Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.
Tak Berkategori  

Titik Masudah, Gus “Sultan Pacet” Azhari, Ida Fauziah Menaker, Mulyono WD Dalam Peta Pilbup Mojokerto 2020

Foto: Titik, Gus “Sultan Pacet” Azhari, Ida Fauziah, Mulyono WD

Oleh Siswahyu Kurniawan
Sekilasmedia. Com- Penulis buku humor Bung Karno Dan Pak Harto; penulis buku biografi Asmuni-Srimulat dengan pengantar dari Mayjen Purn. Basofi Sudirman mantan Gubernur Jatim; penulis buku biografi Mardjito GA yang pernah jadi anggota DPD RI/Komisaris Bank Bukopin.

Nama Titik Masudah, Gus “Sultan Pacet” M. Azhari (Gus “Sultan Pacet”), Ida Fauziah (kini Menteri Tenaga Kerja RI), dan Mulyono WD (Wisata Desa) merupakan sejumlah nama diantara nama-nama yang juga didorong oleh berbagai pihak untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada/ Pilbup) Mojokerto 2020 yang bakal dihelat 9 Desember 2020, dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ngotot agar hal Pilkada serentak seluruh Indonesia termasuk Pilbup Mojokerto 2020 tersebut bisa terlaksana sesuai tanggal yang ditetapkan meskipun misal harus ‘masih’ menggunakan Protokol Kesehatan Covid-19.

Usulan dan dorongan ‘gerilya-gerilya’ berbagai kalangan tokoh Mojokerto untuk ikhtiar cari Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati yang lebih baik dari yang sebelum-sebelumnya yang sudah ada dan belum menunjukkan prestasi yang signifikan untuk kesejahteraan rakyat secara riil, sehingga cari alternatif yang bukan dari kalangan partai politik (parpol) atau minimal belum terlalu kental berpolitik ‘negatifnya’ tersebut, telah berjalan sejak pasca pertengahan tahun 2019 yang lalu hingga hari ini, Rabu 10 Juni 2020 (10/06/2020). Meskipun telah cukup banyak nama-nama ‘lama’ yang beredar untuk Cabup, namun masih terus banyak tokoh yang belum puas sehingga ‘gerilya-gerilya’ pencarian cabup terus berlanjut, dan merupakan hal yang wajar saja dalam situasi-kondisi saat ini.

Belum lagi dengan kemungkinan banyak cabup yang tersandera KPK dari efek kasus korupsi yang dilakukan oleh (mantan) Bupati Mustofa Kamal Pasa/MKP yang telah divonis 8 tahun penjara namun kasusnya masih ‘liar’ yang tak mengherankan pada tahun 2020 ini saja (mulai dari Januari 2020 hingga Mei 2020) KPK telah lima (5) kali turun ke Mojokerto dengan memeriksa puluhan saksi untuk penguatan dan pengembangan kasus yang masih terus berjalan, yang di antara saksi-saksi tersebut ada yang dari keluarga MKP termasuk Ikfina Fahmawati isteri MKP yang juga akan maju Cabup Mojokerto 2020 berpasangan dengan Cawabup M. Al Barra (Gus Barra putera KH. Asep Saifuddin Chalim).

Yang juga diperiksa sebagai saksi diantaranya Pungkasiadi mantan Wabup-nya MKP yang kini menjabat Bupati Mojokerto yang juga akan maju Cabup Mojokerto 2020 (berpasangan dengan Cawabup Jauharoh Said ‘bos’ Biro Haji An Namiroh), juga ada nama Dyan Anggraini Sulistyowati isteri Yoko Priyono yang juga akan maju Cabup Mojokerto 2020 berpasangan dengan Choirun Nisa’ mantan Wabup-nya MKP pada periode 2005-2010. Masih banyak saksi-saksi yang juga diperiksa, bahkan puluhan, termasuk sejumlah mantan Kepala Desa yang menjadi bagian sebagian tangan-kanan MKP.

