Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.
Budaya  

Menyikap Sejarah Candi Sumur Gantung: Jejak Bukti Cinta Dan Kegigihan Pejabat Majapahit Terhadap Putri Kerajaan Bulu Ketigo

Potret bangunan candi sumur gantung yang berlokasikan di desa berat wetan, gedeg, mojokerto sebagai bukti cintanya terhadap putri dari kerajaan bulu ketigo. (Foto: Yusril)

Mojokerto,Sekilasmedia.com-Terletak ditengah permukiman di desa beraty wetan, kecamatan gedeg, kabupaten mojokerto berdiri sebuah situs candi yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan candi sumur gantung. Konon dari penyebaran cerita rakyat candi tersebut adalah sebuah bentuk kegigihan serta rasa cintanya dari salah satu pejabat majapahit untuk mempersunting putri dari kerajaan bulu ketigo.

Candi sumur gantung ini mulai ditemukan oleh badan pelestarian cagar budaya( BPCB) wilayah 11 pada tahun 1989 dan mulai diresmikan sebagai situs budaya pada tahun 1990 dan terpilihlah salah satu warga desa setempat bernama sukanan (56) sebagai juru pelihara dari situs tersebut. Nama dari sumber gantung sendiri diambil karena didalam sebuah candi tersebut terdapat sebuah sumur tetapi ketinggian air dalam lubang tersebut jauh lebih tinggi dari pada aliran sungai, oleh karena nama dari sumber gantung tersebut menjadi sebutan hingga saat ini

Sukanan menjelaskan jauh sebelum ditemukannya situs ini oleh BPCB masyarakat sudah menamai tempat ini sebagai sumur gantung dan menurut dari cerita sesepuh desa tempat ini tidak memliki istilah ditemukan tapi sudah muncul tanpa tertimbun tanah sejak zaman kolonial belanda.

“untuk istilah ditemukan tidak ada karena situs ini sudah terlihat dan posisinya diatas tanah dan diperkirakan sudah ada dari sejak zaman belanda. Dan untuk nama nya dari zaman orang tua dulu” sebelum ditemukan oleh BPCB nama nya sudah disebut sumur gantung,” terangnya.

Menurut cerita yang turun temurun atau cerita rakyat konon candi ini dibuat oleh seorang pejabat dari kerajaan majapahit yang dikenal sebagai sebuah candi persyaratan atau seserahan. Pada masa itu desa mberat wetan dikenal sebagai salah satu pintu gerbang dari kerajaan bulu ketigo. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa bernama raja bulu, dan sang raja mempunyai seorang putri yang kecantikannya sungguh luar biasa. Berkat kencantikan paras dari sang putri mampu memikat salah satu pejabat dari kerajaan majapahit sehingga pejabat tersebut berkeinginan untuk meminang sang putri dari kerajaan bulu ketigo tersebut.

Saat itu sang putri menyetujui pinangan sang pejabat tersebut akan tetapi sang putri memberikan sebuah syarat untuk dibangunkan sebuah candi. Dimana dari syarat pembuatan candi tersebut struktur candi ditengah tengah harus terdapat sebuah sumur namun kondisi permukaan air dalam sumur tersebut harus lebih tinggi dari pada permukaan air yang berada tidak jauh dari kerajaan pada saat itu.

BACA JUGA :  Sendang Jolotundo: Legenda Majapahit yang Penuh Sejarah di Mojokerto

Persyaratan dari sang putri pun disetujui oleh pejabat kerajaan majapahit tersebut dan dibuatlah situs candi itu. Pejabat kerajaan dalam proses pembuatan candi tersebut dilakukan secara pintar atau cerdik dia memanfaatkan sebuah pohon pohon besar disekitaran sungai dengan keyakinan bahwa akar dari pohon itu akan menyerap air dengan jumlah yang banyak, oleh karena itu candi tersebut dibangun tepat disekitaran pohon dengan maksud kandungan air yang diserap oleh akar dari sungai mampu membuat sumber air dan hasil dari serapan tersebut masuk kedalam bangunan sumur candi sehingga permukaan air bukan tidak mungkin kalau tingginya lebih diatas dari permukaan air sungai. Akhirnya sebuah candi dengan sumur yang permukaan airnya lebih tinggi dari sungai dapat diciptakan. akhirnya pejabat kerajaan majapahit tersebut bisa mempersunting putri dari raja bulu ketigo dan dari kejadian dan dilihat dari permukaan air yang lebih tinggi tersebut masyarakat menyebutnya dengan candi sumur gantung.

