GIANYAR, Sekilasmedia.com – Banyak pihak agak lamban ketika menyangkut bagaimana solusi mengatasi meminimalkan kemiskinan, serta bagaimana menciptakan lapangan kerja apalagi yang berbasic anak muda (pemuda), desa, dan pertanian. Diantaranya karena keterbatasan niat bergerak untuk membuat perubahan secara signifikan. Hal tersebut kurang lebih diungkapkan Siswahyu penulis buku biografi Asmuni-Srimulat yang juga banyak memuat masa muda Asmuni-Srimulat, kemarin (14/11/2019) dalam diskusi terbatas di Gianyar, Provinsi Bali. “Pemuda, desa, pertanian dan sejenisnya, penting diperhatikan banyak pihak peduli untuk basic berbangsa-bernegara,” ungkap Siswahyu yang pernah Jawa Pos Group.
Menurut Siswahyu di tengah kebanyakan nuansa semacam itu menjadikan kebingungan, lebih-lebih bagi masyarakat, pemuda, serta elemen apapun di desa, yang kebanyakan memiliki keterbatasan akses kepada ‘penguasa’, permodalan maupun jaringan-jaringan lain. Namun selalu saja juga tetap ada yang menjadi semacam ‘pahlawan’ muncul dengan langkah-langkah riil meskipun misal dengan skala awal yang tidak terlalu besar, akan tetapi terus mengembang, seperti diantaranya yang dilakukan dua pemuda Sang Nyoman Juniarta bersama Kadek Budiana dkk dalam wadah ‘The Predators’ Oemang Ong di ‘Dusun’ Mancingan Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring (sekitar 100 meter dari Istana Presiden Tampaksiring) Kabupaten Gianyar, di Bali.
‘The Predators’ Oemah Ong di Dusun Mancingan Desa Manukaya itu adalah dua konsep besar yang dijadikan satu, yaitu tempat mancing yang di dalam kolam diantaranya terdapat ikan-ikan ‘bergelar’ predators, yang juga disukai turis asing Eropa dan Jepang untuk terlibat mengikuti Lomba Memancing di ‘The Predators’ Oemah Ong yang mulai rutin digelar tiap bulan satu kali. Kemudian makna Oemah Ong sendiri adalah Rumah Jamur, dimana di ‘lesehan’ tersebut memiliki menu andalan jamur. Berbagai jenis masakan jamur, sekitar 40 resep lebih, siap memanjakan tamu beserta puluhan ‘resep’ minuman jamur ‘mix’ berbagai variasi campuran.
Yang lebih tak kalah seru adalah paket ‘Cooking Class’ untuk para turis asing yang per orangnya dengan tarif sekitar Rp.600 ribu hingga Rp.1 juta, sedangkan untuk ‘Paket Pelajar’ mendapat ‘dispensasi’ tarif yang berbeda dan sangat murah untuk mendapatkan ilmu tentang jamur dan pengolahannya, yang meliputi sekitar tiga jam ‘pembelajaran’ dimulai dari tahap bagaimana mengenal pertanian jamur. Lalu yang kedua bagaimana praktek memasak jamur, dan yang ketiga adalah bagaimana menikmati masakan berbahan jamur yang diolah sendiri oleh masing-masing peserta.
Paket ‘Cooking Class’ tersebut mulai menarik perhatian banyak turis asing terutama Eropa dan Jepang termasuk kalangan perhotelan sebagaimana diungkapkan R.A.A. Sri Laksmi Dewi (Dewi) bagian owner Grand Mirah Hotel Jalan Kaliasem Denpasar. “Cooking Class Jamur menarik dikembangkan untuk kerjasama-kerjasama,” ungkap R.A.A. Sri Laksmi Dewi yang tertarik konsep Sang Nyoman Juniarta dan Kadek Budiana itu, hingga pihaknya kerjasama tamu hotelnya (Grand Mirah) agar juga mendapatkan pembelajaran ‘Cooking Class’ mengenai jamur. Dimana jamur bisa diolah dengan variasi puluhan menu masakan, juga mix minuman jamur, bahkan keripik jamur Oemah Ong yang sedang cari kerjasama distributor pengembangan di Jawa Timur.
Tak mengherankan pihak pimpinan Istana Presiden Tampaksiring dibawah kendali Agus Wawan Herwanto S.Sos, M.Ap., pun sempat mengundang Sang Nyoman Juniarta dan Kadek Budiana untuk pertemuan di Istana Presiden Tampaksiring kemarin. Agus Wawan Herwanto berharap ‘The Predators’ Oemang Ong menjadi mitra binaan yang bersinergi saling mengisi dengan pihak Istana Presiden Tampaksiring.(Sis)