Budaya

Sendang Jolotundo: Legenda Majapahit yang Penuh Sejarah di Mojokerto

×

Sendang Jolotundo: Legenda Majapahit yang Penuh Sejarah di Mojokerto

Sebarkan artikel ini
Potret sendang jolutundo warisan dari zaman majapahit yang berasal dari hentakan kaki kuda maha patih gajah mada. ( Foto: Yusril/ Sekilasmedia.com)

Mojokerto,Sekilasmedia.com-Di Desa Jolotundo, Kecamatan Jetis, Mojokerto, terdapat sebuah sumber mata air yang kental akan nilai sejarah dan cerita legendaris, yakni Sendang Jolotundo. Meski tak seterkenal peninggalan Majapahit lainnya, sendang ini menyimpan kisah menarik yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Menurut cerita rakyat yang disampaikan oleh Saiman, seorang sesepuh desa dan juga juru kunci sendang tersebut, Sendang Jolotundo terbentuk akibat hentakan kaki kuda milik Gajah Mada, panglima terkenal Kerajaan Majapahit.

Pada masa itu terjadi sebuah pertempuran besar yang dipimpin oleh maha pati Gajah mada, akan tetapi pada waktu sang maha pati Gajah Mada terpisah dari kudanya, konon cerita kalau sang kuda tersebut berlari ke arah utara tepatnya di Desa Jolotundo tersebut .

“Kuda itu kehausan dan menghentakkan kakinya ke tanah. Dari situ, muncullah mata air yang kini dikenal sebagai Sendang Jolotundo,” ungkap Saiman.

Selain cerita tersebut sejarah desa ini juga dikaitkan dengan dua tokoh pendiri, Mbah Waono dan Nyi Pandan Sari yang membuka atau dalam bahasa jawa babat alas kawasan ini dari hutan belantara. Sejak saat itu, Sendang Jolotundo menjadi bagian penting bagi kehidupan masyarakat setempat.

Sendang ini berbentuk persegi dengan luas sekitar tujuh meter dan kedalaman empat meter yang mengecil di bagian bawah.dan disekitaran sendang terdapat beberapa pohon yang diputari kain berwana kuning serta akar dari pohon beringin besar yang brrbentuk seperti ular, Salah satu keunikan sendang ini adalah airnya yang tidak pernah habis bahkan di musim kemarau. Menariknya, air di sendang ini juga dapat berubah warna menjadi putih, kuning, hijau, atau biru.

” bukan hanya saya yang pernah menyaksikan langsung perubahan warna itu tetapi masyarakat sekitar pun tau,” ujar saiman.

Keberadaan Sendang Jolotundo tak hanya menarik perhatian warga sekitar. Banyak pengunjung dari berbagai daerah, seperti Solo, Cepu, Jakarta, Blitar, hingga Banyuwangi, datang untuk mengambil air yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Namun, Mbah Saiman mengingatkan, “Air ini hanya perantara. Kesembuhan sepenuhnya adalah kehendak Allah.”

Selain dipercaya memiliki khasiat, sendang ini juga menjadi tempat berlangsungnya tradisi lokal. Warga setempat kerap mengadakan kenduren setiap malam Jumat Legi atau tasyakuran sebelum melaksanakan hajat besar.

menurut Saiman, tradisi ini kini hanya dilakukan oleh segelintir warga yang masih memegang teguh adat leluhur.

Sendang Jolotundo bukan sekadar sumber air biasa. Tempat ini menyimpan cerita yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Sebagai peninggalan yang diyakini berasal dari era Majapahit, sendang ini menjadi bukti nyata kekayaan sejarah dan budaya yang dimiliki Mojokerto.

Bagi mereka yang ingin mendalami sejarah Majapahit atau menikmati suasana spiritual yang damai, Sendang Jolotundo menjadi destinasi yang patut dikunjungi. Peninggalan ini adalah pengingat bahwa sejarah tidak hanya hidup di candi atau bangunan megah, tetapi juga pada hal-hal sederhana yang penuh makna.

Penulis: Yusril

Editor: Stella