Sukanan menjelaskan struktur dari bangunan candi tersebut tidak bertahan lama karena posisi candi berada di dekat pohon pohon besar dan pertumbuhan akar pohon tersebut yang semakin tumbuh dan masuk ke sela sela dari pada candi sehingga bangunan candi roboh dan sekarang bentuk dari candi sumur gantung sudah rusak berantakan.

Candi sumur gantung memiliki luas sepanjang 17×14 meter dan memiliki ketinggian 3 meter dari permukaan tanah yang terbangun dari struktur bata merah.

“untuk luas bangunan candi sebenarnya hanya berukuran 6×6 meter untuk pondasi aslinya, dan pada tahun diresmikan sebagai cagar budaya pada 1990 itu saya ukur lagi 10×10 meter dengan sisa” reruntuhannya dan semakin hari semakin runtuh ukuran luas sekarang menjadi 17×14 meter,” tambah sukanan.

Ritual budaya yang dilakukan di candi sumur gantung ini sudah hampir tidak ada,namun masih ada sebagian orang yang masih menggelar ritual di candi tersebut hanya untuk penghormatan saja, akan tetapi sukanan menjelaskan pada tahun 80 an semua orang warga dari desa ini selalu mengadakan ritual seserahan berupa tumpengan ketika salah satu warga mau ada hajat dan rasanya kurang kalau tidak mengadakan ritual di candi itu.

BACA JUGA :  Candi Bajang Ratu, Jejak Kejayaan Majapahit di Mojokerto

“pada era 80 an hampir semua orang ketika ada hajat selalu ada seserahan disini biasanya berupa tumpeng,namun dibergulir nya perkembangan zaman kegiatan tersebut muali memudar dan hanya beberapa orang saja yang masih melakukan kegiatan tersebut,” tutur sukanan.

Beberapa orang sering bertanya kepada sukanan kenapa situs ini tidak dipugar atau diperbaiki. dari pertanyaan yang sering dilontarkan tersebut sukanan menjelaskan bahwa proses dari pemugaran sendiri memiliki kendala waktu yang cukup lama dan juga menelan biaya yang tidak sedikit, apalagi instansi BPCB atau sekarang beralih menjadi BPK itu sendiri masih berfokus kepada penemuan penemuan candi baru di wilayah 11 ini. Jadi proses waktu tidak bisa dilakukan dengan waktu singkat.

“meskipun tidak adanya pemugaran atau perbaikan dan kondisinya sudah rusak parah situs ini masih dikenal sebagai situs cagar budaya yang bersejarah peninggalan dari zaman kerajaan majapahit pada era 13 masehi, pungkasnya.

Dengan kondisi yang semakin memprihatinkan, Candi Sumur Gantung tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas Desa Berat Wetan, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Keberadaan candi ini tidak hanya menjadi saksi bisu peradaban masa lalu, tetapi juga mengingatkan generasi sekarang tentang pentingnya pelestarian warisan budaya.

Harapan untuk pemugaran dan perbaikan situs ini terus menjadi doa bagi warga setempat, meskipun prosesnya membutuhkan waktu dan biaya yang besar. Namun, melalui kesadaran masyarakat akan nilai sejarah yang terkandung di dalamnya, diharapkan Candi Sumur Gantung tetap terjaga sebagai simbol kegigihan, cinta, dan kebijaksanaan nenek moyang. Keberadaan candi ini menjadi pengingat bagi kita semua bahwa warisan budaya bukan sekadar artefak, tetapi cerminan dari perjalanan panjang bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan.

Penulis: Yusril

Editor: Kaylla