Sekilasmedia.com-Perkembangan teknologi yang pesat dengan menghadirkan fitur-fitur yang canggih dan memberikan
kemudahan kepada manusia membuat teknologi menjadi penyebab perubahan pola konsumsi manusia
terhadap media sosial.
Jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 231 juta jiwa, dengan kenaikan pengguna internet sekitar 1-2% pada tahun 2025 berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII).
Data tersebut menunjukkan bahwa masyarakat saat ini sangat bergantung dengan
penggunaan internet sebagai dukungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mulai dari moda transportasi, berbelanja, mengakses berita terkini, mencari hiburan, atau bahkan meraih keuntungan.
Media sosial tidak lagi menjadi alat komunikasi atau hiburan, tetapi telah berkembang menjadi platform
yang multifungsi yang memungkinkan penggunanya untuk bisa menghasilkan uang.
Perkembangan teknologi memberikan banyak dampak positif apabila digunakan sebaik-baiknya. Maka
dari itu, Gen Z yang bijak menggunakan media sosial akan merasakan dampak positif yang luar biasa dari
perkembangan teknologi yang semakin canggih ini. Dalam artikel yang dimuat oleh ntbsatu.com (2023),
survei yang dilakukan oleh Samsung dan Morning Consult menunjukkan bahwa sekitar 57% Generasi Z
lebih memilih menjadi influencer sebagai pilihan profesi mereka.
Hal ini, mencerminkan perubahan besar
dalam cara generasi muda memandang karier di era 5.0. Hal tersebut, selaras dengan studi yang dilakukan
oleh Sugiono (2020) yang menyoroti bagaimana industri konten digital menjadi bagian dari Society 5.0
untuk mendukung tujuh belas aspek dalam Sustainable Development Goals (SDGs) salah satunya adalah
komunikasi atau teknologi media (Fukuyama (2018) dalam Sugiono (2020).
Komunikasi dan media menjadi salah satu aspek penting, di mana teknologi digunakan untuk
memecahkan masalah sosial, mengedukasi, meningkatkan kualitas hidup, serta dapat memberikan wadah
bagi publik untuk berdiskusi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi yang sudah banyak dirasakan
dan dinikmati oleh para pengguna media. Hal tersebut juga menjadi faktor mengapa Generasi Z lebih
memilih untuk menjadi content creator dibanding menjadi budak korporat atau bekerja di perusahaan
konvensional. Media sosial sangat mudah diakses oleh penggunanya, hal ini menjadi pendorong utama
Gen Z untuk terlibat atau mengembangkan potensi diri dan keahliannya di media sosial pada era 5.0 ini
(Melita, 2023).
Kemajuan teknologi hingga saat ini mendukung produksi konten menjadi lebih sederhana dan terjangkau.
Dengan perangkat seperti smartphone dan aplikasi editing yang user-friendly, siapa pun dapat membuat
dan membagikan konten tanpa memerlukan modal besar. Saat ini tren di aplikasi Tiktok menjadi salah
satu contoh bahwa konten diproduksi dengan sangat mudah dan bisa menghasilkan tayangan yang begitu
besar. Mudahnya pembuatan konten dan kemungkinan video tersebut viral, hal tersebut menjadi daya
tarik bagi Gen Z untuk diikuti karena apabila konten yang dibuat menghasilkan banyak interaksi,
kemungkinan akan mendapatkan keuntungan dari video tersebut. Tidak heran, di era sekarang ini banyak
Gen Z yang sudah mendapatkan penghasilan bahkan dengan jumlah yang cukup fantastis.
Kemudahan yang diberikan dan waktu yang lebih fleksibel, menjadi seorang content creator dapat
menentukan jadwal kerja sendiri tanpa terikat pada jam kantor yang kaku. Fleksibilitas ini sangat sesuai
dengan gaya hidup Gen Z yang menghargai kebebasan dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Content creator juga memberikan kesempatan untuk berinovasi dan berkreasi dengan bebas
sesuai keahliannya. Media sosial yang digunakan dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan ide kreatif
dan menginformasikan hal-hal positif melalui berbagai jenis konten, seperti video, foto, podcast, atau
tulisan. Hal ini membuat pekerjaan sebagai content creator terasa lebih personal dan bermakna. Fenomena
ini dijelaskan dalam artikel dari BPMPP UMA (2024), yang menyatakan bahwa content creator di era
digital memiliki peran penting dalam membentuk opini publik dan menyebarkan informasi yang
bermanfaat.
Meskipun menawarkan begitu banyak manfaat, terdapat hambatan atau rintangan untuk menjadi seorang
content creator. Salah satu rintangan yang sering terjadi khususnya kepada content creator pemula adalah
kesulitan untuk konsisten terhadap konten yang dibuat karena beberapa alasan seperti, sulitnya
beradaptasi dengan tren-tren yang berkembang dengan cepat dan terbaharukan atau mungkin juga karena
kesulitan menemukan ide-ide fresh dan unik dari content creator lainnya.
Fenomena meningkatnya minat Generasi Z terhadap content creation menunjukkan perubahan besar
dalam cara masyarakat memandang karier di era 5.0. Dengan memahami dinamika ini, penting bagi
institusi pendidikan dan industri terkait untuk mendukung perkembangan generasi muda agar mereka
dapat memanfaatkan peluang ini secara profesional dan berkelanjutan. Karier sebagai content creator
bukan hanya tentang menghasilkan uang, tetapi juga tentang menciptakan dampak positif melalui konten
kreatif yang relevan bagi audiens, sejalan dengan visi Society 5.0 untuk meningkatkan kualitas hidup
melalui teknologi.
Refrensi
https://ntbsatu.com/2023/11/28/tumbuh-besar-bersama-dunia-digital-57-persen-gen-z-bercita-cita-jadi-infl
uencer.html
Sugiono, S. (2020). Industri Konten Digital dalm Perspektif Society 5.0. Jurnal IPTEK-KOM: Jurnal Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Komunikasi, 22(2), 175-191.
https://www.neliti.com/id/publications/417271/industri-konten-digital-dalam-perspektif-society-50-digital
-content-industry-in
Melita, Y. (2023). Prospek Kerja Content Creator Gen Z di Era 5.0. GANDIWA: Jurnal Komunikasi, 3(1),
21-29.
https://journal.unindra.ac.id/index.php/gandiwa/article/download/1855/1343
Penulis: Maulina Dwi Handayani
editor: kaylla