Mojokerto,Sekilasmedia.com-Batang bambu merupakan batang yang disebut sebagai batang serbaguna, karena olahan kreatifitas seperti kerajinan bahkan perabot rumah tangga banyak yang menggunakan tanaman tersebut.
Seperti lapak Ud dinar milik abdul jalil yang berlokasi di jalan raya arah mojosari yang menjual batang bambu dan juga berbagai macam olahan bambu. Abdul jalil mengaku bisnis yang ia geluti ini sudah ada sejak tahun 200an hingga saat ini masih bertahan diera gempuran barang modern.
Sebelum menggeluti bisnis jual kayu bambu dan olahan bambu abdul jalil mengaku dulunya ia bekerja di dinas perhutani pada masa kepresidenan soeharto, dengan pemahaman dari bekerja di perhutani dia mampu mengenal jenis” kayu yang bagus terutama pada tanaman bambu. Selepas beliau sudah tidak lagi di perhutani akhirnya mulailah bisnis ini yang digeluti hingga saat ini.
“Dulu sebelum saya mulai bisnis ini saya bekerja di perhutani pada masa kepresidenan pak soeharto, ketika saya hbis jabatan baru lah bisnis ini saya mulai dengan keahlian saya dalam memilih bambu yang baik,” terang abdul jalil.
Pada lapak ud dinar ini menjual bambu batangan dan juga berbagai macam olahan dari bambu. Olahan bambu itu meliputi gedeg bambu, ondo atau dalam bahasa indonesia itu tangga dari bambu, kandang ayam, meja/kursi tikar, pleser dan juga slambu kayu. Keanekaragaman itu itu dibandrol dengan harga yang bervariatif, bambu lonjoran atau meteran biasanya dibandrol dengan harga Rp. 4.000 per lonjor dan aneka olahan bambu dibandrol dengan harga Rp 60.000 sampai dengan Rp. 350.000 per bijinya dengan menggunakan jenis bambu yaitu bambu ori atau bambu jawa yang mempunyai kekuatan dan keawetannya yang lama untuk lapuk serta mudah untuk dibuat apa saja.
“Jadi disini saya jual itu ada 2 jenis ada yang berupa lonjoran saja dan ada juga yang sudah saya rakit menjadi berbagai macam jenis, kedua jenis saya jual dengan harga berbeda dan juga tingkat keuletan dari produk itu,” ujar jalil.
“Dan produk itu saya buat tanpa menunggu pesanan jadi saya buat stok, tetapi kalau ada yang pesan yang berbeda ya saya buatkan,” tambahnya.
Akan tetapi jalil mengaku kalau penjualan di zaman sekarang menurun tajam dibandingkan dengan tahun awal produksi, sehingga stok olahan bambu terkadang hampir rusak karena tidak adanya pembeli.
“Untuk penjualan bisa dikatakan menurun tajam yang biasanya orang dulu menggunakan olahan bambu sebagai perabot akan tetapi sekarang banyak yang berpindah ke bahan baku modern,” terang jalil.
“Sekarang pembeli hanya beli ketika sangat butuh saja baru membeli olahan, tetapi untuk pring lonjor masih berjalan normal,” tambah jalil.
Jalil menjelaskan Dulu pengiriman bambu dan olahan ini bisa mencapai kota surabaya, sidoarjo, jombang dan sekitarnya akan tetapi kini hanya bisa kirim ke sepanjang dan itupun tidak menentu.
“Kalau awal produksi banyak dari luar kota mojokerto banyak sekali yang pesan dari sini, tetapi saat ini hampir selama seminggu bisa menjual 1 sampai 2 kadang juga tidak ada,” tambahnya.
Meskipun menghadapi tantangan dalam persaingan dengan bahan baku modern, Abdul Jalil tetap bertahan dengan usahanya. Ia berharap minat masyarakat terhadap olahan bambu dapat meningkat kembali, mengingat keunggulan bambu yang ramah lingkungan dan memiliki nilai estetika tinggi.
“Selama masih ada permintaan, saya akan terus menjalankan usaha ini. Saya yakin, meskipun perlahan, kesadaran masyarakat terhadap produk alami akan kembali meningkat,” pungkas Jalil.
Penulis : Yusri
editor: Kaylla