Internasional

Ribuan Langkah Kaki Menuju Gaza Harus Dihentikan, Dihadang Tembok Kekuasaan di Mesir

×

Ribuan Langkah Kaki Menuju Gaza Harus Dihentikan, Dihadang Tembok Kekuasaan di Mesir

Sebarkan artikel ini
foto: doc internet

Sekilasmedia.com-Sepuluh warga negara Indonesia terpaksa menghentikan langkahnya saat mengikuti aksi damai Global March to Gaza. Di antara mereka terdapat selebritas seperti Wanda Hamidah, Zaskia Adya Mecca, dan Ratna Galih, yang turut serta dalam aksi ini pada Juni 2025 di Kairo, Mesir. Aksi tersebut bertujuan melintasi perbatasan Rafah sebagai bentuk solidaritas dunia terhadap rakyat Palestina yang tengah terkepung dalam krisis kemanusiaan.

Ironisnya, aksi damai itu harus berakhir dengan penahanan dan pengawasan ketat bukan oleh tentara Israel, melainkan oleh otoritas Mesir. Negara yang justru seharusnya menjadi jembatan bagi masuknya bantuan dan solidaritas kemanusiaan. Ini menjadi kenyataan pahit: menunjukkan bahwa jalan menuju keadilan sering kali terhalang, oleh mereka yang seharusnya membuka pintu harapan.

Global March to Gaza merupakan inisiatif internasional yang melibatkan ribuan aktivis dari berbagai negara dengan tujuan yang sama: menyuarakan solidaritas kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Para peserta berkumpul di Kairo, Mesir, pada 12 Juni 2025, dan berencana melakukan aksi jalan kaki menuju perbatasan Rafah satu-satunya jalur masuk ke Gaza yang tidak dikendalikan langsung oleh Israel.

Aksi ini bertujuan untuk menunjukkan dukungan moral dan kemanusiaan kepada warga Gaza yang saat ini menghadapi krisis besar akibat pemboman berkepanjangan dan kondisi kelaparan yang parah.

Kehadiran sejumlah selebritas Indonesia dalam aksi Global March to Gaza turut menarik perhatian. Wanda Hamidah, Zaskia Adya Mecca, dan Ratna Galih, bersama sejumlah aktivis kemanusiaan, tiba di Kairo untuk menunjukkan bahwa solidaritas terhadap Palestina tidak hanya berhenti di media sosial, tetapi juga diwujudkan melalui aksi nyata demi kemanusiaan.

Sayangnya, aksi itu harus terhenti setibanya di sana. Mereka menjadi sasaran pengawasan ketat, dengan gerak yang dibatasi. Para peserta dilarang keluar dari hotel karena pengamanan ketat di luar, dan tidak diizinkan menuju Rafah.

Melalui unggahan Instagram, Wanda Hamidah menulis pada 16 Juni 2025:

“Kami pulang dari perjalanan batin #GlobalMarchToGaza ini luar biasa. QS Ali Imran/139: ‘Do not lose hope, nor be sad…’”

Zaskia Adya Mecca juga mengunggah pernyataannya pada hari yang sama:

“Sungguh, aku punya jawaban atas semua pertanyaan teman-teman yang tidak bisa melihat sisi baik dari perjalanan ke long march to Gaza ku ini. Kupun bisa menjelaskan seandainya energiku sebesar itu.”

Unggahan mereka mendapat banyak respons dari netizen Indonesia. Banyak yang menyayangkan bagaimana sebuah aksi kemanusiaan bisa dibungkam, terlebih oleh negara yang selama ini dianggap netral dan bahkan berpihak pada Palestina. Media internasional Middle East Monitor bahkan menyebut nama mereka dalam daftar peserta yang “effectively detained” oleh otoritas Mesir.

Organisasi aksi dan para aktivis internasional yang ikut dalam aksi tersebut turut mengecam keras sikap pemerintah Mesir, yang dianggap telah menghalangi solidaritas global atas nama keamanan. Mereka menegaskan bahwa misi mereka murni kemanusiaan tidak membawa senjata, tidak bermuatan politik tetapi justru diperlakukan seolah-olah ancaman.

Pada akhirnya, para peserta asal Indonesia tersebut harus kembali pulang ke tanah air dengan membawa cerita, luka, dan kesedihan. Bukan karena gagal, tetapi karena kekuasaan tidak selalu siap menghadapi keberanian yang lahir dari niat tulus.

Langkah kaki mereka mungkin dihentikan di Mesir, tetapi jejak merekadan sejarah mereka akan tetap hidup untuk menyuarakan Gaza.