Daerah

URAK, Penjaga Malam Warisan Leluhur di Tengah Gempuran Modernisasi

×

URAK, Penjaga Malam Warisan Leluhur di Tengah Gempuran Modernisasi

Sebarkan artikel ini
Kapolres Semarang, AKBP Ratna Quratul Ainy, SIK., M.Si., menyerahkan bantuan peralatan ronda kepada Kades H. Suparno.(Foto : Dwi Saptono - sekilasmedia.com)

Ungaran,Sekilasmedia.com- Di Dusun Candisari, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, suara kentongan dan langkah kaki malam masih menjadi penanda hidupnya tradisi lama. Warga setempat menyebutnya URAK sistem jadwal jaga malam berbasis gotong royong yang diwariskan turun-temurun.

URAK bukan sekadar potongan kayu bertuliskan nama warga. Benda sederhana itu menyimpan makna sosial yang dalam : simbol tanggung jawab dan kebersamaan. Setiap rumah memiliki satu kayu bertuliskan nama kepala keluarga. Bila tiba giliran jaga, URAK itu digantungkan di rumah warga berikutnya sebagai penanda pergantian tugas.

“Kalau lupa menyerahkan URAK, maka yang bersangkutan harus jaga lagi malam berikutnya,” ujar H. Suparno, Kepala Desa Kelurahan, sembari tersenyum. Tak ada peraturan tertulis, tak ada paksaan. Semua berjalan atas dasar kesadaran bersama.

Warisan yang Tetap Hidup
Sistem sosial sederhana ini telah lama menjadi mekanisme keamanan warga Candisari, bahkan sebelum program Satuan Keamanan Lingkungan (Satkamling) diperkenalkan pemerintah. “URAK ini bukan sekadar jadwal jaga, tapi juga simbol saling peduli dan mengingatkan,” kata Suparno.

Kesadaran kolektif inilah yang menarik perhatian Kapolres Semarang, AKBP Ratna Quratul Ainy, SIK., M.Si., saat melakukan supervisi Satkamling pada Jumat (24/10/2025). Ia menyebut tradisi tersebut sebagai bentuk nyata kearifan lokal yang patut dijaga.

“Di tengah era digital, ternyata nilai gotong royong dan tanggung jawab masih hidup di masyarakat. Setiap warga yang selesai jaga malam akan menggantungkan URAK di rumah tetangga berikutnya. Kalau lupa, ya harus jaga lagi,” ujar Ratna disambut tawa warga.

Gotong Royong yang Tak Lekang Waktu
Bagi warga Candisari, keamanan bukan sekadar soal ronda malam. Ia juga menjadi sarana mempererat hubungan sosial. Warga yang berjaga saling bertukar cerita, menyiapkan kopi, dan memastikan kampung tetap aman.
“Menjaga kampung itu bukan hanya tugas petugas, tapi wujud cinta kami pada tempat tinggal sendiri,” tutur Suparno.

Dalam kunjungan itu, Kapolres juga menyerahkan bantuan peralatan ronda kepada warga. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan penampilan kesenian kuda lumping oleh remaja dusun setempat — perpaduan antara tradisi dan semangat generasi muda di tengah arus media sosial.

Menurut Sekretaris Camat Jambu, Eny Kuswatun, yang hadir mewakili camat, semangat warga Candisari menjadi contoh nyata bagaimana partisipasi masyarakat dapat menciptakan situasi yang aman dan kondusif. “Kebersamaan ini energi positif yang harus terus dijaga,” ujarnya.

Inspirasi dari Candisari
Kini, URAK tak hanya menjadi sistem ronda, tapi juga inspirasi bagi wilayah lain di Kabupaten Semarang. Di saat banyak tempat mengandalkan teknologi untuk keamanan, Candisari tetap percaya : kehadiran manusia dan rasa kebersamaan adalah benteng terbaik dari segala ancaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *