
Banyuwangi, Sekilasmedia.com – Di hari terakhir ribuan warga tua, muda, dan anak-anak tumpah memadati areal penutupan ritual adat tari Seblang Olehsari, di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Kamis (13/6) sore.
Tari Seblang merupakan ritual ungkapan rasa syukur atas keselamatan desa, dan dituangkan dalam bentuk gadis belia yang menari dalam kondisi kerasukan arwah leluhur. Gadis belia yang menjalani ritual penari seblang ini, harus memenuhi syarat utama, yakni belum mensturasi dan memiliki ikatan keturunan penari seblang.
Salah satu pawang Seblang Olehsari, Imik (52) mengatakan, ritual adat ini digelar selama tujuh hari berturut turut, sejak Jumat (7/6) hingga Kamis (13/7). Setiap hari, ritual dimulai pukul 14.00 dan berakhir menjelang Maghrib.
” Di penutupan seblang, digelar Ider Bumi atau arak-arakan mengelilingi kampung sebagai bentuk syukur masyarakat, ” ujar Imik.
Pada hari ketujuh atau di hari penutupan ini, penari Seblang diarak keliling desa yang disebut ider bumi. Dia akan berjalan beriringan bersama pawang, sinden, dan seluruh perangkat menuju empat penjuru. Dimana penjuru tersebut adalah Situs Mbah Buyut yang dianggap awal berdirinya desa Olehsari, lahan Petahunan, Sumber Tengah, dan berakhir di Balai Desa. Prosesi itu mengakhiri ritual Seblang Olehsari.
Ritual adat tahunan ini merupakan ritual sakral dan magis. Sebelum acara dimulai, diawali dengan beberapa pawang membawa penari ke pentas, untuk memasang mahkota berupa omprok yang dihiasi janur kuning dan beberapa macam bunga segar di atasnya. Kemudian pawang membacakan mantra untuk memasukkan roh Sang Hyang ke dalam tubuh sang penari.
Tarian Seblang merupakan seni adat dan mistis. Di Banyuwangi tradisi Seblang sendiri ada dua, Seblang Olehsari dan Seblang Bakungan. Tradisi Seblang Olehsari digelar di bulan Syawal dan dibawakan oleh gadis muda. Sementara di Bakungan digelar setiap bulan Dzulhijjah setelah Idul Adha, penarinya dari kalangan tua yang sudah menopause.
Kembali ke Seblang Olehsari, untuk menarikan Seblang, seorang penari harus kerasukan roh dari leluhur. Proses masuknya roh ini diiringi 28 lantunan gending (lagu), diawali gending Lukinto. Dimana gending ini dipercaya oleh masyarakat Olehsari sebagai pemanggil arwah atau sebuah kekuatan halus untuk datang ke ritual Seblang. Selanjutnya dilanjutkan dengan iringan gending-gending Osing lainnya, seperti gending Liliro Kantun, Cengkir Gadhing, Padha Nonton Pupuse, Padha Nonton Pundak Sempal, Kembang Menur, Kembang Gadung, Kembang Pepe, dan Kembang Dermo. Dab Pada saat gending Kembang Dermo ini dibawakan, penari Seblang membawa tampah yang berisi bunga yang bernama Bunga Dermo.
” Daya pikat Seblang ini sungguh luar biasa. Tiap hari selama tujuh hari, selalu ramai pengunjung, ” papar Imik.
Lebih lanjut, dengan mengangkat seni tradisi ini, Imik mengaku, turut menggerekkan perekonomian warga setempat. Pasalnya, banyak masyarakat dan UMKM yang memanfaatkan momen ini untuk membuka lapak. Bahkan banyak anak-anak muda terlibat. Jadi ada dua hal yang didapat, yakni nilai budaya dan nilai bisnis.
” Untuk nilai budaya berkaitan dengan tingkat kebahagiaan, sedangkan nilai komersial merupakan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat, ” pungkasnya.(soni)











