Olahraga

Gala Siswa Indonesia Kota Blitar Dihadiri Mendikbud Muhadjir, BANYAK PIHAK BERHARAP GSI KONSISTEN DAN MENUJU WORLD CUP

×

Gala Siswa Indonesia Kota Blitar Dihadiri Mendikbud Muhadjir, BANYAK PIHAK BERHARAP GSI KONSISTEN DAN MENUJU WORLD CUP

Sebarkan artikel ini

                              Yudi Meira dan Mendikbud

Oleh: Siswahyu

BLITAR (sekilasmedia.com) Sebagaimana diketahui Gala Siswa Indonesia atau GSI ‘diputar-kembali’ dan tahun 2018 ini sebagai momen pertama kali, diantara penyebab utamanya adalah keprihatinan Presiden RI Joko Widodo soal kenapa Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sekitar 262 juta jiwa kok sepakbolanya kalah dengan Australia yang berpenduduk hanya sekitar 24 juta jiwa?

*KEPRIHATINAN PRESIDEN JOKOWI DITERJEMAHKAN MENDIKBUD MUHADJIR EFFENDY*
Dari keprihatinan Presiden Jokowi itu kemudian diterjemahkan oleh Muhadjir Effendy selaku Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan. Salah satunya lahirlah Gala Siswa Indonesia yang dimulai tahun 2018 ini, dimana tahap awal diperuntukkan pelajar SMP atau kelahiran setelah 31 Desember 2003 yang berarti untuk kelahiran 1 Januari 2004 dan setelahnya. Jika dalam istilah umum disebut Under-14 atau U-14.

Kemunculan GSI kini sudah dimulai di berbagai daerah termasuk di Bandung dan sekitar, di Jabodetabek, di Bengkulu dan lain-lain. Termasuk untuk di Jawa Timur juga sudah dimulai di berbagai Kabupaten/Kota termasuk Kota Mojokerto, Kabupaten Malang, Kabupaten Blitar dan lain-lain.

*GSI DISAMBUT MERIAH DAN DIHARAP JANGAN ADA MANIPULASI*
GSI yang telah mulai dilaksanakan di banyak daerah, meskipun serasa mendadak karena menyangkut tahun pertama penyelenggaraan, namun disambut meriah oleh para pelajar selaku peserta bahkan tak jarang dimeriahkan suporter yang membawa ‘drum’ seperti pada sepakbola liga profesional seperti yang dilakukan suporter SMPN 2 Kota Mojokerto yang kemudian sekaligus menjadi Juara 1 se-Kota Mojokerto.

Antusiasisme itu juga diiringi harapan agar GSI menjadi bagian olahraga sepakbola yang benar-benar ikhtiar untuk sungguh-sungguh fairplay sesuai ‘framing’ sepakbola. Dengan kata lain diharapkan tidak ada kecurangan seperti pengaturan hasil pertandingan yang melibatkan perangkat pertandingan seperti wasit dan jajaran maupun panitia, dan tidak ada manipulasi data seperti Pencurian Umur dan lain-lainnya. Apalagi melibatkan institusi sekolah dan Dinas Pendidikan di daerah yang memang sewajarnya bisa menjadi contoh soal penyelenggaraan kejuaraan atau kompetisi yang lebih fairplay.

*DINAS SETEMPAT DAN GURU PERLU JADI PENGAWAS*
Dengan ide Mendikbud Muhadjir Effendy yang melahirkan GSI dimana diharapkannya bisa ikut melahirkan pesepakbola Indonesia untuk Tim Nasional Indonesia, dan menuju Indonesia menjadi peserta World Cup sepakbola tertinggi dunia serta target Juara Dunia di sekitar tahun 2046, maka Dinas-Dinas Pendidikan daerah beserta para guru sewajarnyalah mengawasi dan mengamankan GSI yang dilahirkan Mendikbud Muhadjir Effendy yang berawal dari keprihatinan Presiden Jokowi soal sepakbola Indonesia kok kalah dengan Australia.

BACA JUGA :  SMPN 2 Cetak 30 Gol Gala Siswa Kota Mojokerto, SAAT KE LEVEL JATIM PERLU KAWALAN SERIUS DIKNAS-KONI-PSSI

Jika hal tersebut bisa terjaga maka GSI akan benar-benar sesuai harapan Mendikbud dan Presiden Jokowi, sekaligus menjadi contoh bagi EO-EO ataupun panitia yang biasa mengadakan kejuaraan ataupun turnamen/kompetisi agar benar-benar ikhtiar lebih fairplay.

                                  Siswahyu bersama istri

*BANYAK SSB DAN PANITIA EVENT YANG TAKUT JIKA GSI SUKSES?*
Dengan posisi Gala Siswa Indonesia yang sedemikian itu, yang memiliki sejumlah modal awal untuk menjadi contoh, disisi lain mengundang kekhawatiran dari sejumlah kalangan Sekolah Sepakbola/SSB maupun panitia turnamen.

Ada yang khawatir anak binaannya akan tersedot ke GSI yang melalui ‘status’ sebagai pelajar sekolah dan bukan sebagai siswa SSB. Sementara kalangan event khawatir, jika GSI berjalan baik manejemennya maka bisa menggerus ‘pasar’ para EO. Apalagi GSI dengan jenjang yang jelas mulai dari tingkat Kecamatan, lalu level Kabupaten/Kota, kemudian lanjut ke tingkat provinsi sekitar bulan Agustus-September 2018. Setelah itu level nasional pada bulan Oktober 2018, yang kabarnya disediakan Piala Presiden. Kemudian dilanjutkan Training Center bagi Sang Juara untuk kemudian dikirim ke kejuaraan internasional.

*BAHKAN MENDIKBUD HADIR PADA GSI KOTA BLITAR*
Jika jenjang itu berjalan minimal normal saja, apalagi jika luar biasa, maka akan menjadi kejuaraan formal yang berprestasi luar biasa diselenggarakan oleh negara via Mendikbud dan jajarannya. Sekaligus akan bisa menjadi salah satu harapan bagi pesepakbola junior anak-anak melalui statusnya sebagai pelajar.

Untuk mendorong agar GSI benar-benar sukses, tak segan Mendikbud Muhadjir Efendy turun langsung ke lokasi GSI di daerah, seperti hari ini Selasa 20 Maret 2018, Mendikbud hadir pada GSI Kota Blitar Jawa Timur diantaranya didampingi Yudi Meira selaku Ketua Asosiasi Kota PSSI Blitar yang juga baru terpilih lagi untuk periode 2018-2022.

*MENDIKBUD HADIR SEKALIGUS MENYERAHKAN DANA PEMBINAAN*
Mendikbud Muhadjir Effendy hadir dalam event GSI dan Wali Kota Blitar Cup 2018, sekaligus untuk menyerahkan dana pembinaan. “Kami tentu sangat berterima kasih atas kehadiran Bapak Mendikbud, Bapak Muhadjir Effendy,” ungkap Yudi Meira yang beserta jajaran dinilai sangat sukses mengangkat sepakbola Kota Blitar dari keterpurukan.

BACA JUGA :  Nama Besar Bali United 'Garansi' Yulius Mauloko Dikontrak Liga Australia, BHAYANGKARA FC JADIKAN EVAN-ILHAM KE SELANGOR FA DAN BFC JUNIOR-ANAK PELUANG FC TOKYO

Sementara untuk Kota Blitar, Gala Siswa Indonesia diikuti oleh SMPN 1 hingga SMPN 9 serta MTsN.

*GSI PERLU SOSIALISASI ATURAN YANG LEBIH PAKEM*
Yang jelas banyak pihak yang sepakat jika GSI berjalan normal saja maka akan menjadi prestasi yang luar biasa dan bisa menjadi jenjang harapan bagi para pelajar. Namun tak jarang pula yang memberi catatan diantaranya soal aturan GSI yang harus disosialisasikan dengan jelas dan tegas. Kenapa?

Diantaranya karena terjadi simpang-siur informasi yang berbeda antar kabupaten/kota. Misal soal peserta. Ada yang memberlakukan bahwa peserta adalah pelajar SMP saja yang berada dibawah naungan Kemendikbud. Sedangkan yang dari MTs tidak diperbolehkan ikut karena berada dibawah naungan Kementerian Agama. Namun ada daerah yang membolehkan MTs ikut. Lha, umpama MTs juara lalu dianulir karena ternyata memang aturannya tidak ada lantas bagaimana?

*UNTUK LEVEL PROVINSI DIBOLEHKAN TAMBAH PEMAIN DARI SMP LAIN*
Soal lain, untuk menuju level provinsi maka SMP-SMP yang mewakili Kabupaten/Kota boleh mengambil 6 pemain dari sekolah/SMP lain untuk tambahan jatah pemain yang sebelumnya 18 anak hingga menjadi 24 anak.

Telah banyak pihak yang diam-diam saling mempertanyakan hal tersebut. Karena SMP yang juara di tingkat Kabupaten/Kota itu tidak lagi murni SMP yang bersangkutan ketika bertanding di level provinsi? Ada rasa keadilan yang dipertanyakan.

*JANGAN SAMPAI ATURAN TAK TEGAS HINGGA MEMBUKA PINTU MANIPULASI*
Barangkali karena ada aturan itu pula, konon ada daerah yang tidak mengadakan kejuaraan level kecamatan, tapi langsung tingkat kabupaten/kota dengan peserta berasal dari gabungan SMP-SMP di masing-masing kecamatan. Langsung tanding antar kecamatan.

Dari event-event lain yang kebanyakan telah rusak karena diselimuti manipulasi dan siasat negatif, maka jangan sampai GSI mengulangi hal tersebut karena kurangnya sosialisasi dan kurang tegasnya aturan. Jangan sampai GSI jadi sama saja dengan yang lain, jadi tempat manipulasi dan pencurian umur? Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu juga penulis buku biografi Asmuni-Srimulat dan pernah dapat beasiswa Cimmunity Development di Asian Social Institute/ASI di Manila-Filipina).