Mojokerto,SM _ Proteksi sumber air dengan menjaga vegetasi, rekayasa struktur tanah sebagai tempat resapan air serta mengolah sampah dan limbah, ‘hanya’ sebagian dari upaya memperkuat daya dukung dan daya tampung alam. Masih diperlukan sinergi antar pemangku kepentingan sebagai formasi utuh, demi merealisasikan hal tersebut. Penekanan ini dipaparkan wakil bupati Mojokerto, Pungkasiadi, dalam acara Gelar Tikar Multi Stakeholder Program Nabung Banyu Peringatan Hari Air Sedunia, Rabu 33 Maret 2017 pagi di sumber mata air Jubel, Pacet.
“Penyelamatan lingkungan tidak bisa dilakukan sendiri. Formasi utuh dan sinergi multi stakeholder baik pemerintah, dunia usaha dan elemen masyarakat jelas diperlukan,” terang wakil bupati di acara yang mengusung tema Penghijauan dan Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Edukasi Lingkungan Mata Air Gunung Welirang.
Bencana longsor yang melanda beberapa titik di daerah Pacet beberapa waktu lalu, menjadi perhatian serius Pemerintah Kabupaten Mojokerto. Selain tindakan tanggap darurat, berbagai treatment pencegahan jangka panjang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Mojokerto.
“Sampai dengan tahun ini, sudah jutaan bibit pohon telah ditanam. Ribuan sumur resapan, lubang biopori dan ratusan sekolah dibina melalui program Adiwiyata. Perbup nomor 13 tahun 2015 tentang sumur resapan juga telah diterbitkan. Bahkan sejak tahun 2008, Kabupaten Mojokerto sudah memiliki laboratorium lingkungan yang diakui nasional melalui akreditasi oleh komite akreditasi nasional. Sekali lagi perlu diingat, bahwa upaya penyelamatan alam perlu dukungan semua pihak. Seperti beberapa waktu lalu, dimana Pemerintah Kabupaten Mojokerto duduk bersama dengan kawan-kawan dari Alianis Air, berdiskusi terkait upaya konservasi sumber air,” tambah wakil bupati.
Sebagai informasi, Aliansi Air terbentuk atas tindak lanjut workshop Water Stewardship Oktober 2016 lalu. Aliansi Air ingin mensinergikan tiga stakeholder yang berkaitan dengan konservasi air (pemerintahan, swasta, dan Non Government Organization atau NGO). Selama ini kebanyakan berjalan sendiri-sendiri, swasta dengan kegiatan Coorporate Social Responsibility (CSR), pemerintah berjalan dengan programnya, begitu juga akademisi dan masyarakat. Berangkat dari sini, Aliansi Air bercita-cita untuk mensinergikan semua stakeholder terkait.
Brewery Manager PT. Multi Bintang Indonesia, Frans Rozemeijer, mewakili stakeholder dari dunia usaha yang hadir dalam acara Gelar Tikar Multi Stakeholder Program Nabung Banyu kemarin, mengatakan jika Gunung Welirang merupakan sumber mata air penting bagi Kabupaten Mojokerto. Pihaknya berkomitmen untuk terus ikut menjaga keberlangsungannya.
“Gunung Welirang adalah salah satu sumber mata air penting bagi keberlangsungan alam di Kabupaten Mojokerto. Kami berkomitmen untuk ikut membantu menjaga keberlangsungan sumber mata air, tentu dengan didukung para stakeholder baik pemerintah maupun masyarakat,” singkat Rozmeijer dalam terjemahan Bahasa Indonesia.
Acara diakhiri dengan prosesi penyerahan bibit pohon dari PT. Multi Bintang Indonesia kepada Perhutani, serta dari Yayasan Lingkungan Hidup Seloliman (YLHS) kepada tokoh masyarakat Kembangbelor/Pesanggem, dilanjutkan pemotongan tumpeng oleh wakil bupati kepada PDAM, ditutup aksi nyata tanam 4.000 pohon. Kegiatan ini dihadiri pula Asisten dan para Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Mojokerto terkait, kades beserta Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan Pacet.(bowo) https://mypay.dlfas.info/