Daerah  

Vox Point Indonesia Gelar Diskusi Politik Tentang Ancaman Persatuan Indonesia

Vox Point Indonesia Gelar Diskusi Politik Tentang Ancaman Persatuan Indonesia
foto Vox Point Indonesia Gelar Diskusi Politik Tentang Ancaman Persatuan Indonesia
Vox Point Indonesia Gelar Diskusi Politik Tentang Ancaman Persatuan Indonesia
foto Vox Point Indonesia Gelar Diskusi Politik Tentang Ancaman Persatuan Indonesia

JAKARTA, Sekilasmedia.com – Terkait isu ancaman terhadap bangsa ini yang bisa mempengaruhi persatuan Indonesia,  Vox Point Indonesia menggelar Diskusi Politik (Dispol), dengan mengusung tema “Ancaman Persatuan Indonesia Kian Nyata, Kita Bisa Apa ?”, di Sanggar Prathivi Building Jakarta Pusat. Jumat (13/09).

Diskusi Politik yang dimoderatori oleh Yohanes Handoyo Budhisejati (ketua umum DPN Vox Point Indonesia) ini menghadirkan beberapa narasumber, diantaranya adalah :
1. Sufmi Dasco Ahmad, Anggota DPR RI dari Fraksi Gerindra.
2. Emanuel Melkiades Lakalena, Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar.
3. Amin Mudzakir, Peneliti Sospol LIPI.
4. Arief P.Moekiyat, Deputi YI Kesbang Kemenko Polhukam.
5. Lidya Natali Sartono, Sekjen DPN Vox Point Indonesia.

Bangsa Indonesia merupakan bangsa Plural yang terdiri dari berbagai Suku, RAS, dan Agama, yang meliputi : 300 kelompok etnis; 1340 suku bangsa; Terdapat 5 agama yang dianut mayoritas penduduk di Indonesia dan juga berbagai aliran kepercayaan.

BACA JUGA :  Samsat Surabaya Utara di banjiri Wajib Pajak

Amin Mudzakir (Peneliti Sespol LIPI) mengatakan saat ini ditemukan data yang menunjukkan menguatnya sentimen politik Islam. “Saat ini banyak orang yang khawatir tidak hanya kalangan non muslim, tetapi sesama Islam juga khawatir dengan perkembangan Islam ini yang pesat dan radikal,” kata Amin Mudzakir.

“Ada faktor-faktor yang menjadi ancaman terhadap persatuan dan integritas bangsa dengan munculnya fenomena sentimen politik Islam yang menyebabkan sebahagian masyarakat bangsa ini gagap dan khawatir dengan munculnya fenomena ini,” lanjutnya.

Faktor-faktor yang menjadi ancaman tersebut, diantaranya :
Pertama, perubahan sosio demografis umat Islam yang meliputi kelas atas, menengah bawah, dan milenial.
Kedua, perubahan komposisi afiliasi yang dipengaruhi teknologi internet. Apa yang menjadi trending topik di masyarakat itu juga menjadi trending topik di media sosial. Ini mengubah secara radikal orientasi cara pandang dan cara berpikir umat Islam.
Ketiga, perubahan orientasi nilai umat Islam terhadap pemimpinnya. Sekarang ini umat Islam terutama di kalangan anak muda cenderung tidak mengenal tokoh-tokoh Islam dari organisasi konservatif seperti NU dan Muhammdiyah. Contohnya saat ini anak-anak muda Islam lebih mengenal sosok Ustad Abdul Somad dibandingkan kyai-kyai dari NU dan Muhammdiyah.

BACA JUGA :  Ini Komentar Para Ilmuan Terkait Pemindahan Ibukota Indonesia

“Tokoh-tokoh ini hanya dikenal di kalangan mereka (NU dan Muhammadiyah) saja. Internet jelas sangat mempengaruhi citra tokoh seperti Ustad Somad yang sebelumnya tidak dikenal publik,” ungkap Amin.

Cecep Supriyatna juga menambahkan bahwa ancaman terhadap persatuan memang nyata saat ini. “Sebagai pemerintah memang tugas kami memastikan keamanan dan ketertiban tetap terjaga. Namun tanpa dibantu elemen masyarakat Pemerintah tidak bisa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Konflik tidak hanya terjadi karena antar agama, tapi bisa karena interen agama tersebut. Seperti adanya paham-paham atau aliran sesat juga berpotensi menyebabkan konflik,” jelasnya.(Putri)