Salah satunya dengan situasi-kondisi seperti itu, pencarian Cabup-Cabup ‘alternatif’ oleh berbagai pihak menjadi kian wajar. Apalagi hingga saat ini belum ada satupun pasangan Cabup – Cawabup yang resmi ‘lengkap’ mendapatkan rekom dari DPP parpol, meskipun untuk Ikfina Fahmawati – M. Al Barra konon sudah didukung minimal sepuluh (10) kursi berasal dari Demokrat 5 kursi (mengganti posisi PPP?), Nasdem 3 kursi dan Hanura 2 kursi. Namun hingga kini belum ada surat rekom resmi dari DPP-DPP partai. Apalagi proses pe-rekom-an sempat terganggu, hingga kini, dengan adanya apa yang disebut sebagai wabah pandemi Corona Virus Diseases-2019 (Covid-19) yang menerjang Indonesia secara ‘formal’ sejak 2 Maret 2020 hingga kini.

BACA JUGA :  Gus Ton Peringati Dirgahayu NKRI Ke-75 Dan Tahun Baru Islam 1442 H, Gelar Wayang Kulit 7 Malam Online Virtual

Begitupun Pungkasiadi, yang konon juga sudah didukung minimal sepuluh (10) kursi (dari PDIP 9 kursi dan PBB 1 kursi), namun hingga kini juga belum ada surat resmi rekom dukungan, bahkan Pungkasiadi ‘belum-lolos’ oleh pengumuman resmi DPP PDIP kloter pertama (kloter signifikan) yang sudah mengumumkan Calon Kepala Daerah di sejumlah daerah di seluruh Indonesia. Memang itu masih Kloter Ke-1, dan masih ada kloter-kloter lain, yang bisa menjadikan harap-harap cemas.

Tak jauh berbeda juga dialami Yoko Priyono. Awalnya sejak 29 Desember 2019 konon Yoko Priyono telah didukung 12 kursi yang terdiri dari PPP (5 kursi), Gerindra (3), PAN (2) dan Hanura (2) ternyata baru-baru ini berubah, menjadi didukung Golkar (6 kursi) dan diharapkan dari PPP 5 kursi. Tapi mungkin Yoko masih agak lebih beruntung karena sudah mengantongi semacam SIM sementara dari DPP Partai Golkar yang memiliki 6 kursi, sebagaimana disampaikan oleh Subandi Ketua DPD Golkar Kabupaten Mojokerto (pada sekitar 4 Juni 2020, beberapa hari lalu) yang menyebut Yoko sudah mendapatkan Surat Penetapan Sementara (SPS) dari DPP Golkar yang itu berarti Yoko sudah diberi tugas untuk cari tambahan kendaraan. Jika berhasil maka SPS akan otomatis diubah jadi rekom, akan tetapi jika gagal maka SPS itu bisa dicabut oleh DPP Golkar. Salah satu mekanisme Golkar memang seperti itu, dan cenderung lebih ‘fair’ dibanding yang lain.

Lantas jika memang peta Pilbup Mojokerto 2020 untuk sementara ini seperti itu, dan belum ada parpol yang secara resmi mengeluarkan rekom dari DPP parpol-nya, maka masih ada sisa sekitar 19 kursi yang dimiliki oleh PKB (10 kursi), PKS (4), Gerindra (3) dan PAN (2). Menjadikan kian wajar jika banyak para tokoh yang ikhtiar cari cabup-cabup alternatif.

Pada sekitar bulan Agustus – September tahun 2019 lalu nama Ida Fauziah sempat gencar didorong-dorong untuk maju jadi Cabup Mojokerto 2020, dan hal tersebut wajar saja apalagi di Mojokerto sendiri PKB sebagai Pemenang Pemilu 2019 (dengan merebut 10 kursi) ternyata tidak memiliki tokoh internal yang memadai untuk dijadikan Cabup. Sedangkan Ida Fauziah yang merupakan pengurus DPP PKB yang kebetulan berasal dari Mojokerto, dikenal sebagai petarung yang tangguh dan mayoritas pihak di Mojokerto yakin bahwa jika Ida Fauziah jadi Cabup maka akan menang.

