Daerah

KKP Modernisasi Kapal Nelayan Tradisional Kayu Menuju Bahan Besi, Anggaran Rp 48 Triliun, Target Rampung Awal 2027

×

KKP Modernisasi Kapal Nelayan Tradisional Kayu Menuju Bahan Besi, Anggaran Rp 48 Triliun, Target Rampung Awal 2027

Sebarkan artikel ini
Kumpulan perahu selerek atau kapal nelayan tradisional berbahan kayu sedang berlabuh di Dermaga Pengambengan, (foto sekilasmedia.com/Wg)

Denpasar,Sekilasmedia.com-
Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Sakti Wahyu Trenggono menargetkan untuk memodernisasi 1.582 kapal perikanan nelayan berbahan kayu dengan besi agar kualitas produksi ikan nelayan di Indonesia setara dengan produksi negara negara maju.

Modernisasi kapal perikanan ini merupakan program prioritas Presiden RI, Prabowo Subianto di sektor swasembada pangan, salah satunya memperbaiki alat produksi yang digunakan nelayan saat ini.

“Bapak Presiden Prabowo tugaskan kita untuk melakukan modernisasi kapal tangkap. Presiden minta 1.582 kapal,” ujar Trenggono.

Untuk anggaran Rp 48 triliun, dimana moderenisasi kapal tangkap nelayan tradisional dilakukan secara bertahap dari Maret 2025, hingga targetkan rampung akhir 2026 atau awal 2027. Adapun jumlah kapal nelayan tradisional 1.582 unit, terdiri dari 1000 unit 30 GT, 200 unit 150 GT, 200 unit 200 GT, 170 unit 300 GT, 10 unit 600 GT dan 2 unit 2000 GT.

“Nelayan yang masih tradisional dimodernisasi secara bertahap mulai 2025 sampai akhir 2026, guna meningkatkan produksi perikanan serta kesejahteraan nelayan,” jelasnya.

Menurut Trenggono, modernisasi ini menyentuh perbaikan mendasar pada alat produksi yang digunakan oleh nelayan. Tentunya agar meningkatkan efisiensi dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya ikan, sehingga berdampak positif pada produktivitas nelayan.

“Nanti akan banyak penyerapan tenaga kerja, bahkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), serta mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan,” katanya.

Oleh karena itu dia menekankan pentingnya transformasi, dan kapal kapal tradisional diganti dengan lebih modern, lebih higienis sehingga kualitas ikannya setara dengan produksi yang dilakukan oleh negara negara yang lebih maju.

“Secara bertahap, KKP melalui Dirjen Perikanan Tangkap tengah mendorong pergeseran dari kapal berbahan dasar kayu menuju kapal berbahan besi,” terangnya.

Terkait dengan langkah besar ini, sambung Trenggono, sangat krusial untuk memenuhi standar kelaikan yang ketat, laik laut, laik tangkap, dan laik simpan hasil tangkapan di dalam kapal. Sementara itu dari data KKP, sekitar 65 persen kapal perikanan di Indonesia telah berusia lebih dari 10 tahun, yang mana 95 persennya didominasi oleh kapal berbahan dari kayu.

“Meski biaya lebih terjangkau, penggunaan kayu sebagai bahan utama menimbulkan isu lingkungan, seperti deforestasi dan seringkali tidak memenuhi standar kapal perikanan dunia yang baik,” jelasnya.

Lebih lanjut, kapal kayu rata rata memiliki usia pakai 15 sampai 20 tahun tergantung pada perawatan. Secara konstruksi kapal kayu memiliki kekurangan karena dibangun secara tradisional, sehingga kurang memenuhi persyaratan kelaikan laut, tangkap, dan penyimpanan hasil.

“Masalah lain, kapal perikanan saat ini menggunakan mesin darat modifikasi non marine engine standar dan rentan terhadap korosi, overheating, kebocoran oli, emisi karbon tinggi, bahkan kegagalan transmisi,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *