
Batu, Sekilasmedia.com – Dalam semangat meningkatkan kunjungan wisatawan ke Kota Batu, Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu menggelar lomba Layang-layang Hias, dengan tetap mematuhi protokol kesehatan bagi para peserta.
Dimana puluhan layang-layang hias dengan berbagai bentuk serta warna yang unik dan menarik untuk mengikuti ajang Festival Layang-Layang Hias Kota Batu, dimana mereka datang dari berbagai daerah untuk mengikuti kegiatan perlombaan ini.
Kegiatan Lomba Layang-layang Hias tersebut digelar di Lapangan Sisir, Kelurahan Sisir, Kecamatan Batu, Minggu (8/11) event Disparta Kota Batu ini pun mampu menyedot animo masyarakat sekitar dan wisatawan yang memadati sisi luar lapangan.
Wali Kota Batu, Dewanti Rumpoko sangat mengapresiasi gagasan Disparta Kota Batu itu. Event ini diharapkan bisa menjadi penyemarak rangkaian HUT ke-19 Kota Batu. Meski baru pertama kali, ia mengaku sangat antusias melihat meriahnya sambutan.
“Meski biasanya lomba layang-layang berlangsung di pinggir pantai, tak menyurutkan niat Disparta menggelar di lapangan. Terbukti bagus sekali dan sukses, sangat meriah. Semoga acara ini bisa menjadi atraksi sebagai daya tarik wisatawan,” ujar Dewanti sembari berpesan semua harus mematuhi protokol kesehatan.
Ditempat yang sama menurut Kepala Disparta Kota Batu, Arief As Sidiq mengatakan jika event ini dimeriahkan peserta dari Malang Raya, Yogyakarta, Bali, dan sebagainya. Event awal yang nanti direncanakan digelar setahun sekali ini diharapkan bisa menjadi event tahunan yang mampu menyedot animo wisatawan dan pengemar layang-layang di Indonesia.
“Dengan luar biasanya antusias penonton, saya berkeinginan tahun depan akan menggelar lomba tingkat nasional atau internasional karena bisa juga untuk mempromosikan wisata yang ada di Kota Batu,” terang Arief.
Arief mengaku pada saat dilihat dari sejumlah peserta, hampir mencapai 100 layang-layang tersebut ada yang sangat bagus. Menurutnya yang paling bagus ada sejumlah 40-an layang-layang.
“Dilihat sekilas, fisiknya besar, tapi meski fisiknya terlihat besar, belum tentu bakal menang. Dan yang fisiknya kecil pun bisa jadi bakal menang. Selain itu memang keputusan para dewan Juri tidak bisa diganggu gugat, karena ada pengkategorian, istilahnya kriteria penilaian,” ungkapnya.
Lebih lanjut menurut Arief yang juga mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batu mengatakan bahwa kegiatan ini hanya dihelat sehari, karena pada beberapa hari yang lalu sudah diawali dengan lomba layang-layang sambitan (aduan).
“Nantinya akan jadi event tahunan yang bakal menjadi daya tarik wisatawan dan penggemar layang-layang se Indonesia bisa diakomodir di Kota Batu” tuasnya.
Salah satu peserta asal Yogyakarta, Norma Setiawan mengatakan dalam event ini membawa dua layang-layang andalannya berbentuk naga dengan panjang 100 meter dan burung elang.
“Memang biasanya lomba layang-layang digelar di pantai, namun di Kota Batu terselenggara di tengah lapangan, sehingga membuat saya dan rekan setim penasaran mencoba tantangan tersebut. Penilain saya Kota Batu cocok membuat event dengan skala lebih besar atau internasional,” tutur wanita yang sering mengikuti event layang-layang tingkat internasional ini.
Norma datang bersama timnya dengan membawa dua model layang hias andalanya. Salah satunya pernah dibawa di event Prancis itu skala internasional yakni bermotif Naga dan Burung Elang. Panjangnya bervariasi. Ada yang 95 meter dan 100 meter.
“Proses pembuatannya sekitar tiga sampai empat pekan. Kalau terbuat dari bahan kain biasa, satu layang – layang hias itu bisa menghabiskan biaya sekira Rp 8 juta. Jika menggunakan bahan material yang bagus bisa menghabiskan dana sebesar Rp 13 – 15 juta,” ungkapnya.
Menurut Norma bahwa dirinya sudah dua hari berada di Kota Batu untuk mengecek lokasi dan anginnya sebelum dirinya bertanding.
“Kota Batu bagus untuk event internasional anginnya tipis-tipis dan stabil. Beda dengan di Jogja, anginnya kencang kalau layangannya tidak kondisi fit bisa putus, talinya” pungkasnya. (BAS)