MOJOKERTO, Sekilasmedia.com – Tujuan diwajibkannya puasa di Bulan Suci Romadhon di antaranya supaya kita bisa ikut merasakan lapar sebagaimana Orang Fakir kelaparan karena tidak ada yang dimakan (supaya kita gemar bersedekah, red.), sebagaimana dijelaskan oleh Gus Haji Mas Sulthon (Gus Ton/ Gus Ton) seorang Kyai, Budayawan serta Tokoh Masyarakat Jawa Timur. Jadi harus ada peningkatan Iman dan Taqwa, yang mana kita tiap tahun selalu bertemu Bulan Suci Rimadhon, jangan sampai tidak ada perubahan peningkatan dalam Iman dan Taqwa, yang seharusnya kita tambah rendah hati, tambah sabar, tambah rajin Ibadah, tambah banyak Sedekah. Dan seharusnya di Bulan Suci Romadhon kebutuhan keluarga harusnya lebih sedikit (karena kita Puasa), sehingga keuangan bisa kita sisihkan untuk banyak Bersedekah. Tapi keadaan terbalik di Bulan Suci Romadhon kebutuhan makan kita malah meningkat 3 kali lipat, yang mana di luar Bulan Romadhon kita makan seadanya, tetapi di Bulan Romadhon kita makan berlebihan saat Sahur dan Buka Puasa. Jadi tujuan di wajibkannya Puasa di Bulan Suci Romadhon tidak akan bisa terwujud secara maksimal disebabkan karena kita malah berlebihan dalam segala hal dan lupa bersedekah. Ini penyakit yang menjalar pada kebanyakan Ummat. Untuk ke depannya kita mulai dari kita sekeluarga, jamaah kita, komunitas kita, lingkungan kita untuk Puasa yang betul-betul Puasa sebagaimana yang dimaksud ALLAH SWT DAN ROSUL-NYA. Hal tersebut kurang lebih merupakan cuplikan hasil wejangan dari Gus Ton.
Kemudian, menjelang Idul Fitri, alias pada hari-hari terakhir Bulan Puasa Ramadhan yang penuh berkah dan rohmat, akan terdapat salah satu malam yang disebut malam yang mulia yaitu malam Lailatul Qadar, malam seribu bulan. Kebaikan yang utama dari malam mulia ini adalah diberikannya pahala yang berlipat kepada setiap orang yang melaksanakan ibadah di malam Lailatul Qadar, sebab malam Lailatul Qadar lebih baik dibandingkan seribu bulan alias sekitar 84 tahun.
Sehingga tak mengherankan sunnah Rasulullah Nabi Agung Muhammad SAW pun memerintahkan umat untuk melakukan lebih banyak itikaf, lebih banyak ibadah, menjauhkan tempat tidur beserta godaan dunia untuk menyambut datangnya Lailatul Qadar, untuk mendapatkan malam seribu bulan.
Ketika hal tersebut dikonfirmasi wawancara kepada Gus Haji Mas Sulthon (Gus Ton / Gus Thon) hal tersebut dibenarkannya. Meskipun menurut Gus Ton, hal tersebut masih belum terlalu banyak dipahami masyarakat luas.
Bahkan menurut Gus Ton, dalam suasana pandemi Covid-19 yang telah dua kali ini mengalami jelang Hari Raya Idul Fitri (yaitu yang pertama, jelang Idul Fitri tahun 2020 dan yang kedua jelang Idul Fitri tahun 2021). Namun masyarakat masih lebih banyak yang terlalu berbondong-bondong bukan untuk ‘fokus’ jelang Lailatul Qadar akan tetapi malah kalah oleh godaan. Padahal dalam sunnah Rasulullah diminta untuk menjauhkan godaan untuk bisa mendapatkan Lailatul Qadar. Caranya dengan lebih banyak ibadah dalam bentuk apapun, lebih banyak bersedekah, lebih banyak iktikaf, lebih banyak berdzikir maupun hal-hal positif yang lainnya.
“Ibaratnya kita akan diberi bonus, tapi kita malah kurang giat. Padahal bonusnya lebih baik daripada seribu bulan,” ungkap Gus Ton yang dikenal memiliki berbagai ibadah yang kuat, konsisten dan bernilai tinggi termasuk diantaranya ibadah berbakti kepada orang tua, berbakti kepada Sang Ibundanya yang sudah berusia 95 tahun namun Alhamdulillah masih diberi sehat oleh Allah SWT dan bisa menjalankan ibadah rutin sholat lima waktu bahkan sholat malam dilakukan tiap hari hingga subuh.
Salah satu bentuk ibadah Gus Ton untuk Sang Ibunda, dengan super ekstra luar biasa Gus Ton memperhatikan Sang Ibunda. Ibadah lain yang dilakukan Gus Ton yang juga dengan sangat konsisten yang sekaligus merupakan kesukaan Rasulullah Muhammad SAW adalah rutin bersedekah, rutin memberi santunan untuk ribuan anak-anak yatim, para fakir miskin, serta berbagai pihak yang dinilai membutuhkan.
Banyak diantara ibadah-ibadah itu yang dilaksanakannya secara terus-menerus, bahkan tak jarang yang diantaranya dilakukan secara diam-diam. Kalaupun misal ada yang dipublikasikan, namun hanya untuk memberi contoh kepada pihak lain dan bukan untuk pamer ataupun show of force. Dan bukan untuk mencari pujian atau karena mau mencalonkan diri jadi ini dan itu.
Dalam suatu kesempatan dikonfirmasi wawancara, Gus Haji Mas Sulthon menyebut bahwa yang utama dari yang dilakukan adalah niat untuk membantu dan tidak ada tujuan politik apapun dan tidak ingin mencalonkan apapun. Termasuk dalam hal seni dan budaya pun Gus Ton memiliki kepedulian, salah satunya dengan rutin membuat pagelaran wayang kulit minimal satu kali dalam satu bulan yang hal tersebut bernilai ibadah sebab dengan niat membantu para seniman, membantu kehidupan secara ekonomi. Apalagi dalam suasana Covid-19 ini para pelaku seni budaya termasuk dalang beserta kru, banyak yang terkena dampak Covid-19.
Jadi menurut Gus Ton, hikmah yang penting dari hari-hari terakhir puasa Bulan Ramadhan alias jelang Hari Raya Idul Fitri, bahwa yang ditekankan Rasulullah diantaranya adalah agar memperbanyak ibadah, memperbanyak sedekah, memperbanyak iktikaf, memperbanyak dzikir. “Dengan harapan kebaikan-kebaikan yang dilakukan tidak hanya terhenti sampai saat ini, akan tetapi tetap bisa dijalankan terus meskipun telah selesai Hari Raya Idul Fitri,” ungkap Gus Ton. (Siswahyu).