Mojokerto,Sekilasmedia.com– Peran dari kader JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dalam keseharian tugasnya diantaranya adalah sebagai pemberi sosialisasi edukasi tentang kepesertaan, pengingat dan pengumpul iuran, serta pendamping layanan kepada masyarakat seputar Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). Tentunya banyak pengalaman yang didapatkan selama Kader JKN menjalankan tugasnya di lapangan.
Demikian juga yang dirasakan oleh Muh hannan salah satu dari 40 kader JKN BPJS Kesehatan Cabang Mojokerto. Hannan menceritakan pengalamannya yang paling berkesan. “Pas bulan puasa kemarin, saking senangnya mengedukasi peserta sampai tidak terasa jika sudah adzan maghrib, akhirnya diminta pesertanya sekalian untuk berbuka di rumahnya,” kenangnya sembari senyum
Hannan kemudian mengajak masyarakat berpartisipasi aktif menjadi peserta JKN KIS.
“Bagi masyarakat yang belum bergabung di BPJS Kesehatan, ayo bersegeralah bergabung. Karena sakit itu tidak ketok pintu dulu, jangan sampai sadikin (sakit jadi miskin). Dan bagi yang mampu finansial atau sudah punya asuransi swasta, marilah kita membantu saudara saudara kita yang diluaran sana masih jauh dari mampu yang benar benar membutuhkan uluran tangan. Karena dengan bergabung di BPJS Kesehatan secara otomatis kita ikut gotong-royong membantu mereka. Dengan begitu Insya Allah, hidup kita akan lebih berkah dalam segala bidang,” ajaknya
Di tengah bincang-bincang hannan juga menyampaikan manfaat yang dirasakannya sebagai Kader JKN dan sebagai peserta JKN KIS.
“Alhamdulillah, setelah menjadi kader ini, saya dan keluarga merasa lebih bisa membantu masyarakat khususnya daerah binaan saya. Tetangga dan sanak keluarga yang memerlukan bantuan perihal BPJS Kesehatan tapi tetap dalam batas aturan yang ada. Dengan demikian sedikit banyak ada rasa kepuasan tersendiri di hati,” cerita Hannan
Hannan juga menyampaikan pengalaman pribadinya menggunakan kartu JKN-KIS untuk periksa kandungan istrinya.
“Saya bersyukur dengan munculnya BPJS Kesehatan ini, berangkat dari pengalaman pribadi saya, berhubung saya tergolong masyarakat yang ekonominya bisa dibilang pas pasan sehingga untuk berobat aja perlu berfikir panjang tentunya perihal biaya. Sehingga pada waktu kehamilan yang pertama pada istri saya, terjadilah keguguran karena ketidakmampuan biaya untuk masuk rumah sakit. Alhamdulillah pada kehamilan berikutnya sudah ada BPJS Kesehatan. Sehigga boleh dikata saya berhutang banyak budi padanya karena kondisi selalu dehidrasi sampai 3 kali opname, dan senangnya kita tidak sama sekali memikirkan soal biaya, beda dengan kehamilan yang pertama,” ungkap Hannan.
Diakhir, Hannan menyampaikan harapannya mengenai program JKN KIS
“Saya berharap agar BPJS Kesehatan ini agar terus dipertahankan, karena masih banyak masyarakat diluaran sana yang benar-benar membutuhkan seperti saya tadi,” tutupnya (rr/wo)
Narasumber : Muh.Hannan (Kader JKN)