Kesehatan

Melawan Senyapnya HIV/AIDS di Kabupaten Malang

×

Melawan Senyapnya HIV/AIDS di Kabupaten Malang

Sebarkan artikel ini
Salah satu banner untuk tes HIV gratis di Poskesdes Karangwidoro Kecamatan Dau Kabupaten Malang (foto istimewa).

Malang,Sekilasmedia.com- Kabupaten Malang masih terus berjibaku dengan angka penderita HIV/AIDS. Hingga Agustus 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat 1.293 kasus, dengan 1.278 pasien masih rutin menjalani perawatan. Di balik angka itu, ada 15 jiwa yang harus berpulang lebih dulu.

“Kasus ini ada di seluruh 33 kecamatan se-Bumi Kanjuruhan,” ungkap Plt Kadinkes Kabupaten Malang, drg. Ivan Drie.

HIV, menurut Ivan, umumnya menular lewat tiga jalur: hubungan seksual, penularan dari ibu ke anak saat kehamilan atau persalinan, serta melalui transfusi darah dan penggunaan narkoba suntik secara bergantian. Dari semuanya, jalur hubungan seksual masih mendominasi.
Data Dinkes menunjukkan fenomena yang menarik sekaligus mengkhawatirkan.

Sebanyak 34 persen kasus berasal dari pasangan Orang dengan HIV (ODHIV) yang tinggal serumah. Di bawahnya, pelanggan pekerja seks komersial (PSK) tercatat 23 persen, sementara PSK sendiri hanya menyumbang 6 persen. Kasus pada pasangan sesama jenis laki-laki (LSL) mencapai 9 persen, dan kelompok risiko tinggi lainnya—termasuk pecandu narkoba suntik—berada di angka 8 persen.

Meski angka tahun ini terlihat menurun dibanding 2024 yang mencatat 3.113 kasus, Ivan mengingatkan bahwa penurunan ini tidak sepenuhnya berarti kabar baik. Bisa jadi, pasien berpindah domisili atau sudah meninggal dunia.
Karena HIV/AIDS hingga kini belum ditemukan obat penyembuhnya, Pemkab Malang memilih bergerak dengan empat strategi utama: pencegahan, surveilans, pengobatan, dan promosi kesehatan.

Upaya pencegahan dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari penyediaan kondom dan pelicin, skrining infeksi menular seksual (IMS), hingga terapi metadon bagi pengguna narkoba suntik. Langkah ini menyasar populasi kunci seperti transgender, PSK, homoseksual, pengguna narkoba suntik, hingga warga binaan pemasyarakatan.

Sementara itu, pengawasan dilakukan lewat testing massal, pemeriksaan mandiri, hingga skrining bayi dari ibu positif HIV. Tracing pasangan juga terus dijalankan demi memutus rantai penularan.

Dari sisi pengobatan, pasien HIV di Kabupaten Malang mendapat terapi antiretroviral (ARV), layanan perawatan IMS, serta pencegahan TBC. Inovasi baru juga mulai diterapkan, yakni multi month dispensing—pemberian obat HIV untuk lebih dari satu bulan bagi pasien yang taat terapi.

Tak kalah penting, promosi kesehatan terus digencarkan. Edukasi publik menjadi kunci agar masyarakat lebih peduli, mulai dari pesan untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah hingga penggunaan kondom baru saat berhubungan seksual.

“Kesadaran masyarakat sangat penting. Karena HIV/AIDS bukan sekadar urusan medis, tapi juga menyangkut pola hidup, stigma, dan keberanian untuk memeriksakan diri sejak dini,” tegas Ivan.

Di tengah angka kasus yang masih tinggi, perjuangan melawan HIV/AIDS di Kabupaten Malang ibarat maraton panjang. Bukan hanya soal angka, tapi tentang menyelamatkan nyawa, menjaga keluarga, dan memberi harapan agar mereka yang terinfeksi tetap bisa hidup sehat dan produktif.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *