Kesehatan

Iuran JKN, Bentuk Nyata Gotong Royong untuk Kesehatan Sesama

×

Iuran JKN, Bentuk Nyata Gotong Royong untuk Kesehatan Sesama

Sebarkan artikel ini
Kepala BPJS Kesehatan Cabang Mojokerto, Elke Winasari, menjelaskan prinsip gotong royong dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). (foto:wibowo)

Mojokerto,Sekilasmedia.com – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai pengelola Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) berkomitmen memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk Masyarakat Indonesia. Pemberian informasi terkait layanan dan manfaat program JKN juga harus terus disebarluaskan, termasuk terkait dengan pemanfaatan iuran yang telah dibayarkan oleh peserta JKN. Penting dipahami bahwa sistem JKN bekerja berdasarkan prinsip gotong royong yakni peserta yang sehat membantu peserta yang sedang sakit.

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Mojokerto, Elke Winasari, saat dihubungi pada Senin (13/10) menjelaskan bahwa setiap rupiah iuran peserta tidak ada yang terbuang. Dana tersebut langsung dimanfaatkan untuk membiayai pelayanan kesehatan bagi peserta JKN yang sedang membutuhkan untuk berobat maupun membutuhkan pelayanan Kesehatan lainnya.
“Saat peserta yang tidak sakit dan rutin membayar iuran berpikir kemana iurannya selama ini ? Dapat kami jelaskan bahwa iuran yang dibayarkan setiap bulan tidak hilang begitu saja. Justru iuran tersebut menjadi sumber pembiayaan pelayanan kesehatan untuk peserta lain yang sedang sakit.

Sistem JKN dirancang dengan prinsip gotong royong, jadi yang sehat membantu yang sakit, yang mampu membantu yang kurang mampu,” terang Elke.
Elke mencontohkan bahwa biaya satu kali tindakan operasi jantung bisa mencapai Rp150 juta. Jika peserta harus membayar sendiri, tentu jumlah ini akan sangat berat dan tidak semua orang mampu menanggungnya. Namun melalui Program JKN, biaya sebesar itu dapat ditanggung bersama oleh ribuan peserta lain.
“Dengan iuran JKN, biaya operasi jantung sebesar Rp150 juta dapat ditanggung karena menganut sistem gotong royong tadi, saling membantu saat sakit dan membutuhkan pelayanan Kesehatan.

Kalau kita menabung dengan jumlah tersebut akan membutuhkan waktu bertahun tahun,” tuturnya.
Elke juga menekankan bahwa manfaat JKN tidak hanya dirasakan saat sakit berat, tetapi juga saat peserta memerlukan pelayanan kesehatan dasar. Semua jenis pelayanan kesehatan bisa dimanfaatkan dengan program JKN tanpa perlu khawatir terhadap besarnya biaya. Elke menegaskan bahwa setiap peserta, baik yang sering menggunakan layanan maupun tidak, memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan sistem ini.
“Tidak hanya saat sakit berat, semua pelayanan Kesehatan dapat diakses dengan Program JKN sesuai dengan prosedur dan indikasi medis. Bahkan tidak harus dalam kondisi sakit, peserta JKN juga dapat memanfaatkan layanan promotif dan preventif.

Peserta cukup menunjukkan nomor JKN atau Nomor Induk kependudukan (NIK) dan bisa mendapatkan pelayanan tanpa harus khawatir soal biaya,” ujar Elke.
Program JKN bukan sekadar asuransi kesehatan, melainkan jaring pengaman sosial bagi masyarakat Indonesia. Ketika seseorang jatuh sakit, biaya pengobatan sering kali menjadi beban berat yang tidak terduga. Dalam situasi seperti ini, iuran JKN yang selama ini dibayarkan menjadi penyelamat.
“Mungkin hari ini seseorang belum pernah berobat. Tapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Bisa jadi besok, minggu depan, atau tahun depan, iuran yang selama ini dibayarkan menjadi penolong saat dibutuhkan. Di sinilah arti pentingnya ikut serta dalam Program JKN,” ujarnya.

Salah satu peserta JKN asal Mojokerto, Ainia (37), merasakan langsung manfaat iuran JKN. Awalnya ia juga termasuk peserta yang jarang menggunakan fasilitas kesehatan dan sempat mempertanyakan ke mana iurannya pergi. Namun pandangannya berubah ketika ia harus menjalani perawatan di rumah sakit akibat penyakit komplikasi.
“Dulu saya jarang berobat dan sempat berpikir iuran tiap bulan seperti tidak tau kemana. Tapi waktu saya masuk rumah sakit dan butuh perawatan cukup lama, saya tidak keluar biaya sama sekali. Semua ditanggung oleh Program JKN. Kalau dihitung, biayanya pasti mahal,” katanya.

Ainia selalu rutin membayar iuran JKN setiap bulan. Ia juga menyadari bahwa selama ini iurannya telah membantu peserta lain, dan pada akhirnya, peserta lain pun ikut membantu dirinya saat sakit.

“Sekarang saya paham arti gotong royong dalam JKN. Ketika saya sehat, saya membantu peserta lain yang sakit. Ketika saya sakit, ribuan orang ikut membantu saya. Kalau tidak ada JKN, saya tidak tahu bagaimana cara membayar biaya rumah sakit waktu itu,” pungkasnya.