SURABAYA, Sekilasmedia.com – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di sembilanbelas daerah di Jawa Timur pada 9 Desember 2020 telah berlangsung dengan sangat kondusif, lancar dan aman, sesuatu yang penting bagi berbagai pihak tak terkecuali Gardi Gazarin ketua umum presedium Indonesia Cinta Kamtibmas (ICK) pusat. Tak berlebihan saat Gardi Gazarin mengucapkan selamat untuk sejumlah partai ‘kecil’ di Jatim yang ‘ikut’ menang di banyak Pilkada, lebih-lebih Nasdem dan Hanura yang jumlah prosentase kemenangannya jauh melebihi perolehan kursi masing-masing partai tersebut di tingkat DPRD Jatim dimana Nasdem dan Hanura masing-masing memperoleh hanya kurang dari 8 persen (8%) dari 120 kursi DPRD Jatim namun mampu menang di banyak Pilkada di Jatim.
Pada kesempatan terpisah hal kurang lebih sama disampaikan Siswahyu Kurniawan penulis buku Humor Politik serta buku Bung Karno dan Pak Harto, dalam diskusi terbatas di Surabaya (19/12/2020). Menurut Siswahyu Kurniawan, yang terpenting Pilkada serentak di 19 daerah di Jatim tersebut telah terlaksana dengan sukses dan nyaris tanpa konflik apapun. “Yang lebih penting ke depan adalah bagaimana agar para kepala daerah terpilih benar-benar lebih memikirkan kesejahteraan rakyat. Bukan hanya retorika saat kampanye kemarin,” ungkap Siswahyu Kurniawan yang juga humas Askot PSSI dan penulis buku biografi Asmuni-Srimulat ini.
R. Tri Harsono Forum Peduli Indonesia – Sosial Sejahtera (F-PISS) pun mengungkapkan hal yang tak jauh berbeda. Hanya saja menurut R. Tri Harsono, Nasdem dan Hanura yang ‘ikut’ menang di banyak Pilkada serentak di Jatim merupakan sesuatu yang surprise, termasuk diantaranya kemenangan di Pilbup Gresik yang dimenangkan Fandi Akhmad Yani dan Aminatun Habibah; di Pilbup Lamongan dimenangkan Yuhronour Efendi dan KH Abdul Rouf, lalu di Pilbup Ponorogo dimenangkan Sugiri Sancoko dan Lisdyarita.
Dalam Pilbup Gresik, Fandi Akhmad Yani dan Aminatun Habibah memperoleh 369.844 suara (51 %) dimana Nasdem dengan 5 kursi ikut menjadi pengusung (bersama Golkar 8 kursi, PDIP 6, Demokrat 4, PPP 3, PAN 3) sedangkan Hanura ikut sebagai pendukung. Mengalahkan Mohammad Qosim – Aslukhul Alif yang diusung PKB (13 kursi) dan Gerindra (8) meskipun kemungkinan masih ada upaya gugatan ke Mahkamah Konstitusi.
Dalam Pilbup Lamongan, ungkap R. Tri Harsono, dimenangkan oleh Yuhronour Efendi dan KH Abdul Rouf dengan perolehan 336.154 suara (42,5 persen) dimana Hanura dengan satu (1) kursi ikut mengusung paslon tersebut bersama Demokrat (9 kursi), PAN (7), Golkar (6), Gerindra (4), PPP (3), Perindo (1). Mengalahkan Suhandoyo – Astiti (dari jalur perseorangan/independen) yang memperoleh 296.667 suara (37,8 persen), serta mengalahkan Kartika Hidayati – Saim (yang diusung PKB 10 kursi dan PDIP 8 kursi) yang mendapatkan 157.296 suara (19,7%).
Kemudian untuk Pilbup Ponorogo dimenangkan oleh Sugiri Sancoko yang memperoleh 61,7% dimana Hanura dengan satu (1) kursi ikut mengusung paslon tersebut bersama PDIP (4 kursi), PAN (3) dan PPP (1). Paslon yang ikut diusung Hanura tersebut ‘bentrok’ dan mampu mengalahkan versus paslon yang diusung Nasdem (10 kursi), Ipong Muchlissoni (incumbent) – Bambang Tri Wahono yang mendapatkan 38,3% suara, dimana paslon ini diusung oleh mayoritas parpol yaitu Nasdem (10 kursi), PKB (8), Gerindra (5), Demokrat (5), PKS (4), Golkar (5).
Dalam Pilbup Malang dimenangkan oleh Sanusi dan Didik Gatot Subroto dengan memperoleh 530.449 suara (45,51 persen) dimana Nasdem dengan 7 kursi ikut mengusung paslon tersebut bersama PDIP (12 kursi), Golkar (8), Gerindra (7), PPP (2), Demokrat (1). Mengalahkan Lathifah Shohib – Didik Muljono yang memperoleh 491.816 suara (42,19%) dengan diusung PKB (12 kursi) dan Hanura (1); serta mengalahkan Heri Cahyono – Gunadi Handoko (dari jalur perseorangan/independen) yang memperoleh 143.327 suara atau 12,29 persen.
Kemudian dalam Pilwali Kota Blitar dimenangkan Santoso dan Tjujuk Sunaryo yang memperoleh 50.258 suara (57,4 persen) dimana Hanura dengan satu (1) kursi ikut mengusung paslon tersebut bersama PDIP (10 kursi), PPP (3), Gerindra (2), Demokrat (2). Mengalahkan Hendry Pradipta Anwar – M Yasin Hermanto yang diusung PKB (4 kursi) dan PKS (1).
