Mojokerto, Sekilasmedia.com –
“Ada kenalan yang beberapa waktu lalu bisa memanfaatkan penyediaan jual-beli kebutuhan bibit tanaman porang, langsung mendadak bisa membeli mobil yang lumayan mahal dari proses yang hanya beberapa bulan saja. Itu bibit dari sekitar kami. Sedangkan grup kami lebih fokus budidaya penanaman porang meskipun nantinya tidak menutup peluang-peluang lain,” ungkap Udik Januariono salah satu figur dari kalangan muda yang tertarik budidaya tanaman porang di kawasan Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.
MOJOKERTO. Tanaman Porang alias iles-iles atau Amorphophallus Muelleri Blume, hari-hari ini memang sedang terus ‘menanjak’ menjadi perbincangan berbagai pihak bahkan disebut sebagai “Mahkota” oleh Menteri Pertanian RI Yasin Limpo, pula diakui oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, hingga pemerintah pusat akan mengucurkan (dan sudah dimulai di Madiun, Jatim, beberapa waktu lalu, red.) kredit lunak untuk petani melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk Jatim senilai sekitar Rp.70 Triliun diantaranya untuk Tanaman Porang dan Alpukat Pameling. KUR diberikan untuk tahap awal maksimal Rp.40 juta untuk tiap petani, dari sehrusnya kebutuhan ideal petani sekitar Rp.100 jt – Rp.200 juta per orang.
Soal KUR tersebut juga menarik perhatian salah satu ‘grup’ petani muda, Udik Januariono dkk di kawasan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto, meskipun hingga kini mereka belum bisa mengakses KUR tersebut. Malah terdapat salah satu anggota ‘grup’ yang telah mencairkan kredit dari pinjaman ‘komersial’ karena kebutuhan dana yang mendesak untuk ekspansi budidaya tanaman porang maupun rencana pengembangan lain. Namun hingga kini masih kekurangan dana karena ada lahan yang masih membutuhkan bibit.
“Kami, dan banyak teman bersemangat setelah kami melakukan semacam studi banding ke berbagai pihak sekitar lebih dari satu tahun yang lalu. Dari studi banding tersebut kami serentak krenteg untuk budidaya tanaman Porang karena memang sangat prospektif dan banyak petani muda yang sudah sukses,” ungkap Udik Januariono yang sudah ‘fasih’ untuk menceritakan tentang prospek hasil budidaya tanaman Porang, ketika ditemui media ini kemarin (23/05/2021). Udik dkk ‘grup’ telah menanam Porang pada beberapa hektar lahan, bahkan sebagian diharapkan tahun depan (2022, red.) sudah mulai panen.
Masih menurut Udik, dengan prospek Porang yang masih sangat besar, maka ‘grupnya’ pun masih membutuhkan dana untuk lebih ekspansif penanaman agar tidak ketinggalan momentum peluang. “Kami masih ada lahan yang masih bisa ditanami jika ada pihak-pihak yang ingin kerjasama, tapi hal ini harusnya mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto, apalagi Bupati dan Wakil Bupatinya masih baru,” ungkap Udik Januariono yang telah memperhitungkan untuk beaya budidaya porang membutuhkan dana sekitar Rp.200 juta lebih per hektar, sedangkan untuk panennya bisa menjadi ‘fleksibel’, bisa dalam waktu 8 bulan, bisa 18 bulan, bisa juga dua tahun tergantung pada pilihan bibit yang digunakan.
Pada kesempatan terpisah R. Tri Harsono pemerhati masalah sosial Forum Peduli Jatim Sejahtera (FPJS) sepakat jika harus ada perhatian dari Pemerintah Daerah secara lebih cepat agar tidak kehilangan momentum. Apalagi pemerintah pusat sudah menyatakan komitmen untuk menyalurkan KUR untuk hal tersebut di Jatim sekitar Rp.70 Triliun. Ditambah lagi, menurut R. Tri Harsono, permintaan ekspor sangat tinggi dan baru sekitar 30 persen yang bisa dipenuhi.
“Jika pemerintah daerah tidak bisa cepat menjembatani akses misal untuk kredit KUR kepada para petani muda yang kian tertarik budidaya porang, mungkin mereka perlu bantuan dari pihak-pihak peduli untuk percepatan,” ungkap R. Tri Harsono seraya menyebut bahwa di Indonesia ada sekitar duapuluh (20) pabrik yang membutuhkan Porang untuk ekspor. Masih menurut R. Tri Harsono, bahkan ada figur Asep Ridwan salah satu ahli porang yang mendapatkan ‘order’ porang dari empat (4) pabrik di Republik Rakyat Cina (RRC) dengan masing-masih membutuhkan 10 ribu ton.
R. Tri Harsono pun menyebut di Indonesia terdapat sekitar 20 eksportir. R. Tri Harsono pun menganalogikan permintaan bisa mencapai 800 ribu ton porang kering atau setara dengan sekitar 4 juta ton porang basah per tahun. Jika per hektar menghasilkan rata-rata minimal 40 ton porang basah per tahun, maka untuk memenuhi kebutuhan internasional diperlukan minimal sekitar 100 ribu hektar lahan. Sedangkan untuk saat ini, salah satu daerah yang telah melakukan penanaman secara luas diantaranya Kabupaten Madiun namun itupun baru sekitar 6 ribu hektar, banyak yang diantaranya kerjasama Perhutani dimana untuk Perhutani Jatim memiliki lahan sekitar 1,1 juta hektar.
Sehingga menurut R. Tri Harsono benar-benar diperlukan percepatan penambahan jumlah lahan untuk budidaya porang. Hal tersebut membutuhkan dukungan berbagai pihak, lebih-lebih pemerintah daerah misal untuk membantu percepatan akses kredit KUR untuk pembeayaan, meskipun bisa juga dari pihak-pihak yang peduli. Apalagi berdasarkan data, untuk empat bulan pertama dalam tahun 2021 ini, barulah terekspor sekitar 14 ribu ton.
“Jadi peluang internasional masih belum bisa terpenuhi semuanya. Padahal tiap tahun juga terjadi peningkatan permintaan yang signifikan,” tandas R. Tri Harsono.
Sekadar catatan, porang yang diminati oleh 15 negara pengimpor itu (termasung RRC/Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Eropa dll, red.) diantaranya untuk bahan kosmetik, mie, lem, agar-agar, dan lain sebagainya. Untuk info sejumlah manfaat porang, sebagaimana berikut dibawah ini.
1.Sebagai bahan pembuatan lem yang ramah lingkungan.
2.Campuran pada pembuatan kertas agar kuat dan lemas.
3.Pengganti media tumbuh mikroba.
4.Glucomannan pada tanaman porang yang berbentuk gel dapat dimanfaatkan sebagai pengganti gel silicon yang sangat baik sebagai isolator listrik.
5.Bahan campuran pembuatan komponen pesawat terbang dan parasut.
6.Di Jepang, bahan makanan ini banyak disukai untuk mie shiratake atau konyaku.
7.Sebagai penjernih air.
8.Pengikat formulasi tablet.
9.Sebagai pengental sirup dan perekat pada es krim sehingga tidak mudah/tidak cepat meleleh.
10.Mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan memperlambat pengosongan perut dan mempercepat rasa kenyang sehingga cocok untuk makanan diet bagi penderita diabetes.
11.Porang merupakan serat yang secara alami dapat larut dalam air dan tembus cahaya serta bersifat seperti agar-agar dan tidak berbau sehingga dapat digunakan sebagai pengganti agar-agar.
12.Mengandung vitamin A dan B lebih tinggi dari kentang.
13.Kandungan karbohidratnya lebih dari 80 persen.
14.Bahan campuran pembuatan pengilap kain, perekat kertas, cat, kain katun dan wol
15.Bahan imitasi yang memiliki sifat lebih baik dari milum serta harganya lebih murah.
16.Pengganti gelatin sebagai bahan pembuat negatif film, isolator, dan seluloid karena sifatnya yang mirip selulosa. Sehingga dapat sebagai pengganti selulosa dalam film.
17.Larutan mannan jika dicampur dengan gliserin atau natrium hidroksida bisa dibuat bahan kedap air.
18.Mannan juga dipergunakan untuk menjernihkan air dan memurnikan bagian-bagian keloid yang terapung dalam industri bir, gula, minyak dan serat.
19.Porang dipakai industri tekstil sebagai pengganti kanji sehingga kain katun, linen, wol dan kain-kain dari bahan imitasi lebih mengkilap. (Siswahyu).