
JAKARTA, Sekilasmedia.com – Untuk memperingati 100 tahun usia RS. St. Carolus, Romo Harry Sulistyo bersama rekan-rekan menggelar jumpa pers sekaligus mengenalkan sebuah kisah yang dimasukkan dalam bentuk Drama Musikal “Kemuning-Mempelai Berkalang Luka, bertempat di Ciputra Artpreneur, Lotte Shopping Avenue, Ciputra World 1, Retail Podium lantai 13, Jalan Prof. DR. Satrio No.Kav 3-5, Kuningan, Jakarta Selatan. Sabtu (11/05).
Turut hadir dalam acara tersebut diantaranya adalah Romo Harry Sulistyo, Pr (penulis naskah dan sutradara), dr. Fransiska, Sp. PD (Mamah anak kecil), Lisa A. Riyanto (Penyanyi), Rm. K. Lucky Nikasius (Xiaodan dewasa), Widi Dwinanda (Kemuning), Yatti Surahman (Sr. Sesil, CB), Susan Bachtiar (dr. Tika), Rm. Antonius Yakin Ciptamulya (Akong), Ita Sembiring (Pasien 2), dan Christian Reinaldo (Pasien 1).
Mengapa Tercipta: “KEMUNING – Mempelai Berkalang Luka”
Lebih kurang tiga tahun, saya mendapatkan buku beserta CD kumpulan lagu – lagu A. Riyanto dari puterinya. Lisa A. Riyanto. Lagu-lagu yang pernah mewarnai masa – masa ABG (Anak Baru Gede) saya. Saya sempat berjanji akan membuatkan sebuah naskah pementasan seperti film musikal “Mama Mia”. Banyak syair lagu A. Riyanto yang masih saya ingat. Saya pikir, ini bisa menjadi modal utama untuk mencari ide cerita. Saya mencoba menghimpun, menafsirkan, dan merangkainya menjadi sebuah kisah. Tetapi waktu demi waktu berlalu, naskah tak jua tercipta meski beberapa ide cerita sudah ada di kepala.
Sampai akhirnya Sr. Luisa, CB mengajak saya untuk membuat sebuah drama musikal dalam rangka perayaan 100 tahun RS. St. Carolus yang bertema “Melayani dari Hati Membangkitkan Harapan”. Bahkan Ibu Elly Halim sebagai Ketua KGMK (Komunitas Gua Maria Kana) sangat mendukung untuk melaksanakan pementasan ini. Ajakan dan dukungan ini mengingatkan saya kembali pada janji saya untuk membuat naskah dari lagu – lagu A. Riyanto. Ajakan yang membuat saya tidak bisa beristirahat dengan tenang. Saya mencoba mengutak – atik kembali catatan lama tentang ide – ide yang pernah terbersit. Puji Tuhan, ada ide cerita yang sangat pas untuk mengangkat tema 100 tahun RS St. Carolus. Lantas berproses membangun jalinan kisah dari syair lagu – lagu A. Riyanto.
Akhirnya terciptalah drama musikal “KEMUNING – Mempelai Berkalang Luka”. Ide cerita yang terinspiransi dari kisah nyata tragedi ’98. Kisah pergulatan batin seorang perempuan, sebut saja namanya Mawar. Ia menjadi salah satu korban. Dianiaya, disiksa, diperkosa. Orang tua, suami, dan satu anaknya tewas dalam tragedi itu. Jiwa Mawar terguncang. Hidupnya terpuruk hingga imannya berada di bawah titik nol. Seminggu saya bergulat dengan kehidupan Mawar. Pergulatan yang membawa pemahaman bahwa ternyata tidak mudah menjadi tangguh. Berulang – ulang saya meneteskan air mata ketika menulis naskah drama musikal ini. Tidak mudah mempertahankan iman ketika kita menjadi korban kekejaman. Bisa jadi banyak hal berubah : kata ‘kasih’ menjadi sumpah – serapah, mencaci, menyalahkan situasi, dan membenci. Bahkan menciptakan kekejaman baru seperti Mawar yang akhirnya kejam terhadap diri sendiri dengan berusaha merobek – merobek perutnya dan mengeluarkan janin haram jadah dari rahimnya. Untunglah Seorang Imam, Biarawati, dan Dokter yang menjadi simbol Tiga Pilar RS St. Carolus menyelamatkannya dan juga bayi yang ada dalam kandungannya.
Tidak dinyana, pementasan drama musikal ini bertepatan dengan peringatan Tragedi ’98. Kita tahu, sampai sekarang kasusnya tidak juga diangkat ke meja hijau. Makna drama musikal ini bisa menjadi sarana untuk kita “melawan lupa”.
Saya teringat beberapa tahun lalu menulis drama musikal, mementaskan, dan membuat film layar lebar untuk RS. St. Carolus dengan judul “Nada untuk Asa” yang terinspirasi dari kisah nyata tentang penderita HIV-AIDS. Istimewanya, RS. St. Carolus memiliki fasilitas untuk pasien itu, yakni Ruang Carlo. Dan kini drama musikal “KEMUNING – Mempelai Berkalang Luka”, memiliki jalinan kisah yang sangat pas untuk memperkenalkan fasilitas yang tidak dimiliki oleh RS umum lain, yaitu Ruang Pius, satuan unit khusus untuk pemulihan para penderita gangguan jiwa. Dulu seluruh hasil finansial “Nada untuk Asa” digunakan untuk pembangunan Gedung Medik Carolus Boromeus. Hasil drama musikal kali ini untuk pembangunan klinik pratama di pulau Nias.(put/tim).