Daerah  

Harga Kedelai Melonjak Tinggi, Produsen Tempe Beji Junrejo Terancam Gulung Tikar

 

Foto : Ketua Kadin Kota Batu, H. Endro Wahyu Widjoyono, S.IKom

Batu, Sekilasmedia.com – Naiknya harga bahan baku produksi tempe yakni, kedelai seringkali mengalami kenaikan yang tak terkendali. Akibatnya banyak produsen tempe yang mengalami kemacetan produksi. Khususnya di Kota Batu, kenaikan harga kedelai sudah berdampak pada 30 lebih UMKM tempe yang berada di Kampung Tempe, Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu.

Peristiwa inipun membuat keprihatinan tersendiri bagi Ketua Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Kota Batu, H. Endro Wahyu Widjoyono, S.IKom yang menyatakan bahwa, kelangkaan kedelai dan harganya yang sering melonjak tinggi perlu mendapatkan perhatian khusus. Sebab, hal tersebut demi keberlangsungan UMK.

“Pemerintah harus tanggap, dan harus hadir memberikan pendampingan. Sebab di Kampung Tempe Desa Beji banyak pengusaha tempe dan kualitasnya tidak kalah dengan daerah lain. Perhatian dan pemberdayaan perlu sekali dilakukan secara continue atau berkelanjutan. Sehingga, jika terjadi persoalan seperti kelangkaan kedelai maupun harganya bisa segera mendapatkan solusi,” terang pria yang akrab disapa Abah Endro ini, Senin (4/12).

Endro juga mengungkapkan, bahwa sebelumnya juga pernah dilakukan pelatihan tentang tempe dari Pemerintah Kota Batu, namun hal tersebut kurang dilakukan blow up sehingga gebyarnya kurang. Ia menyebutkan, sebenarnya para pengusaha tempe tersebut perlu perhatian dari pemerintah. Selain itu, Kadin Kota Batu juga akan membantu memberikan solusi baik dari segi pemasaran maupun dari segi bahan bakunya.

BACA JUGA :  Di Bulan Ramadhan, Polres Lamongan Gelar Binrohtal dan Waqaf 973 Al-Qur'an 

“Sebenarnya sejak jaman feodal makanan jenis tempe sudah dikenal. Sehingga bagi orang- orang Belanda maupun Jepang yang tua- tua kalau ingat Indonesia pastinya juga ingat tempe. Makanya perlu adanya kualitas sehingga tempe juga bisa dipasarkan juga dikalangan menengah keatas. Sebenarnya tempe ini sudah go internasional,” serunya.

Endro Wahyu Widjoyono yang juga menjabat sebagai Ketua Pemuda Pancasila Kota Batu ini juga membeberkan, bahwa sebenarnya Pemkot Batu hanya kurang memberikan pembinaan kepada produsen tempe yang ada di Desa Beji. Oleh karenanya juga perlu sinergi bersama-sama untuk bisa sama-sama memberikan pendampingan.

“Tempe ini juga sangat penting sebagai penganti makanan jenis daging. Karena kedelai sendiri sudah banyak mengandung vitamin dan jauh dari kolesterol. Makanya nanti Kadin sendiri akan memberikan bantuan juga dengan jaringan kami yang ada,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Beji, Deny Cahyono juga mengungkapkan bahwa saat ini harga kedelai sedang melambung tinggi diharga Rp 9500 ribu hingga Rp 10 ribu per/kilonya. Sedangkan harga normal dibulan sebelumnya hanya pada harga Rp 6500 ribu hingga Rp 7 ribu. Akibatnya, warga yang memproduksi tempe mengalami penurunan yang sangat drastis, terlebih saat ini juga mengalami kendala pemasaran.

“ Kenaikan harga kedelai ini sudah terjadi kurang lebihnya selama tiga mingguan. Kenaikan harga ini juga mempengaruhi daya beli konsumen yang juga turun drastis. Sehingga produksi tempe juga mengalami penurunan. Di Desa Beji sendiri ada 5 toko yang menyediakan kedelai yang disuplai distributor dari daerah Pandaan,” beber Deny.

BACA JUGA :  BUPATI LAKSANAKAN PP No 11 TAHUN 2019

Kepala Desa Beji yang juga akrab disapa Sabeni ini juga menjabarkan, bahwa terdapat 260 lebih produsen tempe. Bahkan, saat ini diantara mereka ada yang berhenti memproduksi tempe dan berganti haluan karena terus merugi. Ia mengatakan, kejadian ini sebelumnya pernah terjadi, dan masyarakat pengrajin tempe harus bertahan hingga 4 bulan lamanya mengalami dampak kenaikan harga kedelai tersebut.

“Harapan kami pada pemerintah daerah agar diberikan solusi biar kejadian semacam ini tidak terus terulang, sehingga berdampak pada masyarakat kami. Sejak tiga mingguan ini, sudah 30 lebih pengrajin tempe di desa kami yang sudah berhenti. Karena harga produksi sudah melonjak 50 persen sedangkan harga penjualan belum bisa dinaikan,” jelasnya.

Deny Cahyono pun kembali berharap kepada dinas terkait untuk memberikan bantuan, karena UMKM dari sektor produksi tempe yang ada di Desa Beji sudah menjadi roda perekonomian masyarakat sekitar.

“Kami berharap ada solusi, soalnya memberikan pemahaman kepada pembeli bahwa harga kedelai naik sangat sulit diterima konsumen. Mereka maunya harga tempe tetap, sementara harga produksi naik, dan kami pun harus tetap mempertahankan kualitas,” tutup Deny. (BAS)