Hukum  

Baliho Kemerdekaan RI Diprotes, Tokoh Pemuda Ajak Masyarakat Instrospeksi Diri

Baliho Kemerdekaan RI Diprotes, Tokoh Pemuda Ajak Masyarakat Instrospeksi Diri
Foto Baliho Kemerdekaan RI Diprotes, Tokoh Pemuda Ajak Masyarakat Instrospeksi Diri
Baliho Kemerdekaan RI Diprotes, Tokoh Pemuda Ajak Masyarakat Instrospeksi Diri
Foto Baliho Kemerdekaan RI Diprotes, Tokoh Pemuda Ajak Masyarakat Instrospeksi Diri

Probolinggo, Sekilasmedia.com – Adanya pemasangan baliho Caleg Kabupaten Probolinggo yang bertuliskan ucapan kemerdekaan HUT RI ke – 74 mendapat protes dari segelintir masyarakat. Pasalnya, ramai dalam pemberitaan media massa (media online) bahwasanya akibat pemasangan baliho di kawasan pertigaan Desa Sumberanyar, Kecamatan Paiton tersebut mengakibatkan tertutupnya monumen Lambang Negara RI (Garuda) dan patung pejuang.

Menanggapi hal tersebut, Syaiful Bahri salah satu tokoh pemuda setempat justru memberikan pendapat yang berbeda. Ia menilai hal itu sebagai suatu yang tendensius dan terkesan di besar-besarkan. Pemuda yang juga aktif sebagai aktivis di salah satu lembaga swadaya masyarakat ini justru mengajak pihak yang melakukan protes untuk instrospeksi diri.

“Selama ini keberadaan lambang negara (garuda) dan patung pejuang yang dimaksud tidak terawat, tampak kotor. Bahkan patung tersebut sudah tidak ada kepalanya. Dan itu terjadi sudah lama. Di sisi lain, baliho tersebut bertuliskan ucapan selamat hari kemerdekaan RI, bukan kalimat bernuansa politik. Itu menunjukkan rasa nasionalisme, bukan pencitraan. Toh pemasangannya pun tidak bersifat permanen,” ujarnya, saat ditemui di kediamannya, Kamis (22/08/19) pagi.

BACA JUGA :  BANDAR BOLA ADIL DIJEBLOSKAN KEDALAM PENJARA

Lebih dari itu, Syaiful Bahri juga mempertanyakan simbol patung yang ramai di pemberitaan sebagai patung pejuang. Ia pun merasa heran tentang monumen replika patung tersebut. “Patung pejuang yang dimaksud itu wujud gambaran dari pahlawan siapa ?. Sebab yang saya ketahui, patung itu bersimbol seorang petani yang kepalanya sudah tidak ada. Bahkan setahu saya, pembuatan monumen tersebut tidak dibiayai oleh negara, tetapi bentuk swadana masyarakat,” ungkapnya.

Jadi, lanjut Syaiful, masyarakat semestinya menumbuhkan kesadaran untuk merawat keberadaan monumen tersebut, bukan malah protes atas sesuatu yang kurang positif yang mengarah pada aroma politis. “Saya berharap media massa memberitakan hal-hal yang substansial dalam semangat perjuangan kemerdekaan. Biar bisa menjadi referensi yang bermanfaat bagi masyarakat dengan menjaga rasa persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.(mul)