Denpasar,Sekilasmedia.com-
Penjual gas elpiji tabung pink Pertamina di Bali dibuat ketar ketir, dengan keberadaan gas tabung putih ukuran 12 dan 50 kilogram yang banyak beredar di wilayah Denpasar, Badung dan Gianyar.
Tabung gas putih itu ada yang dijual lebih murah dan juga mahal dari elpiji resmi Pertamina. Bahkan untuk mendapatkan pelanggan berbagai cashback mereka diberikan, salah satunya isi sisa akan diganti ketika tabung itu dikembalikan.
Munculnya gas tabung putih ini pun dipertanyakan, terutama soal asal usulnya. Sebab dinilai melanggar aturan distribusi, menyebabkan persaingan pasar yang tidak sehat dan menimbulkan masalah serta kepatuhan regulasi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh sekilasmedia.com, Kamis (27/11/2025) ada dua merk gas tabung putih beredar di Bali, diantaranya Frame gas dan Arsy gas. Untuk produksi kedua merk gas itu dilakukan di SPBE dan Kilang gas milik swasta di Gresik, Jawa Timur.
Terkait harga di pasaran salah satu merk gas tabung putih dijual jauh lebih murah dari elpiji pink Pertamina, yakni Rp 175 ribu untuk ukuran 12 kg dan Rp 750 ribu ukuran yang 50 kg. Sedangkan merk lainnya dibandrol lebih mahal, Rp 200 sampai Rp 220 ribu untuk yang ukuran 12 kg dan Rp 900 ribu untuk ukuran 50 kg.
Salah seorang penjual gas elpiji tabung pink berinisial AB mengatakan, beredarnya gas non-elpiji Pertamina tersebut sudah meluas di Denpasar, Badung dan Gianyar. Jumlah pelanggannya pun makin banyak mulai dari perhotelan, rumah makan hingga laundry.
“Kalau dari sisi harga gas tabung putih ini patut dicurigai, karena dijual dengan harga tidak wajar, jauh dari harga yang ditetapkan oleh pemerintah,” katanya.
Sementara di tempat lain, sumber kompeten yang tidak mau disebutkan namanya menjelaskan, bahwa peredaran gas tabung putih itu tidak dilarang sepanjang memiliki Izin Niaga Umum (INU). Izin itu wajib dimiliki oleh badan usaha yang bergerak di bidang perdagangan BBM, BBG, CNG atau LGN.
Mengenai definisi harga murah juga relatif, karena perusahaan tabung putih memproduksi elpiji di “Plant” sendiri dan dipasarkan langsung kepada pelanggan sendiri.
“Gas tabung putih itu tidak menabrak regulasi, mereka resmi, sama seperti yang dipunya Pertamina,” ujar sumber.
Dari persaingan bisnis ini Pertamina pasti menemukan cara untuk memerangi, baik itu secara promosi maupun secara harga. Di Bali peredarannya masih sedikit jika dibandingkan elpiji pink Pertamina.
“Mereka itu kecil, dari 100 persen market paling tidak mereka di bawah 20 persenan. Gas tabung putih ini bukan termasuk gas subsidi,” tandas sumber.
Hingga berita ditayangkan, Area Manager Communication, Relationt & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Ahad Rahedi, masih belum bisa dimintai konfirmasi untuk memberikan keterangan resmi.






