Daerah

Difteri Hingga Campak-Rubella, Ribuan Anak di Kabupaten Malang Jadi Target Vaksinasi di Bulan Agustus

×

Difteri Hingga Campak-Rubella, Ribuan Anak di Kabupaten Malang Jadi Target Vaksinasi di Bulan Agustus

Sebarkan artikel ini
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg. Ivan Drie (foto istimewa).

Malang, sekilasmedia.com – Pemberian vaksin bagi anak-anak setiap bulan Agustus bukanlah rutinitas tanpa alasan. Pemerintah memastikan program ini berjalan karena masih ditemukannya Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) di sejumlah wilayah, termasuk Malang Raya.

Meski jumlahnya tidak tergolong tinggi, data menunjukkan Kabupaten Malang menjadi daerah dengan kasus terbanyak. Hingga 2025, tercatat 173 anak terinfeksi PD3I. Rinciannya, 140 anak menderita campak-rubella, 19 anak terkena difteri, dan 14 anak terserang pertussis.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, drg. Ivan Drie, mengungkapkan mayoritas kasus terjadi pada anak yang belum mendapat imunisasi lengkap.

“Buktinya, di Karangploso pada 2023 lalu ada satu anak meninggal akibat difteri. Setelah ditelusuri, ternyata anak tersebut tidak pernah diimunisasi,” jelasnya.

Tragedi itu membuat anak-anak usia 0–14 tahun di wilayah tersebut wajib menjalani imunisasi difteri tiga dosis, dengan jeda satu bulan dari dosis pertama ke dosis kedua, dan enam bulan dari dosis kedua ke dosis ketiga.

Hingga tahun ini, difteri masih menginfeksi 19 anak di Kabupaten Malang. Padahal, kata Ivan, idealnya angka kasus difteri harus nol. Difteri merupakan penyakit menular akibat bakteri Corynebacterium diphtheriae yang dapat menyebar melalui udara saat penderita batuk atau bersin, maupun melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi.

Selain difteri, 14 kasus pertussis atau batuk rejan juga terdeteksi. Penyakit akibat bakteri Bordetella pertussis atau Bordetella parapertussis ini umumnya menyerang bayi yang belum waktunya menerima imunisasi Difteri-Pertussis-Tetanus (DPT).

“Ada kasus bayi berusia kurang dari dua bulan sudah terkena pertussis. Kemungkinan penularan berasal dari lingkungan yang kurang higienis,” imbuh Ivan.

Sementara itu, campak menjadi penyakit dengan jumlah kasus terbanyak, yakni 140 anak. Campak disebabkan infeksi virus Morbillivirus yang menular sangat cepat melalui droplet saat penderita batuk, bersin, atau berbicara.

Selain tiga penyakit tersebut, Dinkes Kabupaten Malang juga mencatat tujuh kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) yang dicurigai polio, namun seluruh hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.

“Polio berbeda dengan PD3I lainnya, penyakit ini tidak dapat disembuhkan dan berisiko menyebabkan cacat permanen. Karena itu pencegahannya mutlak melalui imunisasi,” tegas Ivan.

Dengan temuan tersebut, tiga pemerintah daerah di Malang Raya kini menggalakkan imunisasi massal pada Agustus 2025. Total 125.957 anak SD menjadi sasaran vaksinasi. Rinciannya, 73.194 anak di Kabupaten Malang, 37.246 anak di Kota Malang, dan 15.517 anak di Kota Batu.

Berbeda dengan Kabupaten Malang, Dinas Kesehatan Kota Malang belum mencatat kasus PD3I tahun ini. Hanya terdapat 10 anak yang masuk kategori suspek karena memiliki gejala menyerupai campak-rubella, difteri, polio, atau pertussis.

Pemerintah daerah menegaskan, imunisasi bukan sekadar program rutin, tetapi benteng utama untuk melindungi anak-anak dari ancaman penyakit menular yang berpotensi fatal. (Adv)

Penulis : S Basuki

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *