Wisata

BURNIK, Bukan Lagi Tempat “Nyurnik”

×

BURNIK, Bukan Lagi Tempat “Nyurnik”

Sebarkan artikel ini
Bupati Situbondo Mas Rio, bersama istrinya Mbak Una, serta Wakil Bupati Situbondo Ulfiyah, saat melaunching Burnik City Situbondo, di medio Mei 2025.(foto: efendi)

Situbondo, Sekilasmedia.com – Sebelumnya, di Kelurahan Dawuhan, Kecamatan/Kabupaten Situbondo, ada sebuah nama tempat yang cukup populer : Burnik. Namanya mengandung stigma negatif. Sebab Burnik, tempat “nyurnik”.

Nyurnik bahasa Madura. Memiliki arti mengintip. Ya, di area setempat banyak pekerjaan seks komersial (PSK), melakukan praktik esek-esek pria hidung belang. Bagi yang tak memiliki uang dan sekedar iseng, “nyurnik” solusi alternatif menyalurkan hasrat nakal di sana.

Kini, Burnik berbeda di era kepemimpinan Bupati Yusuf Rio Wahyu Prayogo (Mas Rio). Sejak 17 Mei 2025, Burnik diresmikan sendiri oleh Mas Rio, menjadi sentral UMKM baru di Situbondo. “Kalau dulu image Burnik negatif, tapi sekarang Burnik sudah berubah menjadi tempat destinasi wisata produktif,” katanya saat itu.

Benar saja yang disampaikan Mas Rio. Burnik yang ada di pinggir sungai, kini menjadi area jogging track, river tubing, fishing track dan kuliner ala perdesaan yang berkualitas. Multiplayer effect pun dirasakan pelaku UMKM, seperti misi kepemimpinan UMKM Situbondo Naik Kelas.

Kadari, salah seorang pegiat pariwisata Situbondo yang getol melakukan pendampingan di Burnik City, mengungkapkan ada 100 lebih UMKM yang tergabung di tempat wisata berbasis ekonomi kerakyatan tersebut. “Pengelola Burnik City ini pun warga sekitar, RT, RW yang didampingi pihak Kelurahan Dawuhan,” kata pria yang akrab disapa Kaka Bro, Selasa (3/6).

Berkat keseriusan para pihak, pengunjung Burnik City terus meningkat. Kemudian wajar jika berimplikasi dengan omset yang ikut meningkat. “Dua hari awal launching, kalkulasi omset UMKM pernah tembuh Rp 70 juta,” bangganya.

Kadari mengingat, wilayah Burnik yang identik sebagai tempat prostitusi liar, sempat membuat Pemkab Situbondo kehabisan akal. Sebab meski setiap kali ada operasi penyakit masyarakat, ternyata tidak membuat kapok PSK. “Aparat dan warga sempat membubarkan. Tapi namanya PSK kan membandel,” keluhnya.

Namun setelah kepemimpinan Bupati Situbondo berganti Mas Rio, ada ide yang bersambut. Bahwa untuk menghentikan praktik prostitusi liar di Burnik, “diusir” dengan keramaian berbasis kreativitas yang produktif. “Alhamdulillah, akhirnya lahir Burnik City. Metamorfosis tempat prostitusi menjadi lokasi wisata kerakyatan,” pungkasnya. (Rully Efendi)