Mersinde seçkin mersin escort bayan larla özel bir deneyim yaşayın, Samsunda escort samsun ile farklı anlar geçirin. Kadıköyde özel ve güvenilir hizmetler için anadolu yakası escort bayan bayanlarıyla tanışın! İstanbul’un gece atmosferinde istanbul gece hayatı keşfedin.
Budaya  

Candi Brahu: Warisan Sejarah Kerajaan Medang yang Unik di Trowulan

Mengenal candi brahu jejak peninggalan kerajaan medang yang berkolasi di trowulan mojokerto (Foto : Yusril)

Mojokerto,Sekilasmedia.com-Terletak di kawasan Trowulan, tepatnya berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Candi Brahu merupakan salah satu situs bersejarah yang menjadi bukti kejayaan Kerajaan Medang di masa Mpu Sindok. Ditemukan pada tahun 1916, candi ini tetap berdiri megah meski bagian depannya sempat runtuh. Namun upaya pemugaran telah dilakukan untuk menjaga kelestariannya agar terus dinikmati hingga kini.

Nama “Brahu” diyakini berasal dari kata Wanaru atau Warahu yang tercantum dalam salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Medang. Istilah ini merujuk pada bangunan suci yang digunakan untuk upacara keagamaan. Hal ini sejalan dengan fungsi utama candi yang diperkirakan sebagai tempat ibadah dan ritual spiritual.

Menurut Gono, juru pelihara Candi Brahu, struktur candi ini mengikuti pola khas arsitektur candi, yaitu terbagi menjadi tiga bagian: kaki, tubuh, dan atap. Pembagian ini melambangkan hubungan spiritual antara dunia bawah, dunia tengah, dan dunia atas.

Namun, yang membedakan Candi Brahu dari candi lain di Trowulan adalah ketiadaan relief pada permukaannya. Bangunan ini sepenuhnya terbuat dari bata merah dengan desain polos yang sederhana tetapi tetap megah.

BACA JUGA :  Kerajaan Kanjuruhan: Jejak Peradaban Tertua di Jawa Timur

Sejarah Candi Brahu juga dapat ditelusuri melalui prasasti bertanggal 861 Saka atau 939 Masehi. Prasasti tersebut menyebut nama Mpu Sindok, penguasa Kerajaan Medang periode Jawa Timur, yang diduga terkait dengan pembangunan candi ini.

Selain itu, cerita rakyat menyebutkan bahwa Candi Brahu pernah digunakan sebagai tempat pembakaran jenazah. Meskipun demikian, belum ada bukti arkeologis yang secara pasti menguatkan klaim tersebut.

“Candi ini dahulu menjadi tempat suci untuk aktivitas keagamaan, dan besar kemungkinan digunakan oleh umat Buddha, bukan Hindu,” jelas Gono.

Candi ini juga memiliki beberapa lubang yang diyakini berfungsi sebagai tempat menyimpan abu jenazah atau sesaji. Tradisi masyarakat saat itu kerap mengaitkan ritual pembakaran jenazah dengan penghormatan spiritual.

Hingga kini, Candi Brahu masih dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat untuk kegiatan spiritual. Meski tidak ada ritual resmi yang diadakan, beberapa pengunjung, terutama umat Buddha atau penganut kejawen, sering melakukan sembahyang dan meninggalkan dupa di sekitar candi.

“Jika ada sesaji atau dupa yang sudah tidak bagus, saya singkirkan, tetapi yang masih baik saya biarkan,” ungkap Gono.

Candi Brahu dapat dikunjungi setiap hari buka dari jam 08.00 sampai pukul 16.00 namun dihari jum’at ada kemoloran jam tutup sampai 16.30 , dan tidak adanya hari libur kecuali pada hari besar keagamaan seperti Idulfitri. Pengunjung yang masuk dibandrol tiket dengan biaya Rp 4.000 untuk orang dewasa dan anak” seharga Rp 2.000.

BACA JUGA :  Meriah dan Sakral, Tradisi Bersih Desa Ngantru Jadi Wujud Syukur Masyarakat

Dengan akses yang mudah, situs ini menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Trowulan. Suasananya yang damai menjadikan candi ini cocok untuk refleksi maupun eksplorasi sejarah.

Sebagai bagian dari warisan penting Kerajaan Medang, Candi Brahu terus dijaga oleh pemerintah daerah dan masyarakat sekitar. Dengan nilai sejarah yang tinggi, candi ini tidak hanya menjadi pengingat kejayaan masa lalu, tetapi juga aset berharga yang harus dilestarikan untuk generasi mendatang.

 

Penulis : Yusril

Editor : Kayla