Bondowoso, sekilasmedia.com — Upacara Peringatan ke-78 Tragedi Gerbong Maut digelar di halaman Kantor Bupati Bondowoso, Senin (24/11/2025) pagi. Upacara ini menjadi ruang refleksi atas sejarah kelam kemanusiaan yang menimpa para pejuang Bondowoso pada 23 November 1947.
Ratusan peserta dari berbagai unsur, TNI–Polri, Kejari, FORKOPIMDA, pelajar, organisasi lembaga masyarakat, dan keluarga besar para pejuang mengikuti jalannya prosesi dengan khidmat. Keikutsertaan berbagai elemen ini menegaskan bahwa tragedi tersebut masih meninggalkan jejak sejarah yang mendalam bagi masyarakat Bondowoso.
Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid, M.Ag., dalam amanatnya menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak terlepas dari pengorbanan para pahlawan. Menurutnya, bangsa ini berdiri berkat perjuangan generasi terdahulu yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi tanah air.
Di Bondowoso, salah satu peristiwa paling tragis adalah Gerbong Maut, ketika puluhan pejuang disekap dalam gerbong tertutup dan mengalami kondisi tidak manusiawi hingga banyak di antaranya meninggal sebelum tiba di Surabaya.
“Peringatan tragedi gerbong maut ini menjadi momentum penguatan wawasan kebangsaan masyarakat Bondowoso,” kata Bupati Hamid.
Ia menyebut pesan yang terkandung dalam peristiwa itu sangat relevan dengan situasi bangsa saat ini. Arus informasi yang begitu cepat dinilai berpotensi mengaburkan nilai dan jati diri bangsa jika tidak disertai kesiapan mental dan wawasan kebangsaan yang kuat.
Menurut Hamid, tantangan disrupsi digital dan pergeseran nilai sosial menuntut masyarakat semakin bijak dalam menerima informasi. “Agar tidak mudah terpecah, tidak mudah terprovokasi, dan tetap berpegang pada prinsip persatuan Indonesia,” ujarnya.
Bupati Hamid menegaskan bahwa tragedi gerbong maut mengajarkan pentingnya persatuan. Dalam gerbong sempit dan gelap itu, para pejuang tidak lagi mempersoalkan perbedaan suku, latar belakang, atau kelompok.
“Yang ada hanyalah semangat mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsa,” tegasnya.
Karena itu, ia mengajak generasi muda menjadikan peringatan ini sebagai pengingat bahwa tantangan bangsa di era kini bukan lagi penjajahan fisik, melainkan ancaman terhadap moralitas, disintegrasi, dan rendahnya literasi informasi.
Hamid juga menekankan pentingnya memperkuat persatuan, menjaga moralitas, serta meningkatkan literasi digital sebagai upaya merawat nilai-nilai kebangsaan di tengah perubahan zaman yang semakin cepat dan kompleks.
“Marilah kita doakan para pejuang Tragedi Gerbong Maut. Semoga perjuangan dan pengorbanan mereka menjadi cahaya yang menuntun langkah kita dalam membangun Bondowoso yang berkualitas, akseleratif, holistik, dan berkarakter kebangsaan yang kuat,” ujarnya.
Sebagai informasi, tragedi tersebut merenggut nyawa 46 pejuang dari sekitar 100 orang yang dimasukkan ke dalam beberapa gerbong, termasuk gerbong pertama yang seluruh penghuninya berjumlah 38 orang ditemukan tewas. Untuk mengenang peristiwa itu, Pemerintah Kabupaten Bondowoso mendirikan Monumen Gerbong Maut di selatan Alun-Alun (RBA) Raden Bagus Asra sebagai simbol perjuangan dan pengingat sejarah.






