Kadiknas Novi, SMPN 2 dan SMPN 3
Reporter: tim
Editor: Siswahyu
JAKARTA (sekilasmedia.com) Liga Sepakbola Indonesia untuk Siswa atau Gala Siswa Indonesia yang baru diputar kembali untuk ‘pertama’ kalinya, yang berawal dari keprihatinan Presiden RI Joko Widodo kenapa Indonesia yang berpenduduk sekitar 262 juta jiwa itu soal sepakbola kok kalah dengan Australia yang berpenduduk hanya sekitar 24 juta jiwa, ternyata mendapat sambutan antusias dari kalangan siswa dan guru maupun wali murid meskipun kemungkinan banyak Dinas Pendidikan daerah yang belum bisa menggelar GSI dengan alasan waktu yang mendadak serta belum ada sinkronisasi anggaran penyelenggaraan. Bahkan mungkin banyak yang akan sangat lambat seperti di Nusa Tenggara Timur dan Daerah Istimewa Aceh, sebab hingga kini banyak yang belum mendapat sosialisasi.
*DISAYANGKAN DIKNAS YANG TAK GELAR GSI SEBAB POTENSI JADI TERBESAR*
Tentu disayangkan jika ada Diknas daerah bersama KONI-PSSI daerah yang tidak menggelar GSI, apalagi GSI merupakan program resmi negara menjadi potensi terbesar jika Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Muhadjir Effendy bersama KONI pusat dan PSSI pusat mengawal dengan lebih serius. Agar sesuai dengan harapan Presiden Jokowi bahwa salah satunya melalui pelajar bisa mengangkat prestasi sepakbola Indonesia melebihi Australia dan lainnya. Bahkan menjadi Juara Dunia tahun 2046?
Perlu dikawal lebih serius oleh Mendikbud-KONI-PSSI juga agar tidak tergelincir seperti kejuaraan/kompetisi sepakbola anak-anak umumnya yang lain, yang kebanyakan amburadul, termasuk terjadi pencurian umur oleh pelatih yang tak komitmen bersama Sekolah Sepakbola/SSB atau klub dan panitia yang kurang komitmen. Juga hingga terjadi pengaturan hasil pertandingan dengan melibatkan perangkat pertandingan. Bahkan tak jarang perangkat pertandingan membiarkan suatu pihak tertentu untuk menteror via kekasaran terhadap lawan agar lawannya ketakutan atau down agar mudah dikalahkan. Jadi perlu perangkat pertandingan yang fair agar anak-anak terminimalisasikan dari kekerasan. Sepakbola, apalagi anak-anak, jangan dibiarkan dalam kekasaran.
*DIHARAPKAN ADA TINDAK-LANJUT SERIUS DAN KONTINYU*
Untuk menjadikan pesepakbola pelajar agar berprestasi seperti yang diharapkan Presiden Jokowi, apalagi untuk berprestasi dunia, tentu saja tidak bisa jika tidak ada tindak-lanjut pasca GSI. Mendikbud Muhadjir Effendy yang mendapatkan ‘beban’ dari Presiden Jokowi harus all out.
Sebagaimana diketahui Mendikbud Muhadjir Effendy pun telah memprogram GSI bertahap mulai kecamatan hingga nasional. Bahkan Sang Juara akan dimasukkan Pelatnas pada sekitar Oktober-November 2018 untuk dipersiapkan mengikuti kejuaraan internasional. Jenjang rintisan bagi pelajar formal berpeluang untuk tampil pada Piala Dunia. Jika anak-anak angkatan pertama GSI tahun 2018 ini bisa sukses melejit maka diantaranya akan menjadi bagian Timnas Indonesia untuk Piala Dunia, pada rentang waktu Piala Dunia 2022, 2026, 2030, 2034 dll.
*GSI MENUJU PIALA DUNIA BERHADAPAN MAFIA SEPAKBOLA?*
Cita-cita menuju Piala Dunia adalah wajar. Cita-cita yang beriringan dengan perlunya memprioritaskan perhatian pada anak-anak Usia 13-14-15 sebagai modal menuju ke depan.
