Mojokerto,Sekilasmedia.com-Kecamatan Trowulan memang sudah dikenal oleh masyarakat luas baik itu lokal maupun internasional merupakan sentral utama dari kerajaan majapahit. Dengan dibuktikan dengan berbagai macam candi dan barang prasejarah menjadikan kecamatan ini kental akan nilai budayanya.
Salah satu contoh bangunan candi yang di diduga sebagai salah satu peninggalan zaman dahulu adalah candi wates umpak yang berlokasikan di Dusun Watesumpak, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Dimana desa ini dikenal sebagai sentral terbesar dari produksi UMKM pengerajin patung batu terbesar di mojokerto. Bangunan candi ini terletak ditengah hamparan sungai sawah yang luas dan juga ashri dengan bentuk yang unik karena tepat diatas candi terdapat sebuah makam yang dikenal dengan makam tandak.
Didik hariadi(60) selaku juru pelihara candi wates umpak menjelaskan, bahwa candi ini ditemukan pada tahun 2008 oleh seorang pembuat batu merah bernama pairin, yang hendak menggali tanah untuk bahan baku dari pembuatan batu merah. Pada saat itu candi tersebut hanya berupa gundukan tanah yang dikelilingi oleh pepohonan rindang tetapi diatas gundukan itu terdapat sebuah makam, makam tersebut terdiri dari eyang surobenco untuk sebelah barat, eyang surodipo, eyang surodiman dan paling ujung kiri nyai sekar arum.
“Kalau kami lebih menyebutnya kamboja bukan candi gundukan tetapi masyarakat luar daei desa wates umpak mengenalnya sebagai makam tandak atau makam ledhek,” terang didik.
Pada saat pairin menggali tanah untuk bahan baku bata merah muncullah bentuk candi tersebut akan tetapi cuma sedikit dengan ukuran 10x10cm, pada saat itu pairin langsung memberitahukan kepihak desa atau disebut pamong desa dan pada malam hari dihari itu langsung digali oleh warga setempat.
“Proses penggalian oleh warga setempat berlangsung selama hampir setengah bulan,” ujar didik.
Pada saat itu pihak daerah udah sudah melapor ke pihak BPCB pada saat itu yang sekarang berganti BPK wilayah 11 dan akhirnya mendapat surat untuk tidak melanjutkan proses penggalian karena proses penggalian candi harus dilakukan oleh seorang arkeolog yang benar” ahli di bidangnya untuk menggali. Pada akhirnya situs itu di ekskavasi pada tahun 2022 sebanyak 2 kali yang pertama dilakukan oleh BPK sendiri dan yang kedua dari dinas kabupaten. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Candi Watesumpak merupakan candi yang menghadap ke barat dan berada di atas tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan areal sekitarnya.
“Pada saat ekskavasi pertama yang dilakukan oleh BPK itu menemukan sebuah kerangka manusia yang utuh menghadap kerah barat, jadi semua bagian tulang dari jari tangan dan kaki itu masih lengkap pada saat itu,” ungkap didik.
Didik mengatakan kalau struktur dari candi belum bisa dipastikan bentuknya seperti apa dan fungsi sandi ini gimana karena struktur dari candi ini belum digali seutuhnya.
“Karena pada saat itu arkeolog belum menggali secara tuntas dari struktur candi dan fungsi, akhirnya candi ini diberi nama candi watesumpak yang menyesuaikan dengan nama desa,” jelas didik.
“Di belakang pos untuk tamu tadi berjarak 50 meteran terdapat sebuah candi yang masih satu wilayah dengan candi wates umpak ini,” tambahnya.
Diperkirakan kalau bangunan candi ini merupakan dari bangun suci dimana dibagian candi terdapat sebuah sumur yang berjarak 10 meter dari bangunan candi kearah barat akan tetapi sumur tersebut sudah tertimbun tanah. Didik menjelaskan kalau sumur itu berbentuk persegi dan yang lebih menariknya kalau didalam sumur tersebut terdapat sumur lagi dan terdapat sebuah ukiran.
Panjang lebar dan tinggi secara keseluruhan dari bangunan ini belum bisa diperkirakan seberapa,akan tetapi dilihat dari plang informasi dan hasil wawancara dengan juru pelihara ukuran saat ini adalan panjang 8.9 meter, lebar 4.4 meter dan tinggi dari bangunan 1.5 meter. Struktur candi ini dikelilingi oleh berbagai temuan barang peninggalan, seperti batu pipisan, fragmen lumpang, fragmen bakalan kepala arca, bata kuno, bata bermotif ukel dan juga lingga.
Akan tetap ada kisah hal yang menarik dari situs watesumpak ini yaitu terletak di daerah persawahan sebelah barat jalan cor mengarah ke candi, dari jalan cor belok ke kiri menuju situs candi sebelah kanannya itu didik menyebutnya sebagai sawah watu gong. Disebut sawah watu gong karena pada saat dulu ketika sang guru pelihara ini masih kecil didaerah tersebut sering terdengar bunyi seperti alat musik gong.
“Jadi ketika saya kecil tempat sawah watu gong itu sering bunyi tetapi dihari hari tertentu,saja, namun sampai saat ini belum ditemukan wujud gongnya, tetapi untuk kendang sudah ditemukan dibagian utara,” terang didik.
Dilain situs di wilayah tersebut Pada saat dahulu sering ditemukan bermacam” penemuan seperti pondasi, sumur, arca sekitar tahun 2000 karena dipergunakan untuk galian sebagai bahan baku bata merah karena industri bata merah dahulu sudah ada sejak tahun 80an. Jadi ketika sang penemu memulai ikut pembuatan bata merah sejak 2003 dan pada akhirnya pada di tahun 2008 dengan kedalaman galian sepanjang 1.5 meter akhirnya ditemukanlah situs candi wates umpak itu.
Candi wates umpak umpak memang mempunya segudang cerita budaya yang masih belum bisa terpecahkan karena kurang selesainya dari proses penggalian dan juga akses menuju kecandi tergolong sulit karena hanya mengandalkan jalan setapak yang masih berupa tanah, disarankan untuk mengunjungi situs ini dikala musim kemarau kalau musim hujan aksesnya akan dipenuhi lumpur.
Oleh karena itu didik selaku juru pelihara agar adanya perbaikan terhadap jalan masuk kearah candi dan juga agar situs ini bisa dijadikan sebagai peningkat ekonomi bagi masyarakat setempat.
Penulis: Yusril
Editor: Kaylla