Namun kemudian pada bulan Oktober 2019 Ida Fauziah diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja RI (Menaker) oleh Presiden Joko Widodo. Sejak saat itu Titik Masudah adik kandung Ida Fauziah diharapkan oleh sejumlah internal PKB untuk menggantikan Ida Fauziah namun dengan bidikan yang berubah yaitu Calon Wakil Bupati, digandengkan dengan Pungkasiadi. Namun harapan sejumlah internal PKB itu kandas pada bulan Februari 2020 karena Pungkasiadi memilih menggandeng Jauharoh Said ‘bos’ Biro Haji An Namiroh atas rekomendasi dari kyai sepuh Mojokerto, KH. Chusaini Ilyas. Upaya mendorong Titik Masudah pun meredup, meskipun belum berarti total terhenti. Padahal Titik Masudah juga memiliki bobot yang sangat memadai apalagi saat ini juga masih menjabat Bendahara Umum dalam kepengurusan Fatayat pusat.

BACA JUGA :  KSP Sentosa Makmur Peduli Sesama Di Tengah Pandemi Covid-19

Sedangkan dorongan untuk maju Cabup Mojokerto 2020 terus gencar dilakukan berbagai pihak terhadap Gus “Sultan Pacet” M. Azhari yang selama ini dikenal banyak melakukan berbagai kegiatan sosial secara diam-diam di berbagai daerah termasuk di Kabupaten Gresik, Kabupaten Jombang, Kabupaten Sidoarjo. Bahkan beberapa bulan terakhir ini juga dilakukan di Kabupaten Mojokerto dan sekitar. Namun Gus “Sultan Pacet” Azhari di berbagai kesempatan menunjukkan enggan terjun dalam Pilbup Mojokerto 2020, meskipun kelihatannya belum benar-benar tertutup. Tergantung pihak-pihak yang mendorongnya, apakah lebih gigih lagi ataukah tidak. Apalagi Gus “Sultan Pacet” Azhari belum pernah terjun dalam ranah politik, namun melihat potensinya, termasuk luar biasa besar sekaligus dalam hal jaringan finansial.

Di lain hal potensi luar biasa besar juga ada pada Mulyono WD (Wisata Randugenengan Kec. Dlanggu, Mojokerto) yang juga banyak digadang-gadang maju dalam Pilbup Mojokerto 2020, terutama untuk posisi Cawabup. Namun hingga kini Mulyono WD juga belum menunjukkan gregetnya untuk mau menerima lamaran berbagai pihak tersebut. Diantara alasan Mulyono karena ingin fokus lebih mengembangkan usahanya di bidang wisata serta jejaringnya termasuk membantu mengembangkan usaha bagi anggota Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Mojokerto dan sekitar, termasuk dengan budidaya kakao dan pengembangan UMKM. “Saya juga sedang mikir bagaimana agar akses pembangunan jalan ke Wisata Desa agar segera terwujud,” ungkap Mulyono WD dalam suatu kesempatan.

Sekali lagi, padahal hingga kini belum ada satupun cabup yang secara resmi memegang rekom dari DPP-DPP partai secara memadai. Masih menggantung semua. Lantas jika empat potensi tersebut juga tidak maju, atau enggan maju, dalam Pilbup Mojokerto 2020, lantas siapakah lagi yang akan didorong untuk maju?

Masih ada gambaran sejumlah kursi yang belum terlalu mengerucut arah dukungannya termasuk PKB yang merupakan pemenang Pemilu 2019 di Kabupaten Mojokerto, dan memiliki 10 kursi (bisa usung Cabup sendiri, tanpa koalisi). Lalu PKS 4 kursi, Gerindra 3 kursi, dan PAN 2 kursi.

Apakah PKB akan membuat kejutan yang signifikan di Mojokerto? Ataukah hanya biasa-biasa saja, dan jika menang misal, hanyalah karena kebetulan? Semoga Muhaimin Iskandar yang Ketua Umum DPP PKB dan kakaknya Halim Iskandar yang ketua DPW PKB Jatim bisa antisipatif apalagi jika pasang target jumlah pemenangan yang besar di seluruh Pilkada serentak se-Indonesia pada 9 Desember 2020 untuk melecut modal menuju Pemilihan Presiden 2024. Kita tunggu saja perkembangnnya. Pendapat Anda? Sms atau WA kesini= 081216271926. (Siswahyu).