Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.

Ruwat Agung Bumi Nuswantoro di Ikuti Lintas Sektor Budayawan, padati Pondok Tlasih 87

Ft. Ki Wiro Kandeg bersama para Tokoh Budaya Bumi Nuswantoro.

SekilasMojokerto.Com– Ruwatan Agung Bumi Nuswantara kembali digelar di Pendopo Tlasih 87, Desa Sumber Girang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jumat ( 6/10). Prosesi acara diawali dengan ruwat masal, kirap budaya dan do’a bersama, diikuti oleh lintas Budayawan se bumi nuswantara.

Menariknya, acara ini disebut-sebut sebagai manifest dari konsep Islam Nusantara. Konsep Islam Nusantara dikenal sebagai ciri khas Islam di Indonesia yang toleran. Islam Nusantara ini didakwahkan oleh secara gencar oleh ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

“Ruwatan Agung Bumi Nusantara justru berasifilasi dengan NU. Semua landasannya dari NU. Kami hanya mengawal saja,” demikian disampaikan  Wiro Kadek, pimpinan Pendopo Tlasih 87 .

Dia mengatakan, ruwatan ini berbeda dengan gelaran budaya di Trowulan. Jika ruwatan Trowulan hanya ditujukan untuk kewilayahan saja yakni Majapahit, sehingga dinamakan Ruwatan Agung Majapahit. Maka,  konsep yang diusung Ruwatan Agung Bumi Nusantara lebih luas lagi,” tandasnya.

BACA JUGA :  Diam - diam Polres Mojokerto Serbu Kodim 0815 Mojokerto

Ruwatan Agung Bumi Nusantara lebih difokuskan pada penyatuan seluruh budaya yang ada di nusantara. Nusantara yang dimaksud adalah penguatan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI.

Praktisi budaya ini menambahkan, digelarnya acara Ruwatan Agung Bumi Nusantara. Setiap tahun acara ini dihadiri perpaduan budaya dari seluruh Indonesia. “Semua hadir di sini dalam satu jiwa dan rasa yang sama. Bahkan, banyak dari negara tetangga yang bergabung dengan gelaran budaya di sini,” ungkapnya.

Karena itu yang namanya budaya, tidak bisa lepas dari harkat dan martabat bangsa. Bahkan saat ini, tambah Kandeg “Seperti diketahui, tumpengan dikenal sebagai budaya masyarakat Jawa. Namun dari hasil asimilasi dan pengenalan budaya dalam negeri, budaya kita kini bisa diserap oleh negara lain. Itu hasil perpaduan budaya adi luhung nusantara yang terangkum dalam gelaran Ruwatan Agung Bumi Nusantara,” pungkasnya.( wo ).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *