Surabaya,Sekilasmedia.com – Selama dua hari (20 & 21/2) Stikosa AWS menjadi tempat penyelenggaraan Master of Trainer (MoT) Peningkatan Kapasitas Pendampingan Implementasi Desa Cerdas Nasional 2025. Acara ini diselenggarakan Relawan Teknologi Informasi & Komunikasi (RTIK) bekerja sama dengan Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Republik Indonesia.
Acara MoT yang diselenggarakan secara hybrid di ruang multimedia kampus Stikosa AWS itu didahului dengan acara pembukaan yang berlangsung di aula Diskominfo Jawa Timur, Jl. Ahmad Yani 242 Surabaya (19/2). Narasumber MoT adalah beberapa tenaga ahli dari Kemendes, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), RTIK, Pengelola Nama Domain Indonesia (Pandi), Assosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Jawa Timur serta Ketua Stikosa AWS, Dr Jokhanan Kristiyono, M.Med.Kom.
Menurut Ketua Umum RTIK, Hani Purnawanti, peserta MoT yang hadir berasal dari berbagai wilayah di Indonesia. Antara lain dari Kalimantan Selatan, Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. Mereka akan diminta melaksanakan sosialisasi Desa Cerdas dan pemberdayaan RTIK dengan melaksanakan pendampingan di wilayah masing-masing.
“Sosialisasi dan pendampingan ini berlaku secara nasional di lokus-lokus yang sudah ditentukan oleh Kemendesa maupun desa yang secara swadaya menginginkan program ini” ujar Hani.
Dalam sambutan pengarahan, Kabid Kemasyarakatan Desa Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Jatim, Drs Tri Yuwono, M.Si mengatakan bahwa desa adalah pilar utama dalam perencanaan pembangunan nasional. UU No 6/2014 sudah mencanangkan desa sebagai subyek, bukan lagi sebagai obyek seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu ia berpesan kepada para peserta MoT, sebelum masuk ke desa harus memahami betul seluk beluk tentang desa selain kompetensi yang dipunyai para pendamping desa dalam melaksanakan sosialisasi dan pemberdayaan
Tri Yuwono mengatakan, walaupun mempunyai 286 wilayah kepulauan namun Jawa Timur tidak termasuk dalam daerah 3 T (tertinggal, terdepan dan terluar) dalam skala nasional. Ia menyebut data, dari 7721 desa yang ada di Jawa Timur, 4019 desa atau 43,5 % merupakan desa mandiri. Yakni desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap layanan dasar, kegiatan sosial, kegiatan ekonomi, lingkungan, aksesibilitas dan administrasi pemerintahan yang sudah sangat baik. Atau desa yang sudah bisa mengelola sumber daya alam sendiri untuk meningkatkan kesejahteraan. Sisanya terdiri dari kategori desa maju sebanyak 2924 desa, kategori berkembang 778 desa dan tidak ada satupun kategori desa tertinggal atau sangat tertinggal.
Dalam sesi pembekalan di ruang multimedia kampus Stikosa AWS, berbagai materi disampaikan oleh masing-masing narasumber. Mulai dari tata kelola desa cerdas, tata kelola Bumdes, teknologi internet desa mandiri, praktek micro teaching dan sebagainya.
Salah satu narasumber, Mujianto, kordinator program desa cerdas Kementerian Desa PDT memberi tips dan trik menarik bagaimana melakukan perencanaan, pendampingan dan pemberdayaan di desa. Ia memberi contoh desa Sri Mulyo di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta yang sudah melaksanakan digitalisasi desa dengan sangat bagusnya. Desa ini merupakan desa percontohan pengelolaan desa terbaik se Indonesia dan banyak didatangi tamu-tamu mancanegara untuk belajar tata kelola desa.
Dalam kesempatan terpisah, Ketua RTIK Jawa Timur, Muhajir Shultonul Azis, M.I.Kom mengatakan bahwa penyelenggaraan MoT berskala nasional ini sengaja memilih kampus Stikosa AWS sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.
“Stikosa AWS merupakan salah satu mitra Relawan TIK yang selama ini berkomitmen untuk bersama-sama melaksanakan pemberdayaan dengan komunitas Relawan TIK ke desa melalui program Desa Cerdas” ujarnya.
Hal ini dibenarkan oleh Jokhanan. Menurut Ketua Stikosa AWS tersebut, kerjasama dengan RTIK Jatim sudah berlangsung lama. Bahkan sudah terbentuk Komisariat RTIK Stikosa AWS pada tanggal 2 Juni 2022.
penulis:Wibowo
editor Kaylla