Sebagaimana pernah diungkapkan banyak pihak, seperti juga disampaikan Presiden Jokowi, kenapa pesepakbola anak Indonesia usia sekitar 15 tahun bisa hebat-hebat namun ketika dewasa kok lemah? Ada sejumlah pihak yang menyebut diantaranya adalah faktor dipermainkan oleh mafia sepakbola. “Jangan harapkan sepakbola Indonesia maju jika mafia sepakbola tidak diberantas,” ungkap Boaz Salossa pesepakbola Timnas Indonesia, pendapat yang didukung banyak pihak.
*MAFIA SEPAKBOLA INGIN INDONESIA JADI PASAR SAJA*
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk besar, sekitar 262 juta jiwa, merupakan pasar yang potensial untuk sepakbola. Namun mendengar pernyataan Boaz Salossa itu, berarti mafia tidak berkenan jika sepakbola Indonesia hebat. Namun Indonesia hanya boleh jadi penonton potensial sepakbola? Sementara orang-orang Indonesia yang diajak kerjasama oleh para mafia itu hanya berpikir yang penting dapat duit banyak meskipun mengorbankan sepakbola nasional? Tak punya rasa nasionalisme.
Seperti hal di dunia otomotif. Banyak orang Indonesia yang sebenarnya hebat untuk bisa membuat mobil sendiri, bahkan mobil listrik yang dirintis Dahlan Iskan dkk adalah lompatan yang bahkan bisa ‘menyalip’ Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara maju lain. Namun mafia mobil impor tidak menghendaki Indonesia bisa membuat mobil sendiri. Jika Indonesia bisa membuat mobil sendiri maka para mafia mobil impor itu tidak akan dapat fee impor dll. Jadi dimana letak nasionalisme? “Kami ingin sepakbola Indonesia maju dengan jenjang yang jelas, juga pesepakbola pelajar kita. Dan adanya GSI adalah harapan utama kami,” ungkap Ujang Jumfrizal pelatih SMPN 18 Bengkulu.
*ANGGAP MAFIA MASIH ADA TAPI PESEPAKBOLA PELAJAR PERLU JADI PRO*
Memang soal mafia telah merasuk dalam banyak aspek kehidupan elite Indonesia dan berimbas pada kalangan menengah ke bawah. Begitupun soal sepakbola. Anggap saja mafia sepakbola masih seperti itu. Akan tetapi tidak boleh melemahkan semangat bagi anak-anak yang ingin jadi pesepakbola profesional, termasuk bagi pesepakbola pelajar yang ‘lahir’ dari GSI.
“Yang diperlukan antar pihak termasuk kementerian maupun dinas ialah adanya koordinasi,” ungkap Yadi Isur yang biasa mengadakan event sepakbola anak di kawasan Jabodetabek.
*MULLY MUNIAL AGENCY PESEPAKBOLA PEDULI PESEPAKBOLA ANAK*
Mulyawan Munial atau Mully Munial agency ngetop untuk pesepakbola dll, merupakan salah satu tokoh penting yang memahami sepakbola Indonesia dari yang senior maupun pesepakbola anak-anak seperti yang kini masih terjadi itu. Hingga pada beberapa tahun yang lalu Mully Munial pun memberikan ‘sebagian’ waktunya untuk mengangkat pesepakbola junior anak-anak Indonesia agar bisa menjadi pesepakbola profesional di negerinya sendiri maupun di negara-negara lain. Itu berawal dari keprihatinan Mully Munial beberapa tahun lalu.
“Kami melihat pada usia sekitar 15 tahun memang banyak pesepakbola anak Indonesia yang hebat. Namun setelah itu tidak jelas,” ungkap Mully Munial yang telah terbiasa memboyong pesepakbola top dunia untuk datang ke Indonesia, seperti Ces Fabergras dan bahkan Christiano Ronaldo.
*EDITOR SEKILASMEDIA PUN KONTAK MULLY MUNIAL*
Melihat kepedulian Mully Munial pada pesepakbola anak agar nantinya bisa menjadi pesepakbola profesional, dengan adanya momen Gala Siswa Indonesia untuk pelajar SMP ini, Siswahyu editor sekilasmedia.com pun teringat sosok Mully Munial dan berusaha komunikasi via seluler dengan Mully Munial.
