bersih Desa ini terus dilestarikan. Selain sebagai ungkapan syukur, acara ini juga menjadi momen kebersamaan bagi seluruh masyarakat,” ujarnya.
Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, tradisi Bersih Desa Ngantru terus menjadi perekat budaya dan identitas masyarakat, sekaligus menjadi daya tarik wisata budaya yang patut dijaga.
Penulis : S Basuki
Editor:Kaylla