Bondowoso,Sekilasmedia.com– Memasuki minggu ketiga Oktober 2025, Kabupaten Bondowoso resmi memasuki tahap awal musim penghujan.
Sejumlah wilayah mulai diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, bahkan menimbulkan beberapa kejadian bencana berskala kecil seperti genangan dan pohon tumbang.
Plt. Kepala Pelaksana BPBD Bondowoso, Kristianto PP, menyampaikan bahwa kondisi ini sesuai hasil koordinasi antara BPBD, BMKG, dan sejumlah instansi terkait. “Ya, sesuai rilis BMKG, musim penghujan di Kabupaten Bondowoso memang sudah memasuki tahap permulaan,” ujarnya saat ditemui di Kantor BPBD, Selasa (28/10/2025).
Ia menjelaskan, sejak awal minggu ketiga Oktober, hujan sudah mulai merata di sejumlah daerah dan menimbulkan dampak di lapangan.
“Sudah ada kejadian puting beliung, genangan air, dan beberapa pohon tumbang,” kata Kristianto.
Menurutnya, sejumlah saluran drainase di beberapa titik mengalami penyumbatan akibat penumpukan sampah dan sedimen. “Beberapa saluran drainase tersumbat karena sampah yang tidak dibersihkan warga,” ujarnya mengingatkan.
BPBD Bondowoso telah melakukan pemetaan potensi bencana di seluruh kecamatan untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Berdasarkan hasil identifikasi, terdapat delapan jenis potensi bencana di Bondowoso, dengan empat yang paling dominan: banjir, tanah longsor, angin kencang, dan kekeringan.
Kristianto menegaskan, keempat jenis bencana itu memiliki tingkat kerawanan tinggi di sebagian besar wilayah. Daerah dengan topografi lereng dan pegunungan menjadi fokus utama kewaspadaan karena rawan longsor dan banjir bandang.
Sejumlah kecamatan disebut memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam. “Yang di daerah pelerengan, jatuhan terbesar itu di Tamanan, Nangkaan, Waliodono, dan Prajekan,” ungkapnya.
Untuk memperkuat kesiapsiagaan, BPBD Bondowoso terus menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat. “Ada tiga fase dalam penanganan bencana: pra-bencana, darurat, dan pasca-bencana. Kami rutin mengedukasi masyarakat agar lebih siap menghadapi setiap fase,” paparnya.
Kristianto menjelaskan, BPBD memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk menjangkau masyarakat lebih luas. “Edukasi melalui media sosial efektif karena jangkauannya luas dan cepat diterima masyarakat,” tambahnya.
Selain edukasi digital, BPBD juga aktif membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana). “Kami latih masyarakat di desa untuk memahami risiko, melakukan mitigasi, dan siap bertindak saat darurat. Mereka dibekali kemampuan tanggap darurat,” jelasnya.
Hingga kini, terdapat 35 desa tangguh bencana yang telah dibentuk dan dilatih oleh BPBD Bondowoso. Upaya mitigasi juga menyasar dunia pendidikan melalui pembentukan Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di sejumlah sekolah tingkat SD, SMP, hingga SMA.
Koordinasi lintas instansi terus diperkuat antara BPBD, TNI, Polri, dan pemerintah daerah. “Kami berada dalam satuan tugas kebencanaan. Koordinasi ini otomatis berjalan setiap kali ada kejadian darurat,” kata Kristianto.
Menjelang puncak musim hujan, BPBD mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. “Masyarakat perlu tahu potensi di sekitar mereka, langkah pencegahan yang harus dilakukan, dan cara bertindak jika bencana terjadi,” tegasnya.
Kristianto juga meminta warga aktif menjaga lingkungan dengan membersihkan selokan dan memangkas pohon yang berisiko tumbang. Sebagai bentuk layanan darurat, BPBD membuka kanal pelaporan 24 jam melalui WhatsApp 082331792373 dan aplikasi “Si Gaban BPBD Bondowoso” di Google Play Store.
“Kami siap siaga menerima laporan dari masyarakat kapan pun,” pungkasnya.





