Denpasar,Sekilasmedia.com–
Kabar bahagia bagi pemilik nama Nyoman dan Ketut atau anak ketiga dan keempat di Hindu Bali. Pasalnya, Pemerintah Provinsi Bali sedang merumuskan untuk menggelontorkan sejumlah insentif.
Langkah ini diambil sebagai upaya melestarikan budaya Bali, mengingat nama depan Nyoman dan Ketut itu mulai hilang dan jarang digunakan di era modern.
Gubernur Bali, Wayan Koster menjelaskan, insentif yang diberikan bukan berupa uang tunai, melainkan program-program yang sedang dirumuskan, seperti di bidang pendidikan dan kesehatan.
“Insentifnya nanti macam-macam, ada pendidikan, kesehatan, pastinya bukan uang. Tenang aja lagi dirumuskan,” kata Koster.
Pemberian insentif ini bertujuan untuk mendorong keluarga Hindu Bali memiliki empat orang anak, dengan syarat tidak menambah istri. Diakuinya, bahwa program Keluarga Berencana (KB) dua anak turut berkontribusi terhadap berkurangnya penggunaan nama Nyoman dan Ketut.
“Saat ini, kebanyakan keluarga Hindu Bali hanya memiliki dua anak, yang biasanya diberi nama Putu (anak pertama) dan Made (anak kedua),” ujarnya.
Berdasarkan catatan jumlah penduduk Bali saat ini mencapai 4,4 juta jiwa atau hanya 1,6 persen dari total penduduk Indonesia. Pertumbuhan penduduk Bali per tahun hanya sebesar 0,66 persen, lebih rendah dari pertumbuhan penduduk nasional yang mencapai 1,04 persen per tahun.
“Ini perlu menjadi perhatian bersama, sehingga kami merumuskan stimulus memberikan intensif,” ungkapnya.
Nama Nyoman dan Ketut memiliki makna filosofis yang dalam dalam budaya Hindu Bali, dan hilangnya nama-nama tersebut dianggap sebagai ancaman terhadap identitas budaya Bali.
“Kita tidak ingin budaya Bali tergerus zaman. Nama Nyoman dan Ketut hampir punah, kalau kita tidak pertahankan, nama nama tersebut akan tinggal di musium,” tandasnya.
Penulis : Soni
Editor: Kaylla