Mojokerto,Sekilasmedia.com-Sebuah penemuan arkeologi penting terjadi di Dusun Gapuro, Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto. Pada tahun 2016, warga setempat menemukan struktur bata kuno yang tersembunyi di bawah permukaan tanah saat mereka sedang menggali pondasi untuk pembangunan gedung posyandu. Penemuan ini membuka wawasan baru mengenai sejarah kawasan tersebut.
Awalnya, lokasi tersebut dikenal sebagai area punden desa yang dihormati dan dianggap keramat oleh masyarakat sekitar. Di tempat itu, terdapat dua pohon besar yang disebut sebagai Pohon Suko, yang menurut catatan hanya tersebar sebanyak 78 pohon di seluruh Indonesia. Handrik, Kepala Dusun Gapuro sekaligus juru pelihara situs, mengungkapkan bahwa usia pohon tersebut diperkirakan lebih dari 350 tahun.
“Pohon ini cukup langka, di seluruh Indonesia hanya ada 78 pohon, dan dua di antaranya berada di sini,” ujarnya.
Saat penggalian dilakukan, warga awalnya tidak menemukan tanda-tanda keberadaan struktur kuno. Namun, setelah tiga hari bekerja, bentuk struktur bata mulai terlihat, mengisyaratkan adanya peninggalan sejarah yang signifikan.
Kesadaran akan nilai penting temuan ini mendorong warga untuk segera melaporkannya kepada Balai Pelestarian dan Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur guna dilakukan penelitian lebih lanjut.
“Pada hari pertama saat penggalian untuk membuat pondasi posyandu kami tidak menemukan keberadaan dari situs tersebut, akan tetapi masuk di hari ke 3 maka muncullah susunan batah merah itu,” terang handrik.
“Selepas penemuan itu karena kami merasa penasaran dan kita melihat pengalaman disana seperti orang penemuan candi maka penemuan ini dirasa penting dan kita langsung laporan ke pihak BPCB Atau BPK,” Tambahnya.
Menanggapi laporan tersebut, tim BPK segera melakukan ekskavasi di lokasi yang telah diidentifikasi. Dari penggalian ini, ditemukan struktur bangunan kuno yang diduga kuat merupakan bagian dari sebuah kompleks pemerintahan sebelum era Majapahit. Dua struktur utama berhasil diidentifikasi: sebuah pintu masuk di sisi barat dan sebuah gapura yang diperkirakan berfungsi sebagai gerbang ke kawasan penting pada masa lalu.
Temuan ini memberikan petunjuk berharga tentang kehidupan masyarakat di masa lampau, khususnya mengenai tata kelola pemerintahan dan arsitektur kuno. Berbagai elemen arsitektural yang ditemukan, seperti batur (dasar bangunan), anak tangga, serta pipi tangga yang membentuk sisi gapura, semakin memperkuat dugaan bahwa situs ini memiliki nilai sejarah tinggi.
Selain kondisi struktur yang sebagian besar sudah mengalami pelapukan dan tertimbun tanah, penelitian terhadap ukuran bata yang digunakan menunjukkan indikasi bahwa bangunan ini berasal dari periode yang lebih tua daripada masa Majapahit. Beberapa ahli menduga bahwa situs ini mungkin sudah ada sejak era pemerintahan Raja Airlangga pada abad ke-11 hingga 12. Hal ini didasarkan pada perbedaan ukuran bata dibandingkan dengan yang biasa digunakan pada zaman Majapahit.
“Menurut laporan hasil dari berbagai macam sumber pada saat penelitian, banyak yang mengungkapkan kalau situs ini bisa dikatakan sudah ada sebelum kerajaan majapahit. Hal ini di faktor i terhadap ukuran dari bata merah yang berbeda dari ukuran bata penemuan candi lain” yang ada di trowulan,” tandas hendrik.
Meskipun penemuan ini sangat berharga, penelitian mendalam masih diperlukan untuk mengungkap lebih jauh asal-usul dan fungsi situs ini dalam konteks sejarah Nusantara. Hingga saat ini, belum ada kajian komprehensif yang mampu memberikan gambaran menyeluruh mengenai sejarah dan peran penting Situs Gapuro.
“Untuk saat ini kita belum bisa memastikan situs apa sebenernya yang diketemukan ini, karena proses penelitian atau penggalian belum sampai tuntas sehingga kita belum tau asal dan fungsi dari situs ini itu apa,” jelas handrik.
Kini, situs ini telah dibuka untuk umum dan menjadi daya tarik wisata sejarah bagi masyarakat luas. Pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Mojokerto, Jombang, dan Banyuwangi, dapat mengakses situs ini tanpa dikenakan biaya. Handrik, sebagai juru pelihara situs, mengungkapkan harapannya agar semakin banyak orang tertarik untuk datang dan mempelajari warisan budaya yang berharga ini. Menurutnya, meningkatnya minat masyarakat terhadap Situs Gapuro juga dapat berkontribusi dalam pelestarian dan penghargaan terhadap sejarah bangsa.
“Saya berkeinginan selepas ditemukannya situs, agar masyarakat baik itu lokal maupun luar mojokerto, mau untuk datang pengunjung ke sini dan mempelajari warisan budaya yang ada di desa ini, apalagi ini situs pertama disini,” jelas handrik.
Keberadaan Situs Gapuro juga membawa dampak positif bagi pengembangan pariwisata sejarah di Kabupaten Mojokerto. Dengan adanya penelitian yang terus berlanjut, situs ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri sebelum Majapahit. Selain itu, pengelolaan yang baik juga dapat membuka peluang ekonomi bagi masyarakat sekitar, menjadikan situs ini sebagai salah satu destinasi wisata edukatif yang bernilai tinggi.
Penemuan Situs Gapuro menjadi bukti nyata betapa pentingnya menjaga dan melestarikan peninggalan sejarah agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Situs ini bukan hanya sekadar peninggalan masa lalu, tetapi juga sumber inspirasi dan pembelajaran bagi siapa saja yang ingin memahami jejak perjalanan peradaban di Nusantara.
“Harapan saya agar situs ini menjadi laju ekonomi masyarakat kami sehingga bisa mendapatkan penghasilan dan juga generasi muda mau dan mampu untuk mewarisi budaya dan melestarikan ya situs peninggalan nenek moyang mereka,” pungkas handrik dengan nada penuh harap.
Penulis : Yusri
editor: Kaylla