Sidoarjo, sekilasmedia.com–
Komunikasi Remaja Mitigasi dampak penggunaan AI terhadap kehidupan remaja
Di tengah derasnya arus teknologi dan kecanggihan kecerdasan buatan (AI), tak sedikit orang tua yang mulai merasa kehilangan kendali atas anak-anaknya. Bukan karena kurang sayang, tetapi karena perkembangan zaman telah menciptakan jarak yang tak terlihat. SMK YPM 1 Taman memberikan jawaban atas keresahan itu melalui kegiatan inspiratif bertajuk “Mitigasi Dampak AI terhadap Remaja”, dikemas dalam nuansa Parenting Ilmiah Religius. Kamis (07/08/2025)
Diselenggarakan di Graha Anugerah Gusti 1, acara ini menggabungkan keilmuan psikologi dan nilai-nilai Islam dalam satu ruang antara sekolah dan para wali murid. Bukan sekadar seminar, tapi sebuah gerakan hati untuk kembali menjalin komunikasi yang lebih sehat antara orang tua dan anak-anaknya.
Kegiatan diawali dengan doa bersama yang khusyuk, diikuti oleh penampilan siswa penghafal Al-Qur’an. Alunan kalamullah menjadi pembuka yang menyejukkan hati dan mengingatkan para hadirin bahwa pendidikan sejati harus menyentuh hati, bukan hanya mengisi pikiran.
Dalam sambutannya, H. Harjono, M.Pd., Kepala SMK YPM 1 Taman, menyampaikan bahwa dunia anak-anak hari ini tak bisa disamakan dengan zaman dahulu. “Kita sedang menghadapi generasi yang berpikir cepat, bereaksi cepat, tapi sayangnya juga cepat merasa cemas, lelah, dan kesepian. AI membantu, tapi juga mengisolasi,” ungkapnya.
AI membentuk pola pikir anak melalui algoritma yang tak kasat mata—membuat mereka lebih sering menyendiri, kurang sabar, dan mudah kehilangan arah ketika tidak terhubung dengan internet. Orang tua diajak untuk tidak hanya melarang, tapi memahami dan mendampingi dengan strategi yang tepat.
Dari sisi keislaman, teknologi adalah alat, bukan tujuan. Ia mengingatkan akan pentingnya niat, adzab (kesopanan), dan muraqabah (kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi) dalam menggunakan teknologi.
“Pendidikan akhlak di rumah tidak bisa tergantikan oleh AI. Satu kata ‘nak’ yang keluar dari mulut ibu lebih berharga dari seribu notifikasi yang mereka terima dari aplikasi,” komentar Imron Fahruddin, S.Pd,I selaku guru agama di SMK YPM 1 Taman.
Testimoni para wali murid menjadi bukti betapa dalam dampak kegiatan ini. Seorang ibu menyampaikan, “Rapat tadi seperti tamparan buat kami. Kami terlalu sibuk. Komunikasi dengan anak kami hancur. Dulu dia selalu cerita, sekarang bahkan enggan bicara. Tapi hari ini kami belajar, bahwa semua bisa diperbaiki, insya Allah.”
Ia menambahkan permohonan doanya, “Minta ridho dan doa semua bapak ibu guru, agar kami diberi kekuatan untuk mendampingi anak-anak kami. Kami ingin mereka sukses, bukan hanya di dunia, tapi juga di akhirat.”
Sebagai penutup, acara kembali ditenangkan dengan doa bersama, namun kali ini terasa berbeda. Ada haru ada semangat ada janji-janji dalam hati yang tak diucapkan untuk lebih hadir, lebih sabar, lebih menjadi orang tua yang siap belajar kembali.
SMK YPM 1 Taman membuktikan bahwa pendidikan bukan sekadar urusan kurikulum dan kelas. Pendidikan adalah kerja kolaboratif yang mengakar pada kasih sayang dan kesadaran spiritual. Dan hari itu, para orang tua pulang bukan hanya dengan pengetahuan, tapi dengan harapan. (Aila)