Untuk Pilbup Trenggalek dimenangkan HM Nur Arifin dan Syah Mohammad Natanegara yang memperoleh 259.844 suara (68,16 persen) dimana Hanura dengan dua (2) kursi ikut mengusung paslon tersebut bersama PDIP (9 kursi), Golkar (6), Demokrat (5), Gerindra (3), PAN (2), PPP (1). Mengalahkan Alfan Rianto – Zaenal Fanani yang memperoleh 121.406 suara (31,84%) dengan diusung PKB (11 kursi), PKS (6).
Pada empat (4) Pilkada lain di Jatim, Nasdem dan Hanura sama-sama menjadi pengusung paslon yang menang yaitu untuk Pilbup Mojokerto yang dimenangkan Ikfina Fahmawati dan M. Al Barra, lalu di Pilbup Pacitan yang dimenangkan Indrata Nur Bayu Aji (keponakan Susilo Bambang Yudhoyono/SBY) dan Gagarin. Di Pilbup Ngawi dimenangkan Ony Anwar dan Dwi Riyanto Jatmiko yang melawan kolom (bumbung) kosong. Serta di Pilbup Banyuwangi dimenangkan Ipuk Fietandani Azwar Anas dan Sugirah.
Sekadar catatan, dalam Pilbup Mojokerto dimenangkan Ikfina Fahmawati dan M. Al Barra dengan perolehan 405.157 suara (65 persen) dimana Nasdem dengan tiga (3) kursi dan Hanura (2) ikut sebagai pengusung bersama Demokrat (5 kursi), PKS (4), Gerindra (3), PAN (2). Mengalahkan paslon Pungkasiadi (incumbent) – Titik Masudah yang diiusung PKB (10 kursi), PDIP (9), PBB (1) dengan memperoleh 120.458 (19%). Serta mengalahkan paslon Yoko Priyono – Choirun Nisa’ yang diusung Golkar (6 kursi) dan PPP (5) yang memperoleh 95.481 suara atau 15 persen.
Untuk Pilbup Pacitan yang dimenangkan Indrata Nur Bayuaji dan Gagarin yang memperoleh 226.741 suara (72,1 persen) dimana Hanura yang memiliki tiga (3) kursi dan Nasdem (2) sama-sama ikut mengusung paslon tersebut bersama dengan Demokrat (14 kursi), Golkar (9), PKS (2). Mengalahkan Yudi Sambogo – Isya Anshori yang memperoleh 76.077 (24,2%) dengan diusung PDIP (6 kursi) dan PKB (5).
Kemudian untuk Pilbup Ngawi dimenangkan Ony Anwar dan Dwi Riyanto Jatmika dengan memperoleh 471.082 (94,42 persen) dimana Nasdem yang memiliki dua (2) kursi dan Hanura (1) sama-sama mengusung paslon tersebut bersama PDIP (20 kursi), Golkar (5), PKB (4), Gerindra (4), PKS (4), PAN (3), Demokrat (1). Mengalahkan kolom (bumbung) kosong.
Lantas dalam Pilbup Banyuwangi dimenangkan Ipuk Fiestandani Azwar Anas dan Sugirah yang memperoleh 438.847 suara (52,4 persen) dimana Nasdem dengan lima (5) kursi dan Hanura (2) sama-sama ikut mengusung paslon tersebut bersama PDIP (12 kursi), Gerindra (5), PPP (4). Mengalahkan Yusuf Widiatmoko – Gus Riza yang memperoleh 398.13 suara (47,6%) dengan diusung PKB delapan (8) kursi dan Demokrat (6).
Menurut R. Tri Harsono dengan melihat catatan hasil Pilkada pada 19 daerah di Jatim yang diumumkan masing-masing KPU, terlihat Nasdem minimal ‘ikut’ menang pada enam (6) daerah atau sekitar 32 persen, sedangkan Hanura minimal ‘ikut’ menang pada delapan (8) Pilkada atau sekitar 42 persen. Hal tersebut menurut R. Tri Harsono tentu merupakan sesuatu yang luar biasa. Apalagi pada Pemilu April 2019 yang lalu, Hanura untuk DPRD Jatim diantara 120 kursi hanyalah memperoleh satu (1) kursi atau 0,8 persen (0,8%) sedangkan Nasdem memperoleh sembilan kursi atau 7,5 persen (7,5%).
Padahal perolehan kursi untuk DPRD Jatim 2019 – 2024, kursi terbanyak diraih PDIP dengan 27 kursi, disusul Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 25 kursi, Partai Gerindra 15 kursi, Partai Demokrat 14 kursi, dan Partai Golkar 13 kursi. Kemudian, Partai NasDem sembilan kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) enam kursi, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lima kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) empat kursi, serta masing-masing satu kursi untuk Partai Hanura dan Partai Bulan Bintang (PBB).
Memang dari hasil Pilkada pada 19 daerah di Jatim, Hanura menunjukkan ‘ikut’ menang lebih banyak dibandingkan Nasdem. Akan tetapi menurut R. Tri Harsono untuk menuju Pemilu 2024, Nasdem masih tetap jauh berpeluang masuk lima besar lagi, apalagi untuk tingkat pusat lebih-lebih karena soliditas. Sedangkan Hanura masih sangat rawan, akibat konflik yang berkepanjangan dari kubu Wiranto yang hingga kini masih belum kondusif sehingga untuk kursi DPR RI masih akan sulit Hanura untuk meraih ambang batas parlemen atau Parliament Threshold. Apalagi hambatan ‘internal’ dari sejumlah pendiri tersebut. Ini yang menjadi PR ke depan. (Sis).