Mully Munial pun memberikan waktu bertemu di Jakarta pas posisi Sang Editor di Jatim, sehingga pertemuan tertunda. “Kita ngobrol besok siang ya?” ungkap Mully Munial tapi sayang Siswahyu tidak pas di Jakarta.
*BHAYANGKARA FC U17-U15-U14 PUN INGIN BERTEMU MULLY MUNIAL*
Masukan soal pentingnya sosok Mully Munial bagi masa depan pesepakbola junior anak-anak pun sempat disampaikan Siswahyu kepada manejemen Bhayangkara FC U17 dan U15 serta U14, kepada AKBP Eddwi Kurniyanto via diskusi Sekretaris Manejemen Achmad Yari. Yari pun antusias. Rintisan memang diperlukan.
“Kami siap kerjasama dengan siapapun yang punya niat memajukan pesepakbola anak menjadi pesepakbola profesional, apalagi dengan Pak Mully Munial, kami tentu senang jika bisa bertemu dan bekerjasama dengan Pak Mully Munial,” ungkap Yari yang pada tahun 2017 timnya Bhayangkara FC U15 menjadi Juara se-Jatim Liga Relaxa U15 PSSI Jatim dengan manejer AKBP Eddwi Kurniyanto. Yari juga berhasil membawa pesepakbolo Bromo FC U-15 masuk Timnas Indonesia.Tentu jaringan Mully Munial ini juga bisa menjadi peluang bagi pelajar SMP yang mengikuti Gala Siswa Indonesia. Sekadar catatan pesepakbola Indonesia yang bisa bermain di luar negeri berkat jasa Mully Munial diantaranya adalah Evan Dimas dan Ilham Udin Armyn yang kini bermain di Selangor FA Malaysia.
*SMPN 2 JUARA GSI KOTA MOJOKERTO CETAK 50 GOL*
Sementara itu soal GSI, selain Bengkulu dan sebagian Jabodetabek, Gala Siswa juga sudah dimulai di Kabupaten Bandung dan Kota Mojokerto Jawa Timur. Bahkan pada pertandingan ‘final’ di Kota Mojokerto hari ini, Sabtu 10 Maret 2018, dihadiri oleh Novi Rahardjo Kepala Dinas Pendidikan Kota Mojokerto dan Santoso Bekti Wibowo ketua PSSI Kota Mojokerto. “Jakarta minta Kota Mojokerto harus bisa ikut GSI ke Jakarta,” kata Novi Rahardjo ditemui di sela-sela pertandingan SMPN 2 VS SMPN 3 yang berakhir dengan skor 6-0.
Dengan kemenangan 6-0 itu SMPN 2 menjadi Juara 1 GSI Kota Mojokerto, sekaligus dengan rekor cetak 50 gol dan tanpa kemasukan dalam 7 kali laga. Tujuh laga yang dijalani SMPN 2 Kota Mojokerto yang cetak 50 gol adalah:
SMPN 2 VS SMPN 5= 10-0
SMPN 2 VS SMPN 7= 8-0
SMPN 2 VS SMPN 8= 6-0
SMPN 2 VS SMP Tamsis= 6-0
SMPN 2 VS SMPN 4= 4-0
SMPN 2 VS SMPN 1= 10-0
SMPN 2 VS SMPN 3= 6-0
Adapun susunan Pesepakbola SMPN 2 Kota Mojokerto terdapat nama Farel, Huda, Azis, Gale, Cahyo, Yoga, Arjun, Ale. Juga ada yang di Bhayangkara FC U-15 dan U-14 yaitu Resa dan Ahmad Dzaki Akmal Yuda atau Akmal. Lalu, ada Fafa yang pernah dikirim ke level nasional di Yogyakarta karena merebut Juara 1 Piala FOSSBI-Menpora Imam Nahrawi U-12 level Provinsi Jatim pada Desember 2016 di Probolinggo diantaranya bersama Resa dan Akmal. Manejemen pada waktu itu ditangani Bu Taufik (Ika Oktaviani, red.) dkk. Pemain SMPN 2 lainnya adalah Angger, Vito, Hamim, Dicki, Rio,
Prael dan Ian. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926.