Mojokerto,Sekilasmedia.com-Wates umpak adalah sebuah desa di kecamatan Trowulan yang menjadi salah satu sektor terbesar dari kerajinan patung batu yang ada di Mojokerto. Hampir sebagian penduduk yang ada didesa tersebut adalah sebagai pengerajin pahat patung dan juga petani tak heran kalau desa ini menjadi desa sentral UMKM pengerajin patung terbesar di trowulan.
Salah satu galeri art gulo klopo milik nanang salah satu warga desa tersebut sudah menekuni bisnis pahatan patung selama 30-an tahun. Galeri ini sudah berdiri sejak tahun 1995 yang masih eksis dan terus memproduksi seni pahatan patung hingga saat ini.
Nanang menjelaskan awal mula industri pahatan patung ini di faktori dengan banyaknya penemuan peninggalan kerajaan majapahit yang berada di Trowulan, sehingga menginspirasi untuk membuat barang yang serupa seperti barang prasejarah peninggalan kerajaan Majapahit tersebut.
“Karena banyaknya penemuan barang prasejarah pada saat itu di Trowulan, dari ditemukannya berbagai macam bentuk barang tersebut akhirnya mampu untuk menginspirasi kami termasuk saya untuk membuat barang yang serupa,” terang nanang.
“Pada saat itu masih belum banyak yang bikin pahatan patung seperti ini, hanya beberapa orang saja, akan tetapi tradisi di daerah kami itu disebut kedong tular( kegiatan yang saling menular ) jadi ketika satu bikin maka tetangga lain ikut bikin yang akhirnya menjadi 1 komunitas pengerajin patung batu,” tambah nanang.
Galeri art gulo klopo ini dalam proses pengerjaannya menggunakan 2 jenis batu dan juga media semen. Batu yang digunakan adalah batu andesit kerena memiliki tekstur yang kasar dan juga sifat batu yang keras menjadikan batu ini sebagi media untuk seni pahat patung batu ini. Selain batu andesit terdapat juga media bahan batu lainya yaitu batu ijo yang kedua nya diambil dari salah satu kota berbeda di jawa timur seperti batu andesit didatangkan dari kediri dan blitar dan batu ijo didatangkan dari pacitan. Selain kedua jenis batu itu ada juga media lain yaitu menggunakan semen.
Hasil kerajinan pahat di gulo klopo ini mempunya 2 jenis patung, seperti patung hindu-budha yang bercorak majapahitan dan juga patung kontemporer atau patung modern, kedua jenis payung tersebut dipahat sedetail mungkin dan se asli mungkin.
“untuk patung modern atau kontemporer itu kita tidak berani menyetok model seperti itu jadi patung modern tetap bisa bikin tapi hanya dibuatkan ketika ada pesanan saja,” jelas nanang.
Hasil produksi patung disini dibandrol dengan harga Rp. 25.000 sampai dengan Rp.50.000 untuk ukuran kecil dan ukuran terbesar bisa tembus diharga Rp 150.000.000 untuk satu unit patung. Harga dari patung tersebut tergantung dari segi bentuk ukuran, jenis bahan, dan juga tingkat kerumitannya.
” untuk harga kita tergantung bentuk,ukuran, jenis bahan dan tingkat kerumitannya jadi dari kriteria tadi semakin tinggi semakin mahal,” ujar nanang.
Kerajinan dihasilkan kurang lebih dari 1 minggu sampai 1 tahun proses pengerjaan tergantung dari bahan dan model seperti apa yang dipesan. Karena proses dari galeri ini memiliki 2 metode yaitu pahat ukir dan juga cetak untuk bahan semen, akan tetapi bahan semen pun juga bisa menggunakan metode pahat. Dengan adanya proses yang manual menjadikan proses pembuatan relatif lama.
Hingga saat ini art gulo klopo ini masih mendapatkan pesanan dari berbagai macam daerah di indonesia dan dibantu oleh beberapa karyawan dalam proses pemahatan. Dalam proses pemasaran sering kali melibatkan agenda pameran” besar dan untuk saat ini proses pemasaran berbasis media sosial.
“kalau dulu untuk pengiriman bisa tembus pasar internasional seperti eropa, amerika, dan beberapa daerah seperti bali dan sekitarnya,” terang nanang.
Selain sentral produksi pahatan patung art gallery gulo klopo ini juga sebagai tempat seni rupa seperti lukisan dan lain”.
Harapan nanang sebagai pemilik berkeinginan agara art galeri ini menjadi sentral industri patung dan juga tempat seni rupa yang go internasional.
“Saya berkeinginan agar tempat ini menjadi sentral industri kreatif seni rupa di trowulan yang yang berbasis seni budaya tradisi terutama tradisi majapahit,” pungkasnya.
Penulis: Yusril
Editor: kaylla
