Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.
Tak Berkategori  

Juniarto-Andiek-Misgei ‘Komunikan’ Mas Dibyo Pamer Lukisan JAM#Satu Di Fair Field By Marriot Hotel And Fitri Art

SURABAYA, sekilasmedia.com-Untuk menghasilkan karya lukis sebagaimana lazimnya dibutuhkan proses melukis meskipun antara pelukis satu dengan pelukis lainnya memiliki perspektif masing-masing, namun kesadaran untuk terus berproses menghasilkan karya lukis merupakan sesuatu yang vital untuk menjadi pelukis. Hal tersebut diungkapkan Ema ‘Eminx’ Sujalma pemerhati seni rupa asal Sunda namun banyak karyanya tentang Majapahit, pun dalam musikalisasi puisi.

*KOMPERTA TERDIRI DARI JAM: JUNIARTO – ANDIEK EKO – MISGEIYANTO*
Komunitas Perupa Delta (Komperta), Juniarto – Andiek Eko – Misgeiyanto, pun memiliki hal yang sama. Bagi mereka aktivitas melukis sebagai bentuk kesadaran sebagai pelukis mesti harus terus berjalan, harus tetap berdetak sebagaimana jarum jam bergerak, dalam situasi apapun entah ada yang melihat ataupun tidak. Pemahaman semacam itu pula yang menjadi salah satu pegangan terkuat Komperta untuk terus berkarya lukis bahkan hingga bisa berpameran bersama di Fair Field By Marriot Hotel And Fitri Art. Kurang-lebih hal tersebut sebagaimana dilansir Ida Fitrijah dari Fitri Art yang bermarkas di Perum YKP Pandugosari – Rungkut, Surabaya.

Hal kurang-lebih sama disampaikan Juniarto – Misgeiyanto – Andiek Eko, sehingga pameran lukisan bersama yang mereka adakan ‘sebagai’ Komperta diberi tajuk JAM# satu. Kata JAM juga bermaksud mengambil filosofi dari jam/waktu bahwa dilihat orang ataupun tidak, dihargai ataupun tidak tetaplah berputar karena punya komitmen tanggung-jawab. “Huruf-huruf yang ada pada kata JAM juga sekaligus merupakan inisial dari tiga pelukis Komperta: Juniarto – Andiek Eko – Misgeiyanto,” ungkap Juniarto – Andiek Eko – Misgeiyanto yang juga ‘komunikan’ intensif dengan Mas Dibyo salah satu pelukis Indonesia yang telah go internasional.

BACA JUGA :  Bentuk Rasa Syukur dan Terhindar Dari Marabahaya, Desa Pekuwon Menggelar Ruwatan Desa

*PAMERAN DI FAIR FIELD BY MARRIOT HOTEL AND FITRI ART DIBUKA HARI INI JAM 15.30*
Pameran Komperta JAM#Satu, Juniarto – Andiek – Misgei, rencananya dibuka jam 15.30 hari ini 20 November 2018 yang bertepatan dengan Maulud Nabi Muhanmad SAW di Fair Field By Marriot Hotel Jalan Mayjen Sungkono Surabaya. “Pameran memang diadakan untuk Maulud Nabi Muhammad SAW sekaligus memperingati Hari Pahlawan 10 November,” ungkap Ida Fitrijah tentang pameran yang akan dilaksanakan mulai hari ini hingga satu bulan ke depan, hingga 31 Desember 2018 tersebut.

Sebagaimana diketahui A.Juniarto DN merupakan pelukis kelahiran tahun 1970 yang memulai aktivitas melukis justru di Bali sejak akhir tahun 1999. Dari sejak itu pelukis yang tinggal di Perumahan Sarinadi Sidoarjo itu telah mengikuti berbagai pameran di berbagai kota termasuk Surabaya, Sidoarjo, Jakarta, Bandung, Bali, Yogya, Mojokerto. Sedangkan Andiek Eko yang lebih muda juga telah memiliki ikut berpameran di berbagai kota tersebut. Andiek kelahiran September 1980 yang mulai melukis sejak tahun 2011 yang juga pengurus Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia/LESBUMI NU tinggal di Barengkrajan – Krian. Sementara Misgeitanto dengan studionya di Beringin Bendo – Taman.

BACA JUGA :  Safari Ramadhan, Bupati Ikfina Serahkan Dana Hibah untuk Masjid

*MAS DIBYO – NONOT – ACHMAD HERI: PELUKIS HARUS TAHU MARKETING, UNTUK KELUARGA DAN PEMPROV HARUS PEDULI*
Mas Dibyo pelukis kelahiran Pacitan yang kini tinggal di Tuban dan telah malang-melintang di dunia internasional dengan begitu banyak karya lukisnya yang dikoleksi kolektor internasional, yang sering berinteraksi dengan tiga ‘personil’ KONPERTA (Juniarto, Misgeiyanto dan Andiek Eko, red.) pun dalam berbagai kesempatan tak bosan-bosan mengingatkan bahwa pelukis haruslah juga memahami marketing untuk ‘mengintensifkan’ laku lukisannya.

Hal kurang lebih sama dilakukan Nonot Sukrasmono pelukis yang juga Ketua Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (LESBUMI) Jawa Timur. Menurut Nonot Sukrasmono lebih jauh dengan terjualnya karya seni (yang intensif, red.) maka akan berperan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Meskipun begitu Achmad Heri mantan sekretaris PWNU Jatim memiliki pemikiran ke depan soal seniman, budayawan, sastrawan dan sejenisnya agar ke depan lebih-lebih untuk Jatim agar mendapatkan perhatian lebih dari Pemprov Jatim terutama untuk menopang proses berkesenian dan kesejahteraan. “Pemprov Jatim menurut pemikiran saya sebagai pribadi, harus peduli seniman,” ungkap Achmad Heri yang juga anggota DPRD Jatim. Bagaimana Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).