Mengenal Iptu Djama’ari, Pahlawan Lumajang Dari Polri

Rangkaian kegiatan peringatan hari bhayangkara oleh polres lumajang
Rangkaian kegiatan peringatan hari bhayangkara oleh polres lumajang

LUMAJANG, Sekilasmedia.com – Rangkaian HUT Bhayangkara ke-73, Polres lumajang melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan dan juga membersihkan dan mengecat Tugu Perjuangan Polri di desa Tumpeng, Senin (08/07/2019).

Iptu / AP I Djama’ari adalah tokoh Pahlawan Polri yang gugur dalam pertempuran melawan belanda di Desa Tumpeng Barat Kecamatan. Candipuro Kabupaten. Lumajang yang kemudian di abadikan dengan membuat tugu Perjuangan Polri di tempat gugurnya.

Kapolres Lumajang AKBP. DR Muhammad Arsal Sahban, SH, SIK, MM, MH menceritakan sejarah kepahlawanan Iptu Djama’ari “berawal pada tanggal 7 oktober 1947, saat itu kekuatan polisi di Lumajang berkurang. Batalyon Polisi Mobile Brigade yang sekarang disebut Brimob di Turen Kabupaten Malang adalah Batalyon Polisi yang beranggotakan 36 orang di pimpin Iptu Djama’ari untuk diberangkatkan menuju daerah gerilya di Lumajang. Dalam perjalanannya Iptu Jama’ari berhasil membakar semangat rakyat lumajang sehingga banyak pemuda yang bergabung dalam pasukannya hingga mencapai 56 orang”

“Pada tanggal 9 oktober 1947 pasukan yang di pimpin Iptu Djama’ari kembali kemarkas di Desa Tumpeng kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. beberapa hari di Tumpeng, pasukan Belanda lantas mengetahui keberadaan pasukan polisi yang di pimpin Iptu Jama’ari, sehingga pada tanggal 13 oktober 1947 terjadilah pertempuran antara pasukan Belanda dengan pasukan Iptu Djama’ari di Tumpeng”

“Pertempuran yang berlangsung tepatnya di sekitar tugu Perjuangan Polri saat ini, yang saat itu di pimpin Iptu DJama’ari tak seimbang dengan pasukan Belanda. pasukan Belanda yang di bantu oleh pasukan KNIL dan Cakra (pasukan bantuan dari Madura) dengan kekuatan penuh dan didukung kendaraan perang berhasil mengepung posisi pasukan Brigade Mobil Polri. Tetapi para Bhayangkara pejuang dan pengawal Republik Indonesia tidak gentar menghadapi pasukan Belanda yang kekuatan personel dan senjatanya lebih besar”.

“pada tanggal 13 November 1947, di sekitar tempat ini terjadi pertempuran sengit antara pasukan mobrig polisi Republik Indonesia di bawah pimpinan komandan seksi Jama’ari melawan tentara Belanda. Tentara belanda yang jauh lebih besar kekuatannya tapi lebih banyak yang tewas daripada pasukan Jama’ari. Karena peluru Pasukan Iptu Djama’ari telah habis maka mereka bertahan dengan pedang dan sangkur yang tergenggam ditangan masing-masing. Pertempuran dengan sangkur dan pedang tak dapat dihindarkan lagi. Iptu Djamaari sempat sendirian melawan 10 anggota Belanda, tapi akhirnya gugur bersama 17 pasukannya”.

“Dalam pertempuran tersebut Iptu Djama’ari gugur setelah dadanya di terjang peluru oleh pasukan Belanda. jasad Iptu Djama’ari langsung dirusak dan dibuang ke Parit dipertigaan Tumpeng. Sekitar 18 orang anggota pasukan Brigade Mobil yang gugur di Tumpeng termasuk Iptu Djama’ari sedangkan 20 orang ditangkap Belanda dan sisa lainnya menyelamatkan diri untuk bergabung dengan para pejuang yang ada di Pasrujambe Kabupaten Lumajang”

“untuk mengenang pertempuran antara Belanda dengan pasukan Polri yang dibawah pimpinan Iptu Djama’ari didirikanlah Tugu Perjuangan Polri yang terletak di Desa Tumpeng Barat Kecamatan Candipuro Lumajang. Monumen ini didirikan/diresmikan pada tanggal 13 Oktober 1956, oleh kepala Polisi Jawa Timur Komisaris Besar Polisi R. Soekarno Djojonagoro”

“Tugu Perjuangan Polri ini untuk mengenang pertempuran antara Belanda dengan pasukan Polri dibawah pimpinan Iptu. Djama’ari. Selain itu nama Iptu. Djama’ari juga diabadikan menjadi nama jalan di Kelurahan Jogotrunan Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang” Ujar Arsal mengulas sejarah kepahlawanan Iptu. Djama’ari.